Kajian Linguistik Kata Dakwah



Al Qur’an al Karim telah menyebutkan kata da’wah dan berbagai jenis kata jadiannya sebanyak 215 kali.[1] Dalam wazan fa’ala kata “دَعَوَ” dalam bahasa Arab berarti “أَنْ تُمِيلَ الشَّيْءَ إِلَيْكَ بِصَوْتٍ وَكَلَامٍ يَكُونُ مِنْكَ” menjadikan sesuatu cenderung kepadamu dengan suara dan perkataan.[2] Dalam kamus al Muhith disebutkan “دعا دعاء ودعوى” yang berarti “الترغيب”.[3] Kata “الدعاء” dalam al Qur’an memiliki 7 makna sebagai berikut.

A. Da’wah yang berarti perkataan atau tuntutan (الدعوة بمعني قولا و الادّعاء)
Pengertian ini sebagaimana firman Allah ta’ala dalam surat al A’raf ayat 5,
فما كان دعواهم إذ جاءهم بأسنا إلا أن قالوا إنا كنا ظالمين
“Maka tidak adalah keluhan mereka di waktu datang kepada mereka siksaan Kami, kecuali mengatakan: "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang dzalim".”
Juga dalam surat al anbiya ayat 15,
فما زالت تلك دعواهم حتى جعلناهم حصيدا خامدين
“Maka tetaplah demikian keluhan mereka, sehingga Kami jadikan mereka sebagai tanaman yang telah dituai, yang tidak dapat hidup lagi.”
Maksudnya adalah keluhan itu merupakan perkataan dan tuntutan mereka atas ketidaksesuaian antara harapan dan realita yang mereka hadapi.[4]

B. Da’wah yang berarti ibadah (الدعوة بمعني عبادة)
Pengertian ini sebagaimana firman Allah ta’ala dalam surat al Yunus ayat 106,
ولا تدع من دون الله ما لا ينفعك ولا يضرك فإن فعلت فإنك إذا من الظالمين
“Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudarat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang dzalim".”
Demikian juga firman Allah pada surat al Isra ayat 67,
وإذا مسكم الضر في البحر ضل من تدعون إلا إياه فلما نجاكم إلى البر أعرضتم وكان الإنسان كفورا
“Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia. Maka tatkala Dia menyelamatkan Kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia adalah selalu tidak berterima kasih.”
Maksudnya adalah janganlah kami beribadah kepada selain Allah yang tidak dapat menyebabkan kebaikan dan keburukan bagimu.[5]

C. Da’wah yang berarti panggilan atau seruan (الدعوة بمعنى النداء)
Pengertian ini sebagaimana firman Allah ta’ala dalam surat al Qomar ayat 10,
فدعا ربه أني مغلوب فانتصر
“Maka dia mengadu kepada Tuhannya: "bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu tolonglah (aku)".”
Maksudnya adalah mereka memanggil Rabnya untuk meminta pertolongan.[6]
Demikian pula dalam surat al Kahfi ayat 52,
ويوم يقول نادوا شركائي الذين زعمتم فدعوهم فلم يستجيبوا لهم وجعلنا بينهم موبقا
“Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Dia berfirman: "Panggillah olehmu sekalian sekutu-sekutu-Ku yang kamu katakan itu". Mereka lalu memanggilnya tetapi sekutu-sekutu itu tidak membalas seruan mereka dan Kami adakan untuk mereka tempat kebinasaan (neraka).”
Ibnu Asyur berpendapat bahwa dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada orang-orang kafir agar melakukan pangilan kepada sekutu-sekutu mereka di dunia (iblis) untuk meminta pertolongan “طَلَبُ الْإِقْبَالِ لِلنُّصْرَةِ وَالشَّفَاعَةِ”[7] akan tetapi sekutu-sekutu mereka itu tidak menjawab panggilan tersebut.

D. Da’wah yang berarti permintaan tolong (الدعوة بمعنى الإستعانة أو الاستغاثة)
Pengertian ini sebagaimana firman Allah ta’ala dalam surat al An’am ayat 40,
قل أرأيتكم إن أتاكم عذاب الله أو أتتكم الساعة أغير الله تدعون إن كنتم صادقين
“Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika datang siksaan Allah kepadamu, atau datang kepadamu hari kiamat, apakah kamu menyeru (tuhan) selain Allah; jika kamu orang-orang yang benar!" ”
Maksudnya adalah apabila telah datang siksaan Allah atau hari kiamat kepada siapakah orang-orang musyrik itu akan meminta pertolongan. Makna semacam ini disampaikan ath thobari dalam tafsirnya,
أغير الله هناك تدعون لكشف ما نزل بكم من البلاء، أو إلى غيره من آلهتكم تفزعون لينجيكم مما نزل بكم من عظيم البلاء”[8]
Apakah kepada selain Allah kalian meminta pertolongan untuk menghilangkan bencana yang diturunkan kepada kalian, ataukan kepada yang lainnya dari sesembahan kalian menolong kalian dengan menyelamatkan kalian dari apa yang diturunkan kepada kalian berupa bencana yang besar.
Demikian juga firman Allah dalam surat al Baqarah ayat 23,
وإن كنتم في ريب مما نزلنا على عبدنا فأتوا بسورة من مثله وادعوا شهداءكم من دون الله إن كنتم صادقين
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.”
Maksudnya adalah mintalah pertolongan kepada sekutu-sekutumu selain Allah.[9]

E. Da’wah yang berarti pertanyaan (الدعوة بمعنى السؤال)
Pengertian ini sebagaimana firman Allah ta’ala dalam surat al Baqarah ayat 69,
قالوا ادع لنا ربك يبين لنا ما لونها قال إنه يقول إنها بقرة صفراء فاقع لونها تسر الناظرين
“Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya". Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya."”
Maksudnya adalah tanyakanlah bagi kami kepada tuhanmu.[10] Ayat ini menjelaskan bani Israil meminta Musa as untuk bertanya kepada Allah. “سَأَلُوا عَنْ مَاهِيَّةِ اللَّوْنِ وَجِنْسِهِ”[11] mereka bertanya tantang hakikat warna dan jenis, tentang sapi yang diperintahkan bagi mereka untuk menyembelihnya.

F. Da’wah yang berarti ajakan kepada sesuatu tujuan (الدعوة بمعنى الحثّ على قصده)
Pengertian ini sebagaimana firman Allah ta’ala dalam surat al Yusuf ayat 33,
قال رب السجن أحب إلي مما يدعونني إليه وإلا تصرف عني كيدهن أصب إليهن وأكن من الجاهلين
“Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh."”
Dalam ayat ini da’wah bermakna ajakan kepada sesuatu yang ingin dicapai bisa berupa kebenaran maupun kepada kebatilan[12], dan Yusuf menolak ajakan kepada kebatilan.

G. Da’wah yang berarti meminta atau mengharap (الدعوة بمعنى الطلب)
Pengertian ini sebagaimana firman Allah ta’ala dalam surat al Furqan ayat 14,
لا تدعوا اليوم ثبورا واحدا وادعوا ثبورا كثيرا
“(Akan dikatakan kepada mereka): "Jangan kamu sekalian mengharapkan satu kebinasaan, melainkan harapkanlah kebinasaan yang banyak.”
Dalam ayat ini orang-orang kafir ketika dilempar keneraka meminta/mengharap kepada Allah satu kebinasaan saja, tapi Allah tidak mengabulkan permintaan mereka melainkan dengan melipatgandakan. Hal ini sebagaimana pendapat az Zuhailiy,
وَادْعُوا ثُبُوراً كَثِيراً أي اطلبوا أنواعا من الهلاك لأن عذابكم أنواع كثيرة”[13]
mintalah berbagai jenis kebinasaan karena adzab bagi kalian bermacam-macam banyaknya.
Pengertian ini juga terdapat pada surat al Fushilat ayat 31 tentang permintaan orang-orang beriman,
نحن أولياؤكم في الحياة الدنيا وفي الآخرة ولكم فيها ما تشتهي أنفسكم ولكم فيها ما تدعون
“Kami lah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.”
Demikian pula  firman Allah ta’ala dalam surat al A’raf ayat 55,
ادعوا ربكم تضرعا وخفية إنه لا يحب المعتدين
“Berdo’alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”
Juga dalam surat yunus ayat 10,
دعواهم فيها سبحانك اللهم وتحيتهم فيها سلام وآخر دعواهم أن الحمد لله رب العالمين
“Doa mereka di dalamnya ialah: "Subhanakallahumma", dan salam penghormatan mereka ialah: "Salam". Dan penutup doa mereka ialah: "Alhamdulillaahi Rabbil `aalamin."”
Maksudnya adalah mereka berdo’a kepada Allah karena menggantungkan harapan kepada-Nya.[14]

[1] Lihat : Muhammad Fuad Abdul Baqi, Mu’jam Mufahras li Alfazh al Qur’an, Beirut : Daar al Fikr, 1407 H, hlm. 257-260.
[2] Abul Husain Ahmad bin Faris bin Zakaria al Qazwini ar Razy, Mu’jam Maqayis al Lughah, Beirut : Daar al Fikr, 1399 H, Vol 2, hlm 279.
[3] Majiduddin Abu Thahir Muhammad bin Ya’qub al Al Fairuz Abadiy, al Qamus al Muhith, Beirut: Muassasatu ar Risalah, Hlm. 1282.
[4] Yahya Ibnu Salam bin Aby Sya’labah, at Tasharifu litafsir al Qur’an mimma Istabahat asmaih wa wa tasharifat ma’anih, Tunisia : Syirkatu Tunisiah lit Tauzi’, 1979, hlm. 352. Lihat juga, Abul Qasim al Husain bin Muhammad ar Raghib al Ashfihaniy, al Mufradat fi Gharibil Qur’an, Damaskus : Daar al Qalam, 1412 H, Hlm 315.
[5] Yahya Ibnu Salam, ibid.
[6] Ibid, hlm.326.
[7] Muhammad ath Thahir bin Muhammad bin Muhammad ath Thahir bin ‘Asyur at Tunisiy, at Tahrir wa at Tanwir, Tunisia : Daar at Tunisiah li an Nusyr, 1984, Vol 15, hlm 345.
[8] Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir Abu Ja’far ath Thobariy, Jami’ul Bayan fi Ta’wil al Qur’an, Beirut : Muassasatu ar Risalah, 1420 H, Vol 11, hlm 353.
[9] Yahya Ibnu Salam, loc.cit.
[10] Ibid, hlm. 327.
[11] Wahbah bin Musthafa az Zuhaily, at Tafsir al Munir fi al Aqidati wa asy Syari’ati wa al Manhaj, Damaskus : Daar al Fikr al Muashir, 1418 H, vol 1, hlm 553.
[12] Raghib al Ashfihaniy, loc.cit.
[13] Wahbah bin Musthafa az Zuhaily, op.cit, Vol 19, hlm 28.
[14] Raghib al Ashfihaniy, op.cit, hlm 316.

Al Qur'an Pedoman Dakwah



Al Quran sebagai sumber ajaran Islam juga telah menjelaskan panduan dan petunjuk untuk orang-orang yang menempuh jalan dakwah ini. Panduan yang memberi arah yang benar dari Yang Menurunkan ajaran ini.

Al Quran merupakan sebuah kitab dakwah. Yang memiliki ruh pembangkit. Yang berfungsi sebagai penguat. Yang menjadi tempat berpijak. Yang berperan sebagai penjaga, penerang dan penjelas. Dia merupakan tempat kembali satu-satunya bagi para penyeru dakwah dalam mengambil rujukan, dalam melakukan kegiatan dakwah dan menyusun suatu konsep gerakan dakwah selanjutnya.[1] Seyogyanya kepada panduan itulah para da’i mengambil petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknisnya.

Jika kita merenungi Al Quran, maka kita akan mengetahui bahwa ketika Allah memerintahkan Rasulullah saw untuk berdakwah, Dia tidak membiarkannya memilih sendiri cara dan metode dakwahnya, meskipun Nabi Muhammad memiliki semua sifat kesempurnaan seperti akal yang cerdas, akhlaq yang tinggi dan hati yang tulus. Allah menetapkan dalam Al Quran metode-metode dakwah yang baik guna mencapai hasil maksimal.

Dalam Al Quran, banyak tuntunan metode dan cara-cara menyampaikan dakwah, seperti,
ومن أحسن قولا ممن دعا إلى الله وعمل صالحا وقال إنني من المسلمين
Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shaleh dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?" (Fushshilat 33).
ادع إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي أحسن إن ربك هو أعلم بمن ضل عن سبيله وهو أعلم بالمهتدين
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (An Nahl 125)

Maka tidak ada rangkaian kata yang lebih indah dari pada untaian seruan kepada agama Allah, mengajak berbuat kebaikan dan beramal shaleh. Sekiranya kaum muslimin bersama-sama berdiri tegak di atas jalan ini,  dengan cara-cara yang baik yang diajarkan Al Quran, maka cahaya kebenaran semakin terang menyingkap gelapnya kebodohan, ketidaktahuan dan ketidakpedulian. Menandingi rayuan syetan dan hawa nafsu, untuk kemudian mengalahkannya. Karena Al Quran sengaja diturunkan untuk merobah keadaan manusia secara mendasar, totalitas dan besar-besaran.[2]

[1] Sayyid Qutb, Fiqih Dakwah, Maudhu’at fi ad Da’wah wa al Harakah, alih bahasa Suwardi Effendi HS dan Ah. Rosyid Asyofi Lc. Pustaka Amani, Jakarta, 1995, h.1.
[2] Sayyid Quthb, ibid, h.2.

Islam Agama Dakwah



Allah telah menetapkan Islam sebagai risalah akhir zaman. Tidak ada lagi nabi atau rasul yang akan diutus ke dunia dengan membawa risalah baru bagi manusia sampai dunia ini berakhir. Sebagai agama terakhir, Islam telah lengkap merangkum semua hikmah, ajaran dan pesan para nabi dan rasul Allah. Ia tidak dapat lagi ditambahi atau dikurangi. Ia telah sempurna pada materi, isi dan manhajnya (sistem, proses dan methodologinya).

اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الإسلام دينا فمن اضطر في مخمصة غير متجانف لإثم فإن الله غفور رحيم
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al Ma’idah 3)
Pada kenyataannya, dunia tidak pernah sepi dari usaha-usaha untuk menarik manusia ke jalan yang sesat. Selalu terjadi pertarungan antara haq dan bathil dalam memperebutkan pengikut.

ولولا فضل الله عليك ورحمته لهمت طآئفة منهم أن يضلوك وما يضلون إلا أنفسهم وما يضرونك من شيء وأنزل الله عليك الكتاب والحكمة وعلمك ما لم تكن تعلم وكان فضل الله عليك عظيما
Sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, tentulah segolongan dari mereka berkeinginan keras untuk menyesatkanmu. Tetapi mereka tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak dapat membahayakanmu sedikit pun kepadamu. Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab dan hikmah kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu. (An Nisaa’ 113)

Maka Allah swt menjamin kesucian dan kemurnian Islam dengan kelengkapannya sebagai risalah dakwah. Di mana dakwah adalah kewajiban atas tiap pemeluknya, seperti kewajiban-kewajiban lainnya seperti sholat, zakat, haji dan lain sebagainya. Maka berdakwah adalah sebuah kewajiban fungsional setiap muslim, secara individual maupun komunal. Untuk itu Al Quran menggariskan kewajiban berda’wah guna menuntun manusia ke jalan yang lurus.

شرع لكم من الدين ما وصى به نوحا والذي أوحينا إليك وما وصينا به إبراهيم وموسى وعيسى أن أقيموا الدين ولا تتفرقوا فيه كبر على المشركين ما تدعوهم إليه الله يجتبي إليه من يشاء ويهدي إليه من ينيب
Dia telah mensyariatkan kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama) -Nya orang yang kembali (kepada-Nya). (Asy Syuraa 13).