Tantangan bagi pengingkar al Qur'an & balasan mereka



Tadabbur surat al Baqarah 23- 24

وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad) buatlah satu surat (saja) yang semisal al Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar (23)

فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ
Maka jika kamu tidak dapat membuatnya dan pasti kamu tidak akan dapat membuatnya, peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu yang disediakan bagi orang-orang kafir.

Pemahaman Ayat

a. Tantangan Allah kepada mereka yang meragukan al Qur'an

Ayat ini bercerita tentang keragu-raguan orang-orang musyrik terhadap al Qur'an, sehingga Allah menantang mereka untuk membuat ayat sejenis. Al Qurthubi berpendapat,
يَعْنِي الْقُرْآنُ وَالْمُرَادُ الْمُشْرِكُونَ الَّذِيْنَ تَخَدُوا فَإِنَّهُمْ لَمَّا سَمِعُوا الْقُرْآنَ قَالوُا : مَا يُشَبِّهُ هَذَا كَلاَمَ اللهِ وَإِنَّا لَفِي شَكٍّ مِنْهُ
ketika orang-orang musyrik ditantang mendengar al Qur'an, mereka berkata, "ini tidak seperti kalam Allah. Sesungguhnya kami benar-benar ragu terhadapnya.

Ibnu Katsir menguatkan pendapat tersebut dalam tafsirnya,
مِنْ مِثْلِ مَا جَاءَ بِهِ إِنْ زَعَمْتُمْ أَنَّهُ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللهِ، فَعاَرَضُوهُ بِمِثْلِ مَا جَاءَ بِهِ، وَاسْتَعِيْنُوا  عَلىَ ذَلِكَ بِمَنْ شِئْتُمْ مِنْ دُونِ اللهِ، فَإِنَّكُمْ لَا تَسْتَطِيعُونَ ذَلِكَ
Apabila kalian menduga bahwa al Qur'an itu bukan dari sisi Allah, maka tantanglah al Qur'an itu dengan hal yang semisal dengan apa yang didatangkan olehnya. Mintalah pertolongan kepada orang-orang yang kalian kehendaki selain Allah, karena sesungguhnya kalian pasti tidak akan mampu melakukan hal tersebut.

Allah juga menantang seluruh pengingkar al Qur'an dalam banyak tempat, seperti pada surat al Qashas 49, al Isra 88, Hud 13 dan Yunus 37-38 (lihat Ibnu Katsir). Al Qurthubi menuliskan bahwa Kalimat “fa’tuu bi syuratin” (buatlah satu surat saja) adalah kata kerja perintah, namun maknanya adalah li at ta’jiiz (untuk melemahkan), sebab Allah Maha Mengetahui ketidak-mampuan mereka untuk membuat satu surat saja semisal al Qur’an, sekalipun mereka mengumpulkan ahli-ahli  bahasa mereka.


b. Ketidak mampuan pengingkar al Qur'an untuk menandingi nya

Ketika Rosulullah saw diutus dengan membawa al Qur’an, keadaan bangsa arab adalah orang-orang yang paling fasih dan ahli berpidato sehingga mereka merasa bahwa membuat yang serupa dengan al Qur’an itu dapat dilakukan. Inilah diantara kemukjizatan al Qur’an bahwa pada akhirnya tidak ada seorangpun yang akan sanggup menjawab tantangan itu. Demikian pula As Suyuti menuliskan bahwa kaum kafir Quraisy adalah sebuah kaum yang pekerjaan paling bergengsi mereka bersya’ir dan pidato juga tidak sanggup menandingi al Qur’an, hanya karena sombong dan keras kepala mereka yang menjadikan mereka mengolok-olok al Qur’an dengan sebutan syihir, sya’ir dan dongeng-dongeng orang terdahulu.

Ibnu Katsir mengemukakan bahwa huruf lan pada firman Allah pada “fa in lam taf’aluu wa lan taf ‘aluu…” bermakna menafikan untuk selama-lamanya hingga masa mendatang demikian keadaan al Qur’an sejak diturunkannya hingga sekarang dan selama-lamanya. As Suyuti berpendapat bahwa pendapat inilah yang merupakan ijma ummat yang menyebutkan bahwa kemukjizatan Rasulullah saw berupa al Qur’an itu abadi.

Kemukjizatan al Qur’an bukanlah dengan cara shirfah (pengalihan), maksudnya adalah bahwa Allah mengalihkan bangsa Arab untuk menentang al Qur’an dan menghilangkan kemampuan akal mereka, sehingga berkonotasi bahwa kemukjizatan al Qur’an akan berakhir dengan berakhirnya masa tantangan. Pendapat ini dikemukakan oleh Abu Ishaq Ibrahim bin Sayyar an Nadzam salah seorang pemimpin mu’tazilah. Pendapat ini bertentangan dengan ijma’ ummat akan keabadian kemukjizatan al Qur’an sebagai kalam Allah.

Al Ashbahani berpendapat dalam tafsirnya, ketahuilah bahwa kemukjizatan al Qur’an itu ada dua sisi pertama berhubungan dengan dirinya sendiri dan sisi kedua adalah menghalangi manusia dari usaha untuk menentangnya. Ibnu Katsir mengulas beberapa sisi kemukjizatan pada diri al Qur’an dengan lugas

فَأَحْكَمَتْ أَلْفَاظُهُ وَفُصِلَتْ مَعَانِيَهُ أَوْ بِالْعَكْسِ عَلَى الْخِلاَفِ، فَكُلُ مِنْ لَفْظِهِ وَمَعْنَاهُ فَصِيحٌ لَا يُجَارِى وَلَا يُدَانِى
Lafadz-lafadznya disusun dengan rapih dan kokoh. Makna-maknanya dijelaskan secara rinci, atau sebaliknya menurut pendapat yang berbeda-beda. Setiap lafaz dan makna al Qur’an adalah fasih semata, tidak ada yang dapat menandinginya dan tidak pula menyejajarinya.

لَيْسَ فِيهِ مُجَازِفَةٌ وَلَا كَذِبٌ وَلاَ افْتِرَاءٌ،كَمَا يُوجَدُ فِي أَشْعَارِ الْعَرَبِ وَغَيْرِهِمْ مِنَ الْأَكَاذِيْبُ وَالْمُجَازِفَاتِ الَّتِي لَا يُحْسِنُ شِعْرَهُمْ إِلَّا بِهَا
Di dalam al Qur’an tidak terdapat spekulasi, tidak ada dusta, dan tidak ada yang mengada-ada sebagaimana dijumpai pada sya’ir arab dan lainnya yang dipenuhi dengan dusta dan spekulasi. Yang justru syair mereka akan indah dengan adanya kedustaan dan spekulasi.

وَإِنْ أَخَذَ فِي الْوَعِيدِ وَالتَهْدِيْدِ جَاءَ مِنْهُ مَا تَقْشَعِرُّ مِنْهُ الْجِبَالُ الصُّمُّ الرَاسِيَاتِ، فَمَا ظَنُّكَ بِالْقُلُوبِ الْفَاهِمَاتِ،
Apabila al Qur’an mengungkapkan suatu ancaman atau peringatan, hal ini diungkapkannya dalam bahasa yang membuat gunung bisu lagi kokoh itu akan bergetar terlebih lagi hati manusia yang memahaminya

وَإِنْ وَعَدَ أَتَى بِمَا يَفْتَحُ الْقُلوُبُ وَالْآذَانِ، وَ يَشُوقُ إِلَى دَارِ السَلاَمِ وَمُجَاوِرَةِ عَرْشِ الرَّحْمَنِ،
Apabila al Qur’an itu mengemukakan suatu janji, diungkapkan dalam gaya bahasa yang membuat hati dan pendengaran manusia terbuka merasa rindu kepada surga yang berada di sisi Arasy Allah Yang Maha Pemurah.

Sungguh berbeda dengan sya’ir bangsa Arab yang dibuat untuk menanding al Qur’an. Ibnu Katsir menuliskan sebuah riwayat dari Amr bin Ash sebelum ia masuk Islam, ia bertemu dengan Musailamah yang mengatakan sebuah sya’ir yang serupa dengan surat al Ashr:

يَا وَبْرَ يَا وَبْرَ، إِنَّمَا أَنْتَ أُذُنَانِ وَصَدْرٌ، وَسَائِرُكَ حِقْرٌ فَقِرٌ
Hai kelinci – hai kelinci, sesungguhnya kamu hanya terdiri dari atas dua telinga  dan dada, sedangkan selain itu pendek dan kurus.

يَا ضفدع بنت  ضفدعين نقى ماتنقين أعلاك فى الماء و أسفلك فى الطين.
Hai Kodok anak dari dua kodok, berkuaklah sesukamu, bahagian atas engkau di air dan bahagian bawah engkau di tanah.

c. Bahan bakar neraka itu manusia dan batu

al Qurthubi mengemukakan, bahwa kata an naas (manusia) adalah umum, namun maknanya khusus yakni orang-orang yang telah ditetapkan sebagai kayu bakar api neraka. Dan al hijarah adalah batu belerang hitam. Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud dan al Farra’ disebutkan jenis batu ini karena batu ini memiliki keistimewaan dari batu-batu lain yang dapat menambah beratnya siksaan. Yaitu cepat menyala, berbau busuk, banyak asap, sangat lengket di badan dan panasnya sangat kuat apabila telah panas.

Mujahid juga mengatakan bahwa hijarah berasal dari batu pemantik api yang baunya lebih busuk daripada bangkai. Semoga Allah yang Maha Rahman dan Rahim melindungi kita darinya.

kesatuan hati



Tadabbur surat al Anfaal 63

وألف بين قلوبهم لو أنفقت ما في الأرض جميعا مآ ألفت بين قلوبهم ولكن الله ألف بينهم إنه عزيز حكيم
Dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah Telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana. (al Anfaal 63)

Makna Kata

ألف : جَمَعَ ،    وَصلَ بعْضَهُ بِبَعْضٍ،   جَمَعَهُ و وضَعَهُ،   اِسْتِمالَهُ.
Allafa    : Menyatukan, menghubungkan sebagian yang satu dengan yang lainnya, menyatukannya dan meletakkannya, cenderung kepadanya. …Ibrahim Musthofa, et.al)

قلَبَ : جَعَلَ أَعْلاهُ  أسْفَلَهُ،  أو يَمينُهُ شِمالَهُ،  أو باطِنُهُ ظاهِرَهُ.
Qalaba : menjadikan yang di atas kebawah, atau yang dikanan kekiri, atau yang tersembunyi  ditampakan. ...Ibrahim Musthofa, et.al)

نفق : اِفْتَقَرَ وَ ذَهَبَ مالُهُ،  أَنْفَدَهُ وَ أَفْناهُ.
Nafaqo : berkehendak untuk melenyapkan hartanya, menghabiskan & melenyapkannya. …Ibrahim Musthofa, et.al)

العزيزُ : من أسماءِ اللهِ تعالى، و معْناهُ:  الغَلِبُ الذى لا يُقْهَرُ
Al 'Aziiz : dari nama Allah ta'ala yang  berarti : Pemenang (Penguasa) yang tidak terkalahkan. …Ibrahim Musthofa, et.al)
الحكيمُ : من أسماء اللهِ تعالى، ذو الحِكْمَةِ ، الفَيْلَسوُفْ، الطبيبُ

Al Hakiim : dari nama Allah ta'ala, pemilik kebijaksanaan.

Pemahaman Ayat.

A.    Allah menyatukan hati suku Aus dan Khazraj

Ibnu Jarir ath Thobari mengemukakan hal ini dalam tafsirnya,

وجمع بين قلوب المؤمنين من الأوس والخزرج بعد التفرق والتشتت على دينه الحق فصيرهم به جميعا بعد أن كانوا أشتاتا وإخوانا بعد أن كانوا أعداء

“Allah berkehendak menyatukan hati diantara mereka dan menyatukan hati orang-orang beriman dari golongan Aus dan Khazraj setelah perbedaan dan perpecahan mereka atas agamanya yang haq. Allah menjadikan mereka bersatu setelah berpecahbelah dan bercerai berai dan menjadi bersaudara setelah sebelumnya mereka saling bermusuhan.” …Ibnu Jarir ath Thobari)

Imam an Nasafi mengemukakan permusuhan diantara mereka berlangsung hingga 120 tahun. al Baidhowi pun mengemukakan kedahsyatan permusuhan dan peperangan diantara suku aus dan khazraj seakan tidak akan pernah berhenti karena diwariskan dari generasi-ke generasi sehingga menghancurkan kehormatan dan sendi-sendi kehidupan sosial mereka.

Kemudian Allah menyelamatkan mereka dengan keimanan kepada-Nya,sehingga berubahlah permusuhan diantara mereka, tidak lagi dikarenakan kebanggaan akan suku melainkan bersatu karena agama (al Qurthubi)

B.    Allah menyatukan hati kaum Anshar dan Muhajirin

al Qurthubi mengemukakan pendapat ini dalam tafsirnya,
وألف بين قلوبهم أي جمع بين قلوب الأوس والخزرج   .وقيل  أراد التأليف بين المهاجرين والأنصار والمعنى متقارب
Dan Allah menyatukan hati suku Aus dan Khazraj, dikatakan juga ayat ini merupakan penyatuan hati kaum Anshar dan  Muhajirin dan makna keduanya adalah berdekatan.

C.    Mereka yang saling mencintai karena Allah

Ibnu Jarir ath Thobari mengemukakan dalam tafsirnya bahwa ayat ini terkait dengan al mutahaabbuuna fillah (mereka yang saling mencintai di jalan Allah).  Dari Fudhail bin Ghazwan dari Abi Ishaq dari Abi al Ahwash ia berkata, aku mendengar Abdullah berkata:
لو أنفقت …   الآية قال هم المتحابون في الله
yang dimaksud dengan ayat (law anfaqta…) adalah mereka yang saling mencintai karena Allah

Makna & Urgensi Kesatuan Hati

A.    Kesatuan Hati Adalah Nikmat Ilahiyah & Salah Satu Penyebab Diampuninya Dosa.

Kesatuan hati merupakan kasih sayang yang Allah limpahkan kepada mereka yang dikehendaki-Nya. An Nasafi menuliskan dalam tafsirnya,
ولكن الله ألف بينهم بفضله ورحمته وجمع بين كلمتهم بقدرته فاحدث بينهم التوادد والتحابب واماط عنهم التباعض والتماقت
akan tetapi Allah menyatukan hati mereka dengan kemuliaan dan kasih sayangNya dan bersatulah mereka itu atas kehendak Allah, maka yang terjadi adalah saling menyayangi dan mencintai diantara mereka dan sirnalah tirai kebencian dan kebencian diantara mereka

Dalam tafsir ath Thobari ada sebuah riwayat yang berkaitan, Berkata kepada kami Abdul Karim bin Abi Amir ia berkata, berkata kepadaku Al Walid ia dari Abi Amir dan ia berkata, berkata kepadaku Ubdah bin Lubabah ia dari Mujahid dan aku bertemu  dengannya lalu aku mengulurkan tanganku maka ia berkata:
إذا تراءى المتحابان في الله فأخذ أحدهما بيد صاحبه وضحك إليه تحاتت خطاياهما كما يتحات ورق الشجر قال عبدة فقلت له إن هذا ليسير قال لا تقل ذلك فإن الله يقول لو أنفقت ما في الأرض جميعا ما ألفت بين قلوبهم  قال عبدة فعرفت أنه أفقه مني
Apabila engkau melihat 2 orang saling menyayangi karena Allah maka salah satunya mengambil tangan saudaranya lalu ia tertawa kepadanya, berguguranlah dosa-dosa keduanya sebagaimana bergugurannya dedaunan, ubdah berkata, lalu aku berkata kepadanya sesungguhnya ini adalah hal yang mudah, lalu ia berkata: janganlah engkau berkata demikian karena sesungguhnya Allah berfirman (law anfaqta….) Ubdah berkata: aku  tahu bahwa engkau lebih faham dariku. …

B.    Kesatuan Hati Adalah Mukjizat dan Tanda Kenabian Muhammad saw.

Dikemukakan oleh Abu Abdullah al Qurthubi dalam tafsirnya,
وكانت تألف القلوب مع العصبية الشديدة في العرب من آيات النبي صلى الله عليه وسلم ومعجزاته
adapun urusan menyatukan hati serta ashobiyah dikalangan bangsa Arab merupakan salah satu tanda kenabian Muhammad SAW dan kemukzijatannya. …Abu Abdullah al Qurthubi)
يأتلف فيهم قلبان حتى صاروا كنفس واحدة وهذا من معجزاته صلى الله عليه وسلم وبيانه
Allah mempersatukan mereka yakni dua hati sehingga menjadi seperti jiwa yang satu dan ini termasuk kemukjizatan Nabi SAW dan bukti kenabiannya. …al Baidhowi)

C.    Kesatuan Hati adalah Anugerah Hidayah dari Allah yang Tidak Dapat Dibeli.

Ibnu Jarir ath Thobari mengemukakan dalam tafsirnya bahwa Allah bersumpah seandainya seluruh isi dunia dibelanjakan untuk mempersatukan hati manusia tentu tidak akan sanggup. Melainkan Ialah yang Maha Kuasa atas diri manusia.
يقول تعالى ذكره لنبيه محمد صلى الله عليه وسلم لو أنفقت يا محمد ما في الأرض جميعا من ذهب وورق وعرض ما جمعت أنت بين قلوبهم بحيلك ولكن الله جمعه على الهدى
Allah menyebutkan kepada Nabi Muhammad SAW  walaupun kamu membelanjakan segala sesuatu yang ada dibumi keseluruhannya baik itu berupa emas, dedaunan dan benda-benda selain emas niscaya kamu tidak akan dapat menyatukan hati mereka dengan caramu, akan tetapi Allah telah menyatukannya dengan petunjuk (hidayah)

Allah menyatukan manusia melalui agamanya, berkata kepada kami Ibnu Hamid ia berkata, berkata kepada kami salamah dari ibn Ishaq
وألف بين قلوبهم على الهدى الذي بعثك به إليهم .   لو أنفقت ما في الأرض جميعا ما ألفت بين قلوبهم ولكن الله ألف بينهم بدينه الذي جمعهم عليه
bahwa yang dimaksud dengan ayat tersebut adalah Allah telah menyatukan hati mereka dengan petunjuk (hidayah) yang dengan hidayah itulah Allah mengutusmu kepada mereka. Walaupun kamu membelanjakan semua kekayaan yang ada di bumi, niscaya kamu tidak dapat menyatukan hati mereka akan tetapi Allah telah menyatukan hati mereka dengan agama yang telah menyatukan mereka. …Ibnu Jarir ath Thobari)

Demikian pula pendapat al Baidhowi dalam tafsirnya, bahwa Allah lah yang sanggup menyatukan manusia karena Ialah yang menggenggam hati manusia.
لو أنفقت ما في الأرض جميعا ما ألفت بين قلوبهم أي تناهي عداوتهم إلى حد لو انفق منفق في إصلاح ذات بينهم ما في الأرض من الأموال لم يقدر على الألفة والإصلاح ولكن الله ألف بينهم بقدرته البالغة فإنه المالك للقلوب يقلبها كيف يشاء إنه عزيز تام القدرة والغلبة لا يعصى عليه ما يريده حكيم يعلم انه كيف ينبغي أن يفعل ما يريده
Walaupun engkau membelanjakan semua (kekayaan) di bumi niscaya kamu tidak dapat menyatukan hati mereka yakni mencegah permusuhan mereka pada batasnya dan membelanjakan semua harta yang ada di bumi untuk mendamaikan mereka tidak akan mampu mendatangkan kasih-sayang dan perdamaian akan tetapi Allah telah menyatukan mereka dengan kuasanya yang nyata. Dan Dialah Pemilik hati-hati itu yang dapat membolak-balikkannya kapan saja, sesungguhnya Dia Maha Agung yang sempurna kekuasaannya dan berkuasa atas segala hal yang tidak bermaksiat atasnya pada suatu apapun yang diinginkannya.

D.    Kesatuan Hati adalah Sumber Kekuatan Ummat.

Allah jadikan kesatuan hati orang-orang beriman sebagai sumber kekuatan mereka untuk menolong Rasul-Nya dan menegakkan Islam dengan kekuatan tersebut,
ولكن الله جمعه على الهدى فأتلفت واجتمعت تقوية من الله لك وتأييدا منه ومعونة على عدوك
Allah telah menyatukannya dengan petunjuk (hidayah), maka bersatulah dan berkumpullah kekuatan dari Allah untukmu dengan petunjuk itu mereka menguatkan serta menolongmu atas musuh-musuhmu. …Ibnu Jarir ath Thobari)
    Allah ta'ala adalah zat yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, Ialah sumber kekuatan yang tak tertandingi oleh Sesuatupun, segala urusan-Nya pasti sempurna meliputi tegaknya hukum-hukum-Nya di muka bumi, dan Dia Maha Bijaksana untuk menolong orang-orang yang dikehendaki-Nya.

E.    Kasih Sayang adalah Perkara yang Pertama Muncul dari Sesama manusia.

Imam ath Thobari meriwayatkan, berkata kepadaku Ya'qub, ia berkata: berkata kepada kami ibnu Ilyas, ia berkata, Ibnu Aun mengabarkan kepada kami ia dari Umair bin Ishaq ia berkata:
كنا نتحدث أن أول ما يرفع من الناس أو قال عن الناس الألفة   
adalah kami sedang membicarakan bahwa yang pertama muncul dari manusia atau tentang manusia adalah kasih sayang. …Ibnu Jarir ath Thobari)

DAFTAR PUSTAKA
Mushofa, Ibrahim et.al, Mu’jam al Wasith., Maktabah Islamiyyah Turki. tt.
Al Baidhowi, Nashirudin Abi Sa'id, Anwaar at-Tanzil wa Asrar at-Ta'wil, maktabah syamilah
An Nasafi, Abul Barkat Abdullah bin Ahmad bin Mahmud an Nasafi, Madarik at-Tanzil wa Haqa'iq at Ta'wil, maktabah syamilah
Ath-Thobari, Muhammad bin Jarir, Jami'ul Bayan fi Ta'wil Ayat al Qur'an, maktabah syamilah.
Al Qurthubi, Abu Abdullah, al Jami' li Ahkam al Qur'an, maktabah syamilah.

Allah Sang Penggenggam Kehidupan



Tadabbur surat al baqarah ayat ke 28

كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Mengapa kamu kafir kepada Allah, Padahal kamu tadinya mati, Lalu Allah menghidupkan kamu, Kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, Kemudian kepada-Nya lah kamu dikembalikan.

Pemahaman Kalimat
kalimat tanya: bagaimana. كَيْفَ : الإستفهام
Tidak beriman terhadap keesaan Allah, kenabian, syari'at atau kepada ketiganya. تَكْفُرُونَ : كَفَرَ – يَكفُرُ –كُفْراً
Yang memisahkan kehidupan أَمْوَاتًا(ج) :مَاتَ – يَمُوتُ – مَوْتاً
Bertumbuh, hidup أَحْيَا : حَيِيَ – يَحْيَ – حَيَاةً
kembali تُرْجَعُونَ : رَجَعَ – يَرْجِعُ – رُجُوعًا

Kandungan Ayat

a. Kecaman Terhadap Pengingkaran Manusia

Ayat ini merupakan kecaman Allah terhadap manusia yang mengingkari-Nya. Bagaimana mungkin manusia akan kafir kepada Allah padahal Dia lah yang menghidupkan dan mematikan mereka.
Muhammad Ali as Shobuni berpendapat,
استفهام للتوبيخ و الإنكار و المعنى كيف تجحدون الخالق، و تنكرون الصانع
Ini adalah kalimat tanya yang berfungsi untuk menghinakan dan kecaman yang artinya bagaimana mungkin kamu mengingkari Allah Penciptamu.

Hal ini sebagaimana dikemukakan pula oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya,
يقول تعالى محتجًا على وجوده وقدرته، وأنه الخالق المتصرف في عباده: { كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ } أي: كيف تجحدون وجوده أو تعبدون معه غيره!
Allah ta'ala memberikan alasan atas wujud dan kekuasaan-Nya, bahwasanya Dialah pencipta yang berhak melakukan apa saja terhadap hambanya (mengapa kamu kafir kepada Allah) bagaimana mungkin kamu sekalian menyangkal wujud Allah atau hendak beribadah kepada-Nya dengan menyembah pula kepada selain-Nya.

{ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ } أي: قد كنتم عدمًا فأخرجكم إلى الوجود، كما قال تعالى: { أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ } [الطور: 35]
(padahal kamu tadinya mati kemudian Allah menghidupkan kamu) dahulunya kmu sekalian tidak ada, kemudian Allah menjadikanmu menjadi berwujud. Sebagaimana firman Allah ta'ala " apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?
Dalam tafsir al manar dituliskan kaitan ayat ini dengan ayat sebelumnya yang juga merupakan kecaman bagi orang-orang yang ingkar,

الْكَلَامُ مُتَّصِلٌ بِمَا قَبْلَهُ وَمُرْتَبِطٌ بِهِ ارْتِبَاطًا مُحْكَمًا ، وَالْخِطَابُ لِلْفَاسِقِينَ الَّذِينَ يَضِلُّونَ بِالْمَثَلِ
Kalam ini berhubungan dengan sebelumnya dan berkaitan secara hukum. Ia adalah kecaman bagi orang-orang fasik yang tersesat karena perumpamaan yang Allah berikan dalam alQur'an.

فَإِنَّهُ وَصَفَهُمْ أَوَّلًا بِنَقْضِ الْعَهْدِ الْإِلَهِيِّ الْمُوَثَّقِ ، وَقَطْعِ مَا أَمَرَ بِهِ سُبْحَانَهُ أَنْ يُوصَلَ ،
Maka sesungguhnya telah mensifati mereka dengan kefasikan kerena mereka telah melanggar perjanjian Allah setelah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah kepada mereka untuk menghubungkannya.

ثُمَّ بَعْدِ هَذَا الْبَيَانِ جَاءَ بِهَذَا الِاسْتِفْهَامِ التَّعَجُّبِيِّ عَنْ صِفَةِ كُفْرِهِمْ مُقْتَرِنًا بِالْبُرْهَانِ النَّاصِعِ عَلَى أَنَّهُ لَا وَجْهَ لَهُ وَلَا شُبْهَةَ تُسَوِّغُ الْإِقَامَةَ عَلَيْهِ
Setelah adanya penjelasan ini datanglah ayat yang berisi pertanyaan yang mengejutkan (kecaman) tentang sifat kekafiran mereka yang berkaitan dengan petunjuk yang nyata bahwa tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya dan tidak ada sesuatupun yang sanggup berdiri sejajar atau melebihi Allah.

Hal ini sebagaimana diungkapkan dalam fi dzilalil qur'an,
وعند هذا البيان الكاشف لآثار الكفر والفسوق في الأرض كلها يتوجه إلى الناس باستنكار كفرهم بالله المحيي المميت الخالق الرازق المدبر العليم
Ditengah penjelasan yang mengungkapkan berbagai dampak kekafiran dan kefasikan di muka bumi tersebut, disampaikan kecaman (istinkar) terhadap kekafiran manusia kepada Allah yang Maha Menghidupkan, Maha Mematikan, Maha Pencipta, Maha Pemberi Rizki, Maha Mengatur dan Maha Mengetahui.

Kekuasaan Allah menghidupkan yang mati adalah bukti yang seharusnya tidak terbantahkan oleh orang-orang kafir akan rububiyyahnya, namun orang kafir tetap saja mengingkarinya. Lebih lanjut Sayyid Quthb menjelaskannya,
والقرآن يواجه البشر بما لا بد لهم من مواجهته ، والاعتراف به ، والتسليم بمقتضياته
Al Qur'an menghadapkan manusia kepada sesuatu yang mau tidak mau harus dihadapi, harus diakui dan harus diterima segala konsekuensinya.

يواجههم بموكب حياتهم وأطوار وجودهم . لقد كانوا أمواتاً فأحياهم
Al Qur'an menghadapkan mereka kepada rangkaian proses kehidupan mereka dan fase-fase keberadaan mereka sebelumnya mereka mati kemudian Allah menghidupkan mereka.
كانوا في حالة موت فنقلهم منها إلى حالة حياة ولا مفر من مواجهة هذه الحقيقة التي لا تفسير لها إلا بالقدرة الخالقة

Sebelumnya mereka berada dalam keadaan mati kamudian Allah mengalihkannya kepada keadaan hidup, tidak ada alasan untuk mengelak dari hakikat yang tidak bisa ditafsirkan kecuali dengan kekuasaan Maha Pencipta ini.
والكفر بالله في مواجهة هذه الدلائل والآلاء كفر قبيح بشع ، مجرد من كل حجة أو سند
Maka kekafiran kepada Allah dihadapan berbagai bukti dan limpahan nikmat adalah merupakan kekafiran yang sangat buruk, keji dan tidak didukung hujjah atau sandaran apapun.

إنهم أحياء ، فيهم حياة . فمن الذي أنشأ لهم هذه الحياة؟ من الذي أوجد هذه الظاهرة الجديدة الزائدة على ما في الأرض من جماد ميت؟ إن طبيعة الحياة شيء آخر غير طبيعة الموت المحيط بها في الجمادات . فمن أين جاءت؟
Sesungguhnya mereka adalah mahluk hidup. Pada diri mereka ada kehidupan. Lalu siapakah yang menciptakan kehidupan mereka?
Siapakah yang menambahkan fenomena baru pada benda mati yang ada di muka bumi ini?
Sesungguhnya karakter kehidupan tidak sama dengan karakter kematian yang meliputi benda-benda mati. Lalu darimana datangnya kehidupan itu?

إنه لا جدوى من الهروب من مواجهة هذا السؤال الذي يلح على العقل والنفس؛ ولا سبيل كذلك لتعليل مجيئها بغير قدرة خالقة ذات طبيعة أخرى غير طبيعة المخلوقات .
Sungguh tidak ada gunanya mengelak dari pertanyaan yang terus mendesak akal dan jiwa ini. Tidak ada jalan untuk memberikan alasan bahwa kehidupan itu berasal bukan dari kekuasaan Maha Pencipta yang memiliki sifat lain bukan sifat mahluk.

من أين جاءت هذه الحياة التي تسلك في الأرض سلوكا آخر متميزاً عن كل ما عداها من الموات؟ . . لقد جاءت من عند الله . . هذا هو أقرب جواب
Darimana datangnya kehidupan yang menempuh jalan lain dan berbeda dari benda-benda mati di dunia ini? Sesungguhnya kehidupan itu berasal dari sisi Allah. Itulah jawaban yang paling dekat.

b. Pendapat-Pendapat Tentang Dua Kematian & Dua Kehidupan.

Beberapa riwayat dalam tafsir jami’ul bayan fi ta’wilil ayatil Qur’an mengungkapkan makna ini,
Pertama, kematian pertama adalah ketika manusia masih menjadi tanah dan kedua di alam kubur, kehidupan pertama adalah di dunia dan kedua di hari kebangkitan.

Telah diceritakan kepadaku dari al Minjab, ia berkata: berkata kepadaku Bisyr bin Imarah, dari Abi Rauq, dari ad Dhohak, dari Ibnu Abbas, tentang firman Allah ta’ala( ya Rabb Kami Engkau telah mematikan kami dua kali dan menghidupkan kamu dua kali pula) {al mukmin ayat 11)
قال: نتم تُرابًا قبل أن يخلقكم، فهذه ميتة، ثم أحياكم فخلقكم، فهذه إحياءة. ثم يميتكم فترجعون إلى القبور، فهذه ميتة أخرى. ثم يبعثكم يوم القيامة، فهذه إحياءة.فهما ميتتان وحياتان، فهو قوله:"كيف تكفرون بالله وكنتم أمواتًا فأحياكم ثم يميتكم ثم يحييكم، ثم إليه ترجعون"
Ia berpendapat: Pada saat itu kamu sekalian adalah debu (tanah) sebelum (kemudian) Allah menciptakan kamu sekalian, dan ini disebut fase kematian. Kemudian Allah menghidupkan kamu sekalian maka diciptakanlah kamu, ini disebut fase kehidupan. Kemudian Allah mematikan kamu lalu kamu sekalian dikembalukan kedalam kubur (tanah) inilah fase kematian berikutnya. Kemudian Allah berkehendak membangkitkan kamu sekalian pada hari kiamat, inilah fase kehidupan berikutnya. Dan kedua peristiwa ini dinamakan dua kematian dan dua kehidupan. Demikianlah yang dimaksud dengan firman Allah ta’ala : “ mengapa kamu ingkar….”

Kedua, kematian pertama adalah ketika manusia masih berada pada rusuk bapak mereka.

Berkata kepada kami tentang ayat tersebut Bisyr bin Mu’adz, ia berkata: berkata kepada kami Yazid bin Zurai’, dari Sa’id dari Qatadah tentang firman Allah, “mengapa kamu kafir…” ia berpendapat:
كانوا أمواتًا في أصلاب آبائهم ، فأحياهم الله وخلقهم، ثم أماتهم الموتة التي لا بد منها، ثم أحياهم للبعث يوم القيامة، فهما حياتان وموتتان
Mereka itu mati ketika masih berada pada rusuk bapak mereka, kemudian Allah menghidupkan mereka dengan cara menciptakan mereka, kemudian Allah mematikan mereka dengan kematian yang sudah seharusnya (kematian di dunia) kemudian Allah menghidupkan mereka untuk bangkit pada hari kiamat. Dua peristiwa ini disebut dua kehidupan dan dua kematian.

Ketiga, yang dimaksud kematian dan kehidupan adalah terkait dengan mati dan hidupnya daya ingat dalam proses tersebut.

Ibnu Jarir ath Thobari berpendapat makna ini adalah yang paling utama. Terkait dengan penjelasan ayat ini sebagaimana telah kami kemukakan pendapat dari Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas bahwa yang dimaksud “padahal kamu tadinya mati”.
أمواتَ الذكر، خمولا في أصلاب آبائكم نطفًا، لا تُعرفون ولا تُذكرون: فأحياكم بإنشائكم بشرًا سويًّا حتى ذُكِرتم وعُرِفتم وحَيِيتم،
Adalah matinya daya ingat, yang tiada mengingat apapun ketika dalam keadaan menjadi nutfah dalam tulang rusuk bapakmu, pada kondisi ini mereka semua tidak mengetahui dan mengingat sesuatupun sampai kemudian Allah menghidupkan kamu sekalian dengan menjadikanmu seorang manusia yang sempurna yang dapat mengingat sesuatu, mengetahuhi sesuatu dan hidup

ثم يُميتكم بقبض أرواحكم وإعادتكم رُفاتًا لا تُعرفون ولا تُذكرون في البرزخ إلى يوم تبعثون،
Kemudian Allah mematikan kamu dengan mengambil kembali nyawamu dan mengambalikanmu kembali pada kehancurran yakni kamu sekalian kembali tidak mengetahui dan mengingat sesuatupun di alam barzah sampai saatnya kamu sekalian dibangkitkan pada hari kiamat.

ثم يحييكم بعد ذلك بنفخ الأرواح فيكم لبعث الساعة وصَيحة القيامة
Kemudian Allah kembali menghidupkan kamu sekalian setelah peristiwa yang demikian itu dengan meniupkan kembali nyawamu kepadamu untuk waktu berbangkit dan untuk memenuhi seruan hari kiamat.

c. Isyarat Allah Agar Manusia Mamanfaatkan Kehidupannya Yang Pertama.

Syaikh Muhammad Rasyhid Ridho memberikan hikmah dalam tafsirnya terkait dengan ayat ini,
إِلَّا مَا تَكُونُ بِهِ الْحَيَاةُ الثَّانِيَةُ أَرْقَى فِي مَرْتَبَةِ الْوُجُودِ وَأَكْمَلَ لِمَنْ يُزَكُّونَ أَنْفُسَهُمْ فِي تِلْكَ ، وَأَدْنَى مِنْهَا وَأَسْفَلَ فِيمَنْ يَدُسُّونَهَا وَيُفْسِدُونَ فِطْرَتَهَا
Dalam kehidupan yang kedua ini martabat manusia dapat lebih tinggi dan lebih sempurna ketika seseorang itu membersihkan (mensucikan) diri mereka dan sebaliknya keadaan mereka pada kehidupan yang kedua dapat lebih rendah makanala mereka mengotori kehidupan (pertama) tersebut dan merusak fitrah kehidupan itu sendiri.

Sebagaimana firman Allah dalam surat asy syams,
(قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا)
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang mensucikan jiwa itu dan sesungguhnya merugilah orang-orang yang mengotorinya.

Demikian pula Allah mengutus para Rasul untuk melakukan tugasnya menyeru manusia kepada-Nya. Agar manusia selamat dalam kehidupan keduanya.
وَيَبْعَثُ فِيكُمْ رَسُولًا مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ ، وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ مِنْ قِيَامِ مَصَالِحِكُمْ فِي حَيَاتِكُمُ الْأُولَى ، وَسَعَادَتِكُمْ فِي حَيَاتِكُمُ الْأُخْرَى ؟
Dan Allah mengutus seorang rasul dari golongan mereka sendiri untuk membacakan ayat-ayat Allah lalu kemudian mereka dapat mensucikan diri mereka dan diajarkan kepada mereka kitab dan hikmah dan diajarkan pula kepada mereka hal-hal yang tidak mereka ketahui agar menjadi kemaslahatan bagi kehidupan mereka yang pertama dan untuk kebahagiaan hidup mereka yang lain (akhirat).

d. Kepada Allah Manusia Kembali

Sesungguhnya inilah permasalahan terbesar kehidupan manusia, bahwa ia akan dikembalikan kepada Allah, sehingga dengan demikian dirinya akan dihisab dan dibalasi sesuai dengan amalannya. Hisab adalah sebuah keniscayaan, karenanya kehidupan menjadi baik dan teratur, jika tidak ada hisab maka merugilah manusia yang taat dan beruntunglah manusia yang diperbudak nafsunya selama di dunia.

Syaikh Muhammad Ali Ash Shobuni menegaskan tentang hal ini dalam tafsirnya,
ثمّ إليه ترجعون للحساب و الجزاء يوم النشور
Kemudian kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan adalah untuk dihisab dan diberikan balasan di hari berbangkit.
Demikian pula dikemukakan oleh Syaikh Muhammad Rasyid Ridho,
فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا عَمِلْتُمْ ، وَيُحَاسِبُكُمْ عَلَى مَا قَدَّمْتُمْ ، وَيُجَازِيكُمْ بِهِ
Kemudian kepada Allahlah mereka dikembalikan maka pada hari itu diberitakan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat, dan dihitung apa yang telah mereka kerjakan, dan diberikan balasannya kepada mereka.

Al Imam Ibnu Jarir ath Thobari lebih jelas menggambarkan kondisi manusia ketika dibangkitkan,
لأن الله جل ثناؤه يحييهم في قبورهم قبلَ حشرهم، ثم يحشرهم لموقف الحساب، كما قال جل ذكره
Karena sesungguhnya Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung akan menghidupkan mereka dalam kuburan mereka sebelum mereka dihimpunkan. Kemudian Allah mengumpulkan mereka semua ke suatu tempat untuk dihitung segala amalannya, sebagaimana firman Allah dalam surat al ma’arij.

( يَوْمَ يَخْرُجُونَ مِنَ الأجْدَاثِ سِرَاعًا كَأَنَّهُمْ إِلَى نُصُبٍ يُوفِضُونَ ) [سورة المعارج: 43]
Yaitu pada hari mereka keluar dari kubur dengan cepat seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala (sewaktu di dunia) . Dan firman Allah dalam surat yasin.

وقالL وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَإِذَا هُمْ مِنَ الأجْدَاثِ إِلَى رَبِّهِمْ يَنْسِلُونَ ) [سورة يس: 51]
Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) Tuhan mereka.

Sayyid Quthb menutup pembahasan ayat ini dengan sebuah kesimpulan yang indah,
كما بدأكم تعودون ، وكما ذرأكم في الأرض تحشرون ، وكما انطلقتم بإرادته من عالم الموت إلى عالم الحياة ، ترجعون إليه ليمضي فيكم حكمه ويقضي فيكم قضاءه . .
Seperti pertama kali Allah menciptakan kamu, demikian pula kamu akan dikembalikan. Sebagaimana Allah menciptakan kamu di muka bumi, demikian pula kamu akan dikumpulkan. Sebagaimana kamu beralih dengan kehendak-Nya dari alam kematian ke alam kehidupan, demikian pula kamu akan kembali kepada-Nya untuk menerima keputusan dan ketentuan-Nya.

وهكذا في آية واحدة قصيرة يُفتح سجل الحياة كلها ويُطوى ، وتُعرض في ومضة صورة البشرية في قبضة البارئ : ينشرها من همود الموت أول مرة ، ثم يقبضها بيد الموت في الأولى ، ثم يحييها كرة أخرى ، وإليه مرجعها في الآخرة ، كما كانت منه نشأتها في الأولى
Demikianlah dalam satu ayat yang pendek lembaran kehidupan seluruhnya dibuka dan dilipat, dan dalam sekilas dipaparkan gambaran manusia yang tengah berada dalam genggaman Tuhan Yang Maha Pencipta. Dia membangkitkan pertama kali dari benda-benda mati, kemudian Dia menggenggamnya dengan tangan kematian yang pertama, kemudian Dia menghidupkannya lagi, lalu kepada-Nya mereka dikembalikan lagi di akhirat, Sebagaimana penciptaannya yang pertama kali berasal dari-Nya

. . وفي هذا الاستعراض السريع يرتسم ظل القدرة القادرة ، ويلقي في الحس إيحاءاته المؤثرة العميقة .
Dalam penjelasan singkat ini tergambarkan kekuasaan Tuhan Yang Maha Kuasa, dan tergores kesan yang mendalam di dalam jiwa.

Diadaptasi secara bebas dari:
Mushofa, Ibrahim et.al, Mu’jam al Wasith., Maktabah Islamiyyah Turki. tt.
Ath-Thobari, Muhammad bin Jarir, Jami’ul Bayan fi Tafsiril Ayatil Qur’an, Maktabah Syamilah.
Ibnu Katsir, Imaduddin, Tafsir al Qur’anul Adzhim, Maktabah Syamilah.
As Shobuni, Muhammad Ali, Shofwatu at Tafaasir, Daarus Shobuni, Makkah al Mukarramah, tt
Rasyid, Muhammad, Tafsir al Qur’anul Hakiim (Tafsir al Manar), maktabah syamilah.
Quthb, Sayyid, Fii Dzilal al Qur’an, Darus Syuruq, Mesir, Cet 10 1982M.

Permohonan yang di Ijabah



Dari Abdullah bin Buraidah dari ayahnya, ia berkata: "Nabi saw mendengar seseorang berdo'a dengan mengucapkan:

اللهم إني أسألك بأني أشهد أنك الله الذي لا إله إلا أنت الأحد الصمد الذي لم يلد ولم يولد ولم يكن له كفوا أحد
"Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepadaMu dengan bersaksi bahwa Engkau adalah Allah yang tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi kecuali Engkau, Yang Maha Esa, Tempat bergantung, Yang tiada beranak dan tiada dipernakkan, dan tidak ada sesuatupun yang setara denganNya."

فقال: والذي نفسي بيده لقد سأل الله باسمه الأعظم الذي إذا دعي به أجاب وإذا سئل به أعطى"
Lalu Nabi saw bersabda, "Demi Allah yang diriku berada dalam genggamannya, sesungguhnya orangitu meminta kepada Allah dengan menyebut namanya yang teragung, yang apabila seseorang berdo'a dengan menyebut nama itu niscaya dikabulkan do'anya, jika meminta dengan menyebut nama itu maka akan diberinya apa yang dimintanya"

قال الترمذي: حديث صحيح فهذا توسل إلى الله بتوحيده وشهادة الداعي له بالواحدانية وثبوت صفاته المدلول عليها باسم {الصَّمَدُ}
Berkata at Tirmidzi, ini adalah hadits shahih, ini adalah tawassul kepada Allah dengan mentauhidkanNya dan kesaksian orang-orang yang berdo'a kepadaNya akan kemahaesaanNya dan ketetapan sifat-sifatNya yang ditunjukkan oleh namaNya (ash shomad: tempat bergantung kepadanya segala sesuatu)

Dari Anas bahwa Rasulullah sa mendengar seseorang berdo'a dengan mengucapkan:
 اللهم إني أسألك بأن لك الحمد لا إله إلا أنت المنّان بديع السماوات والأرض ذا الجلال والإكرام ياحي يا قيوم
Ya Allah aku memohon kepadaMu dengan (menyatakan) bahwa kepunyaan-Mu lah segala puji, tiada tuhan yang berhak diibadahi kecuali hanya Engkau, Yang Maha Dermawan, Pencipta langit dan bumi, yang memiliki keagungan dan kemuliaan, wahai Dzat Yang Mahahidup dan Maha Berdiri Sendiri

فقال: لقد سأل الله باسمه الأعظم" فهذا توسل إليه بأسمائه وصفاته.
Kemudian Rasulullah saw bersabda, "Sungguh ia telah meminta kepada Allah dengan menyebut nama-Nya yang teragung."

berdo'alah melalui tawassul dengan memuji dan menyanjungNya, dan tawassul kepadaNya dengan beribadah kepadaNya dan mentauhidkanNya. Setelah itu disebutkan permohonan yang paling penting yaitu hidayah sesudah tawassul tersebut. karena itu orang yang memohon dengan tawassul ini akan dikabulkan.

disalin secara bebas dari Madarijus Salikin, Ibnul Qayyim al Jauziyah