Malu



وعن ابن عمر رضي الله عنهما قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "الحياء من الإيمان" متفق عليه
Dari Ibnu Umar ra berkata, "Rasulullah saw bersabda, "Malu termasuk sebagian dari iman." (muttafaq 'alaihi) Hadits ini shahih al bukhari (24) dan Muslim (36)

الحياء في اللغة تغير وانكسار يلحق الإنسان من خوف ما يعاب به وفي الشرع خلق يبعث على اجتناب القبيح ويمنع من التقصير في حق ذي الحق
Malu secara bahasa berarti perubahan perasaaan yang terjadi pada seorang manusia karena takut dirinya dicela. Dalam syari'at malu adalah akhlaq yang mendorong seseorang untuk menjauhi perbuatan buruk dan mencegahnya dari hal-hal yang dapat melanggar hak orang lain.

والحياء وإن كان قد يكون غريزة فهو في استعماله على وفق الشرع يحتاج إلى اكتساب وعلم ونية فلذلك كان من الإيمان وقد يكون كسبيا
Meskipun malu itu adalah naluri namun penggunaannya menurut konteks syari'at perlu disertai ilmu dan niat. Oleh karena itu rasa malu disebut bagian dari iman dan terkadang rasa malu itu muncul karena sebuah usaha.

ومعنى كونه من الإيمان أن المستحي ينقطع بحيائه عن المعاصي فيصير كالإيمان القاطع بينه وبين المعاصي
Makna rasa malu sebagai bagian dari iman adalah seorang yang memiliki rasa malu maka rasa malunya akan mencegah dirinya dari perbuatan maksiat, sehingga fungsinya sama seperti iman yang dapat mencegahnya dari perbuatan maksiat
.
وقال ابن قتيبة معناه أن الحياء يمنع صاحبه من ارتكاب المعاصي كما يمنع الإيمان فسمي إيمانا كما يسمى الشيء باسم ما قام مقامه والحياء مركب من جبن وعفة
Berkata ibnu qutaibah, maknanya adalah rasa malu yang ada pada diri seseorang akan mencegahnya dari perbuatan maksiat, sebagaimana keimanan yang dapat mencegahnya dari perbuatan maksiat. Malu juga disebut sebagai iman karena malu menempati posisi iman dan berfungsi layaknya iman. Malu adalah gabungan sifat takut & menjaga kehormatan.

وفي الحديث الحياء خير كله ولا يأتي إلا بخير
Dalam hadits lain disebutkan. "malu itu tidak mendatangkan kecuali kebaikan."

قلت قد أجيب عنه بأن المراد من الحياء في الأحاديث الحياء الشرعي والحياء الذي ينشأ عنه ترك بعض ما يجب ليس حياء شرعيا بل هو عجز ومهانة وإنما يطلق عليه الحياء لمشابهته الحياء الشرعي
Saya katakan, "pernyataan ini dijawab dengan pernyataan bahwa maksud perasaan malu yang tercantum dalam hadits adalah sifat malu yang syar,i, sebab rasa malu yang mengakibatkan seseorang tidak melakukan kewajiban tidak termasuk dalam kategori malu menurut istilah syar'i. Bahkan itu merupakan sifat yang lemah dan terhina. Hanya saja tetap dikatakan rasa malu karena ada kemiripan dengan sifat malu menurut istilah syar'i.

 وبجواب آخر وهو أن من كان الحياء من خلقه فالخير عليه أغلب أو أنه إذا كان الحياء من خلقه كان الخير فيه بالذات فلا ينافيه حصول التقصير في بعض الأحوال
Pendapat lain adalah bahwa kebaikan itu lebih banyak terdapat pada diri seorang pemalu. Atau jika seseorang memiliki sifat pemalu berarti ia memiliki sifat yang baik, walaupun terkadang ia melakukan kekeliruan.

قال القرطبي في المفهم شرح مسلم: وكان النبي صلى الله عليه سلم قد جمع له النوعان من الحياء المكتسب والغريزي وكان في الغريزي أشد حياء من العذراء في خدرها وكان في المكتسب في الذروة العليا صلى الله عليه وسلم
Berkata al qurthubi dalam al mufhim fi syarhi muslim, "Rasulullah saw memiliki dua sifat malu: Malu muktasib (malu melakukan perbuatan maksiat) dan malu ghariizi (tabiat atau naluri). Sifat malu ghariizi yang ada pada diri beliau menyebabkan beliau lebih pemalu dari seorang perawan yang berada di tempat pingitannya, sedangkan sifat malu muktasib membawa rasulullah saw kepada derajat yang paling tinggi.

وعن ابن مسعود رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "إن مما أدرك الناس من كلام النبوة الأولى إذا لم تستح فاصنع ما شئت" أخرجه البخاري
Dari ibnu mas'ud ra berkata, "Rasulullah saw bersabda, "sesungguhnya sebagian yang ditemukan oleh manusia dari perkataan nabi-nabi terdahulu adalah, apabila engkau tidak tahu malu kerjakanlah apa yang engkau inginkan". (al Bukhari)

لفظ الأولى ليس في البخاري بل في سنن أبي داود ووقع في حديث أبي حذيفة : إن آخر ما تعلق به أهل الجاهلية من كلام النبوة الأولى .....إلى آخره.  أخرجه أحمد والبزار
Lafaz al ulaa tidak terdapat dalam hadits riwayat al bukhari namun ada dalam riwayat abu dawud daru hadits hudzaifah bin yaman ra, Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya yang masih menjadi pegangan orang-orang jahiliyyah dari perkataan nabi-nabi terdahulu adalah...." hadits ini diriwayatkan ahmad dan al bazzar

والمراد من كلام النبوة الأولى ما اتفق عليه الأنبياء ولم ينسخ كما نسخت شرائعهم لأنه أمر أطبقت عليه العقول
Yang dimaksud dengan perkataan nabi-nabi terdahulu adalah perkataan yang disepakati oleh seluruh nabi dan tidak dihapuskan seperti syari'at-syari'at mereka yang lain. Karena yang tertera pada hadits adalah perkara yang sesuai untuk akal seluruh ummat manusia.

 وفي قوله فاصنع ما شئت قولان الأول أنه بمعنى الخبر أي صنعت ما شئت وعبر عنه بلفظ الأمر للإشارة إلى أن الذي يكف الإنسان عن مدافعة الشر هو الحياء
Mengenai "kerjakanlah apa yang engkau inginkan" ada dua pendapat. Yang pertama, mengandung makna khabar, yakni kamu melakukan apa yang kamu mau. Akan tetapi diungkapkan dalam bentuk perintah sebagai isyarat bahwa sifat yang dapat mencegah seseorang dari perbuatan maksiat adalah malu.

فإذا تركه توفرت دواعيه على مواقعة الشر حتى كأنه مأمور به أو الأمر فيه للتهديد أي اصنع ما شئت فإن الله مجازيك على ذلك
Jika malu sudah hilang, maka akan muncul berbagai dorongan untuk melakukan perbuatan maksiat, hingga seolah-olah maksiat itu menjadi perbuatan yang diperintahkan, atau perintah disini maksudnya sebagai ancaman. Yakni silahkan lakukan sesuka hatimu, karena Allah pasti akan membalasnya.

 الثاني أن المراد انظر إلى ما تريد فعله فإن كان مما لا يستحى منه فافعله وإن كان مما يستحى منه فدعه ولا تبالي بالخلق
Kedua, maksudnya adalah perhatikan apa saja yang engkau kehendaki, jika ada perkara yang kamu tidak malu untuk mengerjakannya maka kerjakanlah dan jika ada perkara yang kamu merasa malu untuk mengerjakannya, maka tinggalkanlah. Jangan kamu perdulikan orang lain.

disadur secara bebas dari Subulussalam Muhammad bin Isma'il al-Shan'ani

Keteguhan Hati Pada Kebaikan



Pembahasan Tentang Keteguhah Hati Pada Kebaikan

وقد ورد في الحديث أن النبى صلى الله عليه وآله وسلم كان يقول‏:‏ ‏"‏يا مقلب القلوب ثبت قلوبنا على دينك، يا مصرف القلوب اصرف قلبنا إلى طاعتك”
Telah disebutkan di dalam hadits bahwa Rasulullah saw bersabda, "Wahai Yang Memalingkan hati, teguhkanlah hati kamu pada agama-Mu. Wahai Yang Membalikkan hati, balikkanlah hati kami kepada ketaatan-Mu" …HR Tirmidzi, al Baghawi, al Hakim & Ibnu Abi Ashim)

وفى حديث آخر‏:‏ ‏"‏مثل القلب كمثل ريشة بأرض فلاة تقلبها الرياح‏"‏
Dalam hadits lain disebutkan, "Perumpamaan hati itu seperti sehelai bulu di tanah lapang yang mudah dibolak-balikkan angin. …HR Ahmad)

واعلم‏:‏ أن القلوب في الثبات على الخير والشر والتردد بينهما ثلاثة‏:‏
Ketahuilah hati yang teguh pada kebaikan dan keburukan, serta keragu-raguan antara keduanya, ada tiga macam:

قلب عَمُرَّ بالتقوى، وزكى بالرياضة، وطهر عن خبائث الأخلاق، فتتفرج فيه خواطر الخير من خزائن الغيب، فيمده الملك بالهدى‏.‏
Hati yang Sibuk dengan Takwa, suci karena latihan, bersih dari noda-noda akhlaq. Bisikan-bisikan kebaikan dari alam ghaib menyusup kedalamnya dan diberi petunjuk.

قلب مخذول، مشحون بالهوى، مندس بالخبائث، ملوث بالأخلاق الذميمة، فيقوى فيه سلطان الشيطان لاتساع مكانه، ويضعف سلطان الإيمان، ويمتلئ القلب بدخان الهوى، فيعدم النور، ويصير كالعين الممتلئة بالدخان، لا يمكنها النظر، ولا يؤثر عنده زجر ولا وعظ‏.‏
Hati yang Terlantar, diisi nafsu, ditaburi noda, dipolesi akhlaq yang tercela. Kekuasaan syetan menjadi kuat di dalamnya, karena tampat berpijaknya cukup luas, sedangkan kekuasaan iman menjadi lemah, dan hatipun dipenuhi dengan asap nafsu, cahayapun menjadi hilang. Ia layaknya mata yang dihadapannya dipenuhi dengan asap tebal, tidak bisamelihat, tidak ada gunanya nasihat dan peringatan.

قلب يبتدئ فيه خاطر الهوى، فيدعوه إلى الشر، فيلحقه خاطر الإيمان فيدعوه إلى الخير‏.
Hati yang Mulanya dilintasi Hawa Nafsu, lalu mengajaknya kepada keburukan, lalu muncullah lintasan iman dan dapat mengajaknya kepada kebaikan.

‏مثاله، أن يحمل الشيطان حملة على العقل، ويقوى داعي الهوى ويقول‏:‏ أما ترى فلاناً وفلاناً كيف يطلقون أنفسهم في هواها، حتى يعد جماعة من العلماء، فتميل النفس إلى الشيطان،
Perumpamaannya, syetan melancarkan serangan ke akal dengan dukungan nafsu. Katanya, "Apakah tidak engkau lihat si fulan dan fulan yang bebas menumbar nafsunya, hingga ada segolongan orang yang menganggapnya termasuk ulama? Jiwapun condong kepada syetan.

 فيحمل الملك حملة على الشيطان، ويقول‏:‏ هل هلك إلا من نسى العاقبة، فلا تغتر بغفلة الناس عن أنفسهم، أرأيت لو وقفوا في الصيف في الشمس ولك بيت بارد، أكنت توافقهم أم تطلب المصلحة‏؟‏ أفتخالفهم في حر الشمس، ولا تخالفهم فيما يؤول إلى النار‏؟‏ فتميل النفس إلى قول الملك،
Kemudian malaikan melancarkan serangannya kepada syetan dan berkata kepada orang tersebut, "Bukankah yang mengalami kebinasaan hanyalah orang yang melalaikan akibat. Janganlah engkau terkecoh oleh kelalaian orang lain tentang diri mereka. Tahukah engkau bahwa jika mereka berdiri di bawah terik matahari, sementara engkai mempunyai rumah yang teduh dan dingin, apakah engkau akan bergabung bersama mereka ataukah engkau mencari keselamatan untuk dirimu? Apakah engkau akan menyalahi mereka untuk bergabung dibawah terik matahari, dan tidak menyalahi mereka dalam urusan yang bisa menyeret ke kobaran api?" akhirnya jiwa itu condong kepada perkataan malaikat.

 ويقع التردد بين الجندين، إلى أن يغلب على القلب ما هو أولى به، فمن خلق للخير يسر له، ومن خلق للشر يسر له‏:‏ ‏{‏فمن يرد الله أن يهديه يشرح صدره للإسلام ومن يرد أن يضله يجعل صدره ضيقاً حرجاً كأنما يصعد في السماء‏}‏ ‏[‏الأنعام‏:‏ 125‏]‏ اللهم وفقنا لما تحبه وترضاه‏.‏
Sekalipun begitu masih ada tarik menarik antara dua psukan ini, hingga salah satu diantara keduanya yang tampil sebagai pemenang dan menguasai hati. Siapa yang diciptakan untuk kebaikan, maka dia diberikemudahan untuk melakukan kebaikan itu, dan siapa yang diciptakan untuk keburukan, maka dia diberi kemudahan untuk melakukan keburukan itu.

"Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit seolah-olah dia sedang mendaki kelangit."
Ya Allah limpahkanlah taufik kepada kami untuk melakukan apa yang Engkau cintai dan Engkau ridhoi.

disadur secara bebas dari Mukhtashar Minhajul Qashidin Ibnu Qudamah al-Maqdisiy

Al Qur’an Petunjuk Bagi Orang yang Bertaqwa


Tadabbur surat al Baqarah ayat 2
ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
Kitab (al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.

Pemahaman Ayat

a. Al Qur’an adalah Kitab yang Sempurna

Firman Allah “dzalikal kitaabu la raiba fiihi” sekalipun berarti kitab itu, namun pada ayat ini berarti kitab ini. Ibnu Katsir menuliskan bahwa Ibnu Juraiz mengatakan bahwa Ibnu Abbas mengartikan maksud “dzalikal kitaab” adalah kitab ini yakni al Qur’an ini.

Dr Sa’id Hawwa berpendapat bahwa  kata penunjuk dzaalika (kata penunjuk jauh) mengandung indikasi tentang kedalaman dan kejauhan cakupan al Qur’an dibandingkan kitab-kitab yang lain. Ia sempurna karena tidak ada kesempurnaan yang melebihi hakikat kebenaran dan keyakinan yang diungkapkan al Qur’an.

Al Qurthubi berpendapat bahwa maksud penggalan ayat tersebut adalah
أَنَّهُ فِي ذَاتِهِ حَقٌّ وَأَنَّهُ مُنَزَّلٌ مِنْ عِنْدِ اللهِ وَصِفَةٍ مِنْ صِفَاتِهِ غَيْرُ مَخْلُوقٍ وَلَا مُحَدَّثٍ وَإِنْ وَقَعَ رَيْبٌ لِلْكُفَّارِ
“kitab Allah ini tidak ada keraguan di dalamnya dan tidak ada kebimbangan. Kitab ini adalah benar dan ia diturunkan dari sisi Allah. Kitab ini juga merupakan bukti dari salah satu sifat-Nya yang bukan makhluq dan tidak dapat dirubah, sekalipun orang kafir meragukannya”

Makna ini juga dikemukakan Ibnu Katsir dengan mengemukakan dalil surat as sajdah  ayat 1-2
الم * تَنزيلُ الْكِتَابِ لا رَيْبَ فِيهِ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Alif lam mim. Turunnya al Qur’an yang tidak ada keraguan padanya, (adalah) dari Rabb semesta alam.

Sebagain ulama mengatakan bahwa bentuk kalimat ini adalah kalimat berita, tetapi makna yang dimaksud adalah kalimat larangan yakni, janganlah kalian meragukannya.

Menurut al Qurthubi kata “Roiba” memiliki tiga makna, yaitu keraguan (الشك), tuduhan (التُهْمَةُ) dan kebutuhan (الحاجة). Sesuai dengan makna tersebut, Dr Sa’id Hawwa menegaskan bahwa alQur’an ialah,
كَوْنُهُ يَقِيْناً لَا يَحُوْمُ الشَّكُّ حَوْلَهُ، وَ حَقًا لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلِ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَ لَا مِنْ خَلْفِهِ. لِأَنَّهُ مِنْ وُضُوحِ الدِلَالَةِ وَسُطُوعِ الْبُرْهَانِ بِحَيْثُ لَا يَنْبَغِي أَنْ يَرْتَابَ فِيهِ أَحَدٌ، لَا أَنَّ أَحَدًا ى أَنْ يَرْتَابَ
ditegaskan bahwa al Qur’an adalah sesuatu yang pasti tanpa disentuh keraguan. Al Qur’an itu suatu kebenaran tanpa dinodai kebatilan dari sisi manapun. Karena bukti dan dalil (atas kebenaran al Qur’an) sangat terang dan jelas, sehingga tidak layak bagi siapapun untuk bersikap meragukannya.

Sayyid Quthb berpendapat bahwa Kesempurnaan al Qur’an juga terlihat pada ketidak mampuan orang arab untuk membuat kitab yang semisal dari huruf-huruf yang beredar dan dikenal dalam bahasa mereka. Inilah bukati yang mempertanyakan darimana munculnya keraguan dan kebimbangan itu?

b.  Menjadi Petunjuk Adalah Hakikat Diturunkannya al Qur’an

Hal ini dikemukakan secara gamblang dikemukakan Sayyid Quthb dalam tafsirnya,
اَلْهُدَى حَقِيقَتُهُ ، وَالْهُدُى طَبِيعَتُهُ ، وَالْهُدَى كِيَانَهُ ، وَالْهُدَى مَاهِيَتُهُ
“petunjuk adalah hakikat al Qur’an, petunjuk adalah karakter al Qur’an, petunjuk adalah entitas al Qur’an dan Petunjuk adalah esensi keberadaan al Qur’an.

Sedangkan pengertian al huda menurut Sa’id Hawwa adalah
هُوَ الدَلَالَةُ الْمَوْصِلَةُ إِلَى الْبَغِيَّةِ
Sebab-sebab yang dapat mengantarkan seseorang kepada harapan yang di dambakannya.

al Qurthubi berpendapat bahwa al huda adalah
اَلرُّشْدُ وَالْبَيَانُ أَيْ فِيهِ كَشْفٌ لِأَهْلِ الْمَعْرِفَةِ وَرُشْدٌ وَزِيَادَةٌ بَيَانٌ وَهُدًى
Petunjuk dan penjelasan yang didalamnya terdapat keterangan bagi ahli ma’rifah petunjuk, tambahan penjelasan dan hidayah.

Sedangkan Ibnu Katsir mengemukakan bahwa al huda menunjukkan makna sesuatu yang kokoh di dalam kalbu berupa iman.

Dari beberapa pengertian tersebut di atas dapatlah kita simpulkan bahwa hakikat al Qur’an itu adalah petunjuk yang mengantarkan pengikutnya mencapai harapannya dengan langkah-langkah yang terang dan jelas sehingga menimbulkan keyakinan bagi pelakunya.

c. Al Qur’an adalah Cahaya Penerang bagi Mereka yang Bertaqwa.

Menurut al Qurthubi, Penyebutan orang-orang yang bertaqwa sebagai orang yang mendapat petunjuk adalah pemuliaan bagi mereka di karenakan mereka beriman dan membenarkan apa yang terdapat dalan al Qur’an. Sekalipun hidayah Allah meliputi seluruh makhluqnya. Ia meriwayatkan dari Abu Rauq bahwa hudan disandarkan kepada muttaqin karena hal itu merupakan,
كَرَامَةٌ لَهُمْ يَعْنِي إِنَّمَا أَضَافُ إِلَيْهِمْ إِجْلَالًا لَهُمْ وَكَرَامَةٌ لَهُمْ وَبَيَانًا لِفَضْلِهِمْ
Kemulian bagi mereka, hal ini semata-mata demi mengagungkan dan memuliakan mereka, juga sebagai bukti keutamaan mereka.

Pengkhususan petunjuk bagi orang bertaqwa menurut Dr Sa’id Hawwa adalah dikarenakan karena memang hanya merekalah yang mengambil petunjuk dari kitabullah. Pendapat ini juga dikemukakan oleh Sayyid Quthb
فَالتَقْوَى فِي الْقَلْبِ هِيَ الَّتِي تُؤَهِّلُهُ لِلْاِنْتِفَاعِ بِهَذَا الْكِتَابِ.هِيَ الَّتِي تَفْتَحُ مَغَالِيْقُ الْقَلْبِ لَهُ فَيَدْخُلُ وَيُؤَدِّي دَوْرُهُ هُنَاكَ.هِيَ الَّتِي تُهَيِّءُ لِهَذَا الْقَلْبِ أَنْ يَلْتَقِطَ وَأَنْ يَتَلَقَّى وَأَنْ يَسْتَجِيبَ
Karena taqwa di dalam hati itulah yang memungkinkannya untuk bisa memanfaatkan kitab ini. Taqwq itulah yang membuka belenggu-belenggu hati sehingga al Qur’an bisa masuk dan mengambil peranan di dalamnya. Taqwa itulah yang mengkondisikan hati untuk bisa mengambil, menerima dan menyambut al Qur’an.

لَا بُدَّ لِمَنْ يُرِيدُ أَنْ يَجِدَ الْهُدَى فِي الْقُرآنِ أَنْ يَجِيءَ إِلَيْهِ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ. بِقَلْبٍ خَالِصٍ. ثُمَّ أَنْ يَجِيءَ إِلَيْهِ بِقَلْبٍ يَخْشَى وَيُتَوَقَّى، وَيَحْذَرُ أَنْ يَكُونَ عَلَى ضَلَالَةٍ ، أَوْ أَنْ تَسْتَهْوِيَهُ ضَلَالَةٌ. . وَعِنْدَئِذٍ يُتَفَتَّحُ الْقُرْآنُ عَنْ أَسْرَارِهِ وَأَنْوَارِهِ، وَيَسْكَبُهَا فِي هَذَا الْقَلْبِ اَلَّذِي جَاءَ إِلَيْهِ مُتَّقِياً، خَائِفاً، حَسَاساً، مُهَيَّأً لِلتَّلْقِي
Orang yang ingin mendapatkan petunjuk di dalam al Qur’an harus dating kepadanya dengan hati yang sehat, dengan hati yang jernih. Ia juga harus datang dengan hati yang takut, waspada dan hati-hati dari terjerumus ke dalam kesesatan atau terseret oleh kesesatan. Pada saat itulah al Qur’an akan membukakan berbagai rahasia dan cahayanya dan dicurahkannya ke dalam hati yang datang kepadanya dengan penuh taqwa, rasa takut, sensitive dan siap menerima.

d. Wasiat Kepada Taqwa

Menurut Ibnu Katsir at taqwa makna asalnya ialah mencegah diri dari hal-hal yang tidak disukai { الَتوْقِيُ مِمَّا يَكْرَهُ}, mengingat bentuk kata kerjanya adalah qawa yang berasal dari al wiqayah (pencegahan). Menurut al Qurthubi asal kata taqwa adalah waqwa, maknanya adalah manna’tuhu (aku lindungi dia). Rajulun taqiy maknanya adalah seorang laki-laki yang takut.

Al Qurthubi menerangkan lebih lanjut menurut Ibnu Faris asal kata taqwa adalah sedikit bicara { قِلَّةُ الْكَلَامِ }, sedang menurutku (al Qurthubi) bahwa “at taqiyyu” adalah orang yang terhalang { مُلْجَمْ} maka al muttaqi adalah
الَّذِي يَتَّقِي بِصَالِحِ عَمَلِهِ وَخَالِصُ دُعَائِهِ عَذَابُ اللهِ تَعَالَى
orang yang berlindung dengan keshalehan amal dan keikhlasan do’anya dari azab Allah azza wa jalla.
Abu Yazid al Busthomi berlata al muttaqi adalah
مَنْ إِذَا قَاَل قَالَ اللهُ وَمَنْ إِذَا عَمِلَ عَمِلَ لِلَّهِ
Orang yang apabila berkata maka Allah akan mengabulkan perkataannya dan apabila ia beramal maka ia Allah meluluskan amalnya.

Ibnu Jarir menuliskan dalam tafsirnya. Muhammad ibn Ishaq meriwayatkan dari Muhammad ibn Abu Muhammad maula Zaid ibn Tsabit, dari Ikrimah atau Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas bahwa al muttaqin adalah:
َالَّذِينَ يَحْذَرُونَ مِنَ اللهِ عُقُوبَتُهُ فِي تَرْكِ مَا يَعْرِفُونَ مِنَ الهُدَى، وَ يَرْجُونَ رَحْمَتَهُ فِي التَصْدِيقِ بِمَا جَاءَ بِهِ
Mereka yang takut terhadap siksaan Allah dalam meninggalkan hidayah yang mereka ketahui dan mereka mengharapkan rahmat Allah dalam membenarkan apa yang didatangkan-Nya.

Sufyan as Sauri menceritakan seorang lelaki, dari Hasan al Basri mengenai firman-Nya “lil muttaqin”. Al Hasan mengatakan,
اتَّقُوا مَا حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِمْ، وَأَدُّوا مَا افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ
Mereka yang memelihara diri dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah dan menunaikan hal-hal yang telah difardhukan-Nya.

Menurut Sa’id Hawwa orang bertaqwa itu adalah
هُوَ مَنْ يَقِي نَفْسَهُ تَعَاطِي مَا يُسْتَحَقُّ بِهِ الْعُقُوبَةُ مِنْ فِعْلٍ أَوْ تَرْكٍ.
Orang yang menjaga dirinya dari hal-hal yang bisa mendatangkan hukuman baik dalam melakukan atau meninggalkan satu perbuatan.

Sayyid Quthb menuliskan sebuah riwayat dari Umar ibn Khattab ra bahwa ia bertanya kepada Ubay bin Ka’ab tentang taqwa, lalu ia bertanya kepadanya: “apakah kamu pernah menempuh jalan berduri?” Umar menjawab: “pernah” Ubay bin Ka’ab bertanya: “apa yang kamu lakukan?” Umar menjawab: “Aku berusaha keras dan bersungguh-sunguh”. Ubay bin Ka’ab berkata: “itulah taqwa.

Beliau kemudian mendefinisikan taqwa sebagai berikut,
حَسَاسَيَةٌ فِي الضَمِيرِ، وَشَفَافِيَةٌ فِي الشُعُورِ، وَخَشْيَةٌ مُسْتَمِرَةٌ، وَحَذْرٌ دَائِمٌ، وَتَوْقٌ لِأَشْوَاكِ الطَرِيقِ.. طَرِيقُ الْحَيَاةِ  الَّذِي تَتَجَاذِبَهُ أَشْوَاكُ الرَغَائِبَ وَالشَهَوَاتِ، وَأَشْوَاكُ الْمَطَامِعَ وَالْمَطَامِحَ، وَأَشْوَاكُ الْمُخَاوِفَ وَالْهَوَاجِسَ، وَأَشْوَاكُ الرَجَاءِ اْلكَاذِبِ فِيْمَنْ لَا يَمْلِكُ إِجَابَةً رَجَاءٌ، وَالْخَوْفُ الْكَاذِبُ ِممَّنْ لَا يَمْلِكُ نَفْعاً وَلَا ضَرّاً. وَعَشَرَاتٌ غَيْرَهَا مِنَ الْأَشْوَاكِ
Kepekaan hati nurani, kebeningan perasaan, rasa takut yang terus menerus, kehati-hatian yang langgeng dan kewaspadaan terhadap duri-duri jalan. Jalan kehidupan yang penuh dengan tarikan duri-duri nafsu dan syahwat, duri-duri ambisi dan angan-angan, duri-duri kecemasan dan kegalauan, duri-duri harapan palsu kepada orang yang tidak memiliki kuasa untuk memenuhi harapan, duri-duri ketakutan palsu terhadap orang yang tidak memiliki kuasa untuk member manfaat atau bahaya apapun, dan puluhan duri-duri lain.

Kata takwa mencakup segala kebaikan. Taqwa adalah wasiat Allah kepada orang-orang terdahulu dan orang-orang yang akan datang. Takwa juga merupakan sesuatu yang terbaik yang dapat dimanfaatkan oleh manusia.

Dalam tafsir al Qurthubi dituliskan sebuah sya’ir yang pernah diucapkan Abu Darda ra
يُرِيدُ الْمَرْءُ أَنْ يُؤْتِىَ مِنَّاُه ...        وَيَأْبَى اللهُ إِلَّا مَا أَرَاَدا ...
يَقُولُ الْمَرْءَ فَائِدَتِي وَمَالِي ...      وَتَقْوَى اللهُ أَفْضَلُ مَا اسْتَفَادَا ...
Orang ingin cita-citanya terkabul
Namun Allah tidak mau kecuali apa yang telah Dia kehendaki
Orang berkara ini berguna bagiku dan ini adalah hartaku
Padahal taqwa kepada Allah adalah sesuatu yang paling berguna

Dalam Sunan Ibnu Majah disebutkan dari Abu Umamah ra yang menceritakan bahwa Rasulullah saw bersabda:
مَا اسْتَفَادُ الْمَرْءُ بَعْدَ تَقْوَى اللهِ خيرًا مِنْ زَوْجَةٍ صَالِحَةٍ، إِنْ نَظَرَ إِلَيْهَا سِرَّتَهُ، وَإِنْ أَمَرَهَا أَطَاعَتَهُ، وَإِنْ أَقْسَمَ عَلَيْهَا أَبْرَتَهُ، وَإِنْ غَابَ عَنْهَا حِفْظَتَهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهِ
Tiada keuntungan yang paling baik bagi seseorang sesudah takwa kepada Allah selain dari istri yang saleh; jika dia memandangnya, membuat dia bahagia, dan jika dia memerintahnya, ia taat. Jika ia melakukan giliran terhadapnya, maka ia berbakti. Dan jika ia tidak ada ditempatnya, meninggalkannya, maka ia memelihara diri dan harta suaminya.
Sesungguhnya takwa adalah seutama-utama wasiat bagi manusia. Wallahu a’lam.

Catatan Pustaka
Al Qurthubi, Abu Abdillah Muhammad. Al Jami' li Ahkamil Qur'an wal Mubayyin lima Tadhamanahu minas Sunnah wa ayil Qur'an. Daarul Hadits, Kairo-Mesir.
Ibnu Katsir, Imaduddin, Tafsir al Qur'anul Adzhim, Daarul Alim al Kutub, Riyadh.tt.
Hawwa, Sa'id. Al Asas fi Tafsir, Daarus Salam, Yordania, Cet 1. 1985
Quthb, Sayyid, Fii Dzilalil Qur'an, Darus Syuruq, Mesir, Cet 10 1982M.
Ath Thobari, ibnu Jarir.Jami’ul Bayan an Ta’wil li ayil Qur’an. Maktabah syamilah.

Medan Medan Sabar



1- الصبر على بلاء الدنيا {لقد خلقنا الإنسان في كبد} مشقة وعناء وبلاء وفتن، والله تعالى قال:{ولنبلونكم بشيء من الخوف والجوع ونقص من  الأموال  والأنفس والثمرات وبشر الصابرين}.
Sabar atas ujian dunia. "Sesungguhnya Kami menciptakan manusia berada dam susah payah" ( albalad 4). Yaitu dalam kondisi penderitaan, ujian dan fitnah. Dan Allah ta'ala berfirman, "dan pasti Kami akan menguji kalian dengan sesuatu dari rasa takut, lapar dan kekurangan dari harta, jiwa dan buah-buahan, dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar" (al baqarah 159)

2-  الصبر على مشتهيات النفس {يا أيها الذين آمنوا لا تلهكم أموالكم ولا أولادكم عن ذكر الله } ، ولذلك قال بعض السلف: " ابتلينا بالضراء فصبرنا وابتلينا بالسراء فلم نصبر..!".وقالوا: " البلاء يصبر عليه المؤمن والعافية  لا يصبر عليها  إلا صدّيق ".
Sabar atas keinginan nafsu. "hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-harta kalian, dan anak anak kalian melalaikan kalian dari ingat kepada Allah." (al munafiqun 9) . Karena itu ulama salaf mengatakan, "saat kami diuji dengan penderitaan, maka kami bersabar. Namun ketika kami diuji dengan kelapangan maka kami tidaksabar.  Mereka berkata, "orang-orang beriman lebih mampu bersabar atas ujian derita, tetapi ketika diuji dengan kesenangan ia tidak mampu bersabar kecuali orang yang benar
والصبر على مشتهيات النفس لابدّ أن يكون من  وجوه أربعة كما قال ابن القيم رحمه الله :
Sabar atas dorongan nafsu sebagaimana dikatakan Ibnul Qayyim meliputi 4 hal :
أن لا يركن إليها ولا يغترّ بها،   أن لا ينهمك في نيلها ويبالغ في استقصائها،   أن يصبر على أداء حق الله فيها،   أن لا يصرفها في حرام.
tidak menyerah dan terpedaya dengannya, tidak larut dan berlebihan mencarinya, Bersabar dalam menunaikan hak Allah dengannya,  tidak menggunakannya untuk melakukan perbuatan yang haram

3-  الصبر عن التطلع  إلى ما بيد الآخرين، وعن الاغترار بما ينعمون به من مال وبنين، فبعض قوم قارون ما صبروا فقالوا: {ياليت لنا مثل ما أوتي قارون} ، والله تعالى قال: {أيحسبون أنما نمدهم به من مال وبنين نسارع لهم في الخيرات بل لا يشعرون}،  {ولا تمدَّن عينيك إلى ما متعنا به أزواجاً منهم زهرة الحياة الدنيا لنفتنهم فيه}، { إنما أعطيناهم لنفتنهم ورزق ربك خيرٌ وأبقى}.
2Sabar untuk tidak menginginkan apa yang dimiliki orang lain, serta tidak terpedaya dengan kenikmatan harta dan anak yang diperolehnya. Karena hanya akan menimbulkan perasaan iri seperti kisahnya kaum Qarun yang iri melihat harta yang dimilikinya, mereka berkata "sekiranya kami memperoleh seperti apa yang diberikan pada Qarun" (al qashas 79) Dan Allah ta'ala berfirman, "Apakah kamu mengira bahwa hartadan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu berarti bahwa; Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar" (almu'minun 55-56). "Janganlah sekali-kali kamu tujukan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan diantara mereka (orang-orang kafir itu) dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang beriman" (alhijr 88) "Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami coba mereka dengannya dan karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal" (thaha 131)

4- الصبر على طاعة الله، وهذا أعظم أنواع الصبر وأشده على النفوس{ فاعبده واصطبر لعبادته}، اصطبر أكمل وأبلغ من اصبر فالزيادة في المبنى تدل على الزيادة في المعنى {وأمر أهلك بالصلاة واصطبر عليها} على الصلاة وعلى أمر الزوجة بالصلاة، والصبر على الطاعة له ثلاث أحوال:
Sabar dalam taat kepada Allah. Inilah jenis sabar yang paling mulia dan berat bagi jiwa. Oleh karena itu Allah berfirman, "Maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya.(maryam 65). Ungkapan isthabir dalam ayat ini memiliki cakupan makna yang lebih sempurna dan lebih tepat dari ungkapan ishbir, disamping itu tambahan dalam bentuk kalimat positif menunjukkan mana lebih. Sebagaimana firman-Nya, "Dan perintahkanlah keluargamu dengan sholat dan berteguh hatilah atasnya" (thaha 132) Artinya bersabarlah dalam menunaikan shalat dan memerintahkan istri untuk shalat.  Sabar dalam ketaatan melalui tiga tahapan:
‌أ-      قبل الطاعة بتصحيح النية وطرد شوائب الرياء .
Sebelum melakukan ketaatan dengan cara membenarkan niat dan menghilangkan kotoran riya
‌ب-  حال الطاعة أن لا تغفل عن الله فيها ولا تتكاسل عن أدائها وتراعي واجباتها وأركانها والخشوع في الصلاة.
Saat melakukan ketaatan dengan cara tidak lalai, tidak malas menunaikan, menjaga kewajiban, rukun serta khusyuk selama beribadah.
‌ج-    بعد الفراغ منها بأن لا تفشي ما عملت وتُعجَب به وتُسَمّع به في المجالس{لا تبطلوا صدقاتكم بالمنّ والأذى}، {ولا تبطلوا أعمالكم}.
3Setelah melakukan ketaatan, yaitu tidak menceritakan ketaatan yang dilakukan, bangga diri dan membicarakannya didepan majelis, "Janganlah kamu membatalkan sedekahmu dengan menyebut-nyebut dan menyakiti" (albaqarah 264) "Dan janganlah kamu membatalkan amal-amalmu" (Muhammad 33)

5- الصبر على مشاق الدعوة إلى الله سبحانه وتعالى فإنه غير خافٍ على الدعاة حال الناس اليوم من البعد عن الدين و البعد هذا يستلزم دعوة كبيرة وإنكاراً للمنكرات وصدع بالحق ،
Sabar dalam mengemban misi dakwah kepada Allah swt. Karena sesungguhnya kondisi manusia sekarang ini yang jauh dari agama mengkhawatirkan para juru da'wah. Sehingga menuntut beberapa agenda da'wah yang efektif sebagai wujud ketidaksetujuan terhadap kemungkaran dan seruan terhadap kebenaran.
 عمر بن عبد العزيز لما استشعر المسؤولية الكبيرة في تغيير الانحرافات المتراكمة من سنوات طويلة في العهود السابقة قال : "إني أعاجل أمراً لا يعين عليه إلا الله"..!.
Umar bin Abdul Aziz ketika mendapat tanggung jawab besar untuk merubah berbagai kondisi penyimpangan dalam tubuh umat yang telah membusuh sejak beberapa tahun lamanya berkata, "sesungguhnya saya akan mengadakan perubahan besar yang hanya dengan pertolongan Allah swt semuanya akan berhasil.
فنوح عليه السلام صبر هذا الصبر العظيم في الدعوة 950 سنة ، ألف سنة إلا خمسين عاماً على جميع أنواع الابتلاءات {دعوت قومي ليلاً ونهاراً فلم يزدهم دعائي إلا فراراً }، وهكذا سراً وجهاراً ماترك فرصة إلا قام بالدعوة،
4Kisah nabi Nuh as, yang sabar atas beragam ujian dalam mengemban misi da'wahnya selama 950 tahun menjadi bukti nyata. Kisahnya ini diabadikan Allah swt dalam firman-Nya, "Nuh berkata: "ya Rabbku sesungguhnya aku telh menyeru kaumku malam dan siang, maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran)"(Nuh 5-6). Da'wah dengan rahasia dan terang-terangan dilakukannya dengan tidak meninggalkan sebuah kesempatanpun untuk menegakkan da'wah.
 ثم الدعوة ليست عملية سهلة لأن الإنسان يجد كيد من الأعداء وحسد حتى من الناس الذين يظنهم معهم والقريبين منه على ما آتاه الله من فضله فيتمنون أن يوقع به ويضر ويتوقف ولذلك لابد للداعية أن يصبر في الداخل والخارج، القريبين والبعيدين، مع الناس الذين هم ضده علناً أو الذين يضمرون له الشر في داخل أنفسهم،
Da'wah bukanlah amalan yang mdah. Karena seorang juru da'wah akan menemukan berbagai macam tipu daya dan ketidaksenangan musuhnya, bahkan tidak menutup kemungkinan sebagian orang yang menurutnya mendukung dan orang-orang yang terdekat tidak senang dengannya karena karunia Allah swt yang diperolehnya. Sehingga mereka berangan-angan dapat menyerang dan menghentikannya. Oleh karena itu sabar menjadi bekal yang wajib dimiliki seorang da'i untuk mengantisipasi segala bentuk gangguan baik yang bersifat internal maupun eksternal, disamping gangguan orang-orang yang menentangnya secara terang-terangan atau orang-orang yang menyembunyikan niat tidak baik dalam hatinya.
 {ولقد كُذبت رسل من قبلك فصبروا على ما كذبوا وأوذوا حتى أتاهم نصرنا }،
"Dan sesungguhnya telah didustakan pula rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan yang dilakukan terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami kepada mereka."(al an'am 34)
وهكذا يصبر الداعية على طول الطريق وعقباته وبطء النصر  وتأخره ، {أم حسبتم أن تدخلوا الجنة ولما يأتكم مثل الذين خلوا من قبلكم مستهم البأساء والضراء وزلزلوا حتى يقول الرسول والذين آمنوا معه متى نصر الله ألا إن نصر الله قريب}
5seorang da'i hendaklah bersabar atas panjangnya perjalanan mengemban misin, rintangan dan lamanya kemenangan. "Apakah kamu mengira akan masuk surge padahal belum dating kepadamu cobaan sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta diguncangkan dengan beragam cobaan sehingga berkata rasul dan orang-orang beriman bersamanya, bilakah datang pertolongan Allah? Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat" (albaqoroh 214)

6-  إن هناك صبراً  حين البأس وفي الحرب وعند لقاء العدو والتحام الصفين فيكون الصبر شرط للنصر والفرار كبيرة ولذلك أوجب الله الثبات{إذا لقيتم فئة فاثبتوا}
Sabar saat menghadapi ancaman peperangan dan saat bertemu musuh. Sabar dalam kondisi ini merupakan syarat mendapat kemenangan sementara lari dari perang adalah dosa besar. Karena itu Allah mewajibkan untuk tegar. "Apabila kalian bertemu musuh maka tegarlah" (al anfal 45)
 وحذر من الفرار وتولي الأدبار  وعندما تضطرب المعركة  وينفرط العقد فيكون الصبر أشد {أم حسبتم أن تدخلوا الجنة ولما يعلم الله الذين جاهدوا منكم ويعلم الصابرين}
Allah mengancam sikap pengecut, melarikan diri dari medan perang. "Apakah kalian mengira akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar." (ali imran 142)
فأوصى الله عباده بالصبر على ما يلاقونه من ضرر الناس وأن لا يقابلوا السيئة بمثلها { ولا تستوي الحسنة ولا السيئة ادفع بالتي هي أحسن}
Maka Allah wasiatkan kepada hamba-Nya agar bersabar atas keburukan orang yang ditemuinya dan tidak membalas kejahatan dengan yang semisalnya. "Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan, tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik" (fushilat 34)

Sebab-Sebab Meraih Kesabaran

1- المعرفة بطبيعة الحياة الدنيا وما جُبِلت عليه من المشقة والعناء وأن الله خلق الإنسان في كبد وأنه كادح إلى ربه كدحاً فملاقيه وأن الآلام والتنغيص من طبيعة هذه الدنيا والابتلاءات{ولنبلونّكم}..
Mengenali tabiat kehidupan dunia dengan segala kesulitan dan hambatannya. Karena Allah mencptakan manusia, kemudian ia berbuat dengan bersungguh-sungguh dan bertemu Allah. Penderitaan dan ujian adalah bagian dari tabiat dunia ini. Dan pasti kamu aan menguji kalian.

2- الإيمان بأن الدنيا كلها ملك لله تعالى، يعطي من يشاء ويمنع من يشاء، {ومابكم من نعمة فمن الله}،
Meyakini bahwa dunia seluruhnya adalah milik Allah. Allah memberi kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan tidak memberi juga kepada siapa yang dikehendakinya. "Dan nikmat apa saja yang ada padamu, maka dari Allahlah datangnya" (an nahl 53)
ولذلك الإنسان إذا حرم من شيء وابتلي يقول: {إنا لله وإنا إليه راجعون} ، لا يوجد كلمة أبلغ في علاج المصاب  وأنفع له عند المصيبة من تذكير العبد نفسه بهذين الأصلين .
Karena itu ketika mendapat ujian ia berkata inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, ungkapan yang baik untuk mengobati penderitaan orang yang tertimpa musibah.
 والدنيا فانية، والعبد وأهله وماله ملك لله، والمال وأولاده جعلوا عنده عاريّة، وصاحب العارية متى ما شاء استردها، ومصير الناس العودة إلى الله سبحانه وتعالى.
Dunia pasti akan hancur, jiwa, keluarga dan harta adalah milik Allah, harta dan anak hanyalah pinjaman dan pemilik barang pada suatu saat akan memintanyakembali. Kemudian perjalanan manusia akan berakhir dan kembali kepada Allah subhanahu wa ta'ala.

3- معرفة الجزاء والثواب على هذا الصبر .. وقد تقدم ذكر شيء من هذا.. {نعم أجر العاملين الذين صبروا وعلى ربهم يتوكلون}، يوفون أجرهم بغير حساب..
Mengenal balasan dan pahala sabar. Pahala sabar merupakan imbalan yang terbaik bagi pelakunya. "Yaitu orang-orang yang bersabar dan kepada Rabbnya mereka bertawakkal" (an nahl 42) orang sabar akan memperoleh pahala tanpa ada perhitungan.

4- لثقة بحصول الفرج، والله جعل مع كل عسر يسرين رحمة منه عزوجل {فإن مع العسر يسراً إن مع العسر يسراً}،
Percaya dan Yakin bahwa setiap permasalahan ada solusinya. Allah jadikan setiap permasalahan, jalan keluarnya sebagai bentuk rahmat-Nya, "Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan" (alam nasyrah 5-6)
 العسر معرفة بأل ، و يسر نكرة ، فالعسر هو نفسه و يسر يسر ٌثانٍ. والله تعالى جعل اليسر مع العسر وليس بعده، ولذلك فالله ينزل المعونة على قدر البلاء، والله لا يخلف الميعاد،
Kalimat al'usr (kesulitan) pada ayat ini menggunakan bentuk ma'rifah (definitive) sedangkan kata yusr (kemudahan) diungkapkan dalam bentuk nakirah (undefinitif) artinya kesulitan itu hanya satu sedangkan kemudahan itu lebih banyak. Dan Allah menjadikan setiap kemudahan dengan kesulitan dan tidak pernah sesudahnya. Allah menurunkan pertolongan sesuai dengan kadar ujiannya. Dan Allah tidak pernah mengingkari janjinya
{فاصبر إن وعد الله حق ولا يستخفّنك الذين لا يوقنون}، والفجر ينبلج ولو بعد ليل طويل..
"Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah)itu menggelisahkan kamu" (ar ruum60). Fajar pasti akan terbit walaupun setelah malam yang panjang.

5-   الاستعانة بالله تعالى واللجوء إلى حماه وطلبة معونته سبحانه،قالها موسى لقومه: {إن الأرض لله يورثها من يشاء من عباده والعاقبة للمتقين}
Meminta pertolongan kepada Allah ta'ala dan kembali kepada perlindungan-Nya. Musa berkata kepada kaumnya, "sesungguhnya bumi ini milik Allah, diwariskannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya, dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa" (al a'raaf 128)
وحاجة الصابرين إلى الاستعانة عظيمة جداً ولذلك كان التوكل جانباً للمعونة من الله { إلا الذين صبروا وعلى ربهم يتوكلون}.
Kebutuhan orang-orang yang sabar akan pertolongan Allah sangatlah besar, karena itu iringilah permohonan bantuan kepada Allah tersebut dengan sikap tawakkal. "Orang-orang yang bersabar dan bertawakkal hanya kepada Rabb mereka" (an Nahl 42)

6-   الإيمان بالقضاء والقدر من أعظم ما يعين على الصبر، وأن يعلم العبد أن قضاء الله نافذ وأن يستسلم لما قضاه وقدره مما لا حيلة له به
Beriman dengan takdir Allah swt, sikap ini berperan penting dalam membantu menimbulkan sikap sabar. Setelah menyadari bahwa takdir Allah pasti terlaksana,seoranghamba kemudian berserah diri menerima takdir yang tidak mungkin dihindarinya.
{ما أصاب من مصيبة في الأرض ولا في أنفسكم إلا في كتاب من قبل أن نبرأها }
"Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan tidak pula pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (lauhil mahfuz) sebelum Kami menciptakannya"(al hadiid 22)
 ثم إن العبد يعلم أن الجزع والهلع والتبرم والاعتراض والتشكّي والتضجر لا يجدي شيئاً ولا يعيد مفقوداً فلا حلّ إلا بالصبر
Selanjutnya menyadari bahwa gelisah, sedih, putus asa, menentang, mengadu dan berkeluh  kesah tidak akan bias mengembalikan sesuatu yang hilang, maka ia kemudian bersikap sabar sebagai solusi terbaik permasalahan.

Kendala-Kendala yang Menghambat Kesabaran

1- قضية الاستعجال {خلق الإنسان من عجل}
Permasalahan tergesa-gesa. "Manusia telah diciptakan bertabiat tergesa-gesa" (al anbiya 37)

2- الغضب ينافي الصبر، ولذلك لما خرج يونس مغاضباً قومه ابتلاه الله بالحوت، فتعلم الصبر في بطن الحوت{ فاصبر لحكم ربك ولا تكن كصاحب الحوت}
Marah yang menghilangkan kesabaran. Seperti itulah yang di alami nabi Yunus as ketika meninggalkan kaumnya dengan penuh amarah, Allah swt mengujinya dengan memberinya cobaan ditelan ikan. Kemudian diperut ikan itulah ia belajar bersabar. "Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu seperti orang (Yunus) yang berada dalam perut ikan" (al qolam 48)

3- ليأس أعظم عوائق الصبر، { ولا تهنوا ولا تحزنوا وأنتم الأعلون}
Berputus asa adalah kendala terbesar sabar. "Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganpula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya)." (ali imran 139)

disadur secara bebas dari Silsilah A'mal al Qulub,  Muhammad bin Sholih al Munajid