Malu



وعن ابن عمر رضي الله عنهما قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "الحياء من الإيمان" متفق عليه
Dari Ibnu Umar ra berkata, "Rasulullah saw bersabda, "Malu termasuk sebagian dari iman." (muttafaq 'alaihi) Hadits ini shahih al bukhari (24) dan Muslim (36)

الحياء في اللغة تغير وانكسار يلحق الإنسان من خوف ما يعاب به وفي الشرع خلق يبعث على اجتناب القبيح ويمنع من التقصير في حق ذي الحق
Malu secara bahasa berarti perubahan perasaaan yang terjadi pada seorang manusia karena takut dirinya dicela. Dalam syari'at malu adalah akhlaq yang mendorong seseorang untuk menjauhi perbuatan buruk dan mencegahnya dari hal-hal yang dapat melanggar hak orang lain.

والحياء وإن كان قد يكون غريزة فهو في استعماله على وفق الشرع يحتاج إلى اكتساب وعلم ونية فلذلك كان من الإيمان وقد يكون كسبيا
Meskipun malu itu adalah naluri namun penggunaannya menurut konteks syari'at perlu disertai ilmu dan niat. Oleh karena itu rasa malu disebut bagian dari iman dan terkadang rasa malu itu muncul karena sebuah usaha.

ومعنى كونه من الإيمان أن المستحي ينقطع بحيائه عن المعاصي فيصير كالإيمان القاطع بينه وبين المعاصي
Makna rasa malu sebagai bagian dari iman adalah seorang yang memiliki rasa malu maka rasa malunya akan mencegah dirinya dari perbuatan maksiat, sehingga fungsinya sama seperti iman yang dapat mencegahnya dari perbuatan maksiat
.
وقال ابن قتيبة معناه أن الحياء يمنع صاحبه من ارتكاب المعاصي كما يمنع الإيمان فسمي إيمانا كما يسمى الشيء باسم ما قام مقامه والحياء مركب من جبن وعفة
Berkata ibnu qutaibah, maknanya adalah rasa malu yang ada pada diri seseorang akan mencegahnya dari perbuatan maksiat, sebagaimana keimanan yang dapat mencegahnya dari perbuatan maksiat. Malu juga disebut sebagai iman karena malu menempati posisi iman dan berfungsi layaknya iman. Malu adalah gabungan sifat takut & menjaga kehormatan.

وفي الحديث الحياء خير كله ولا يأتي إلا بخير
Dalam hadits lain disebutkan. "malu itu tidak mendatangkan kecuali kebaikan."

قلت قد أجيب عنه بأن المراد من الحياء في الأحاديث الحياء الشرعي والحياء الذي ينشأ عنه ترك بعض ما يجب ليس حياء شرعيا بل هو عجز ومهانة وإنما يطلق عليه الحياء لمشابهته الحياء الشرعي
Saya katakan, "pernyataan ini dijawab dengan pernyataan bahwa maksud perasaan malu yang tercantum dalam hadits adalah sifat malu yang syar,i, sebab rasa malu yang mengakibatkan seseorang tidak melakukan kewajiban tidak termasuk dalam kategori malu menurut istilah syar'i. Bahkan itu merupakan sifat yang lemah dan terhina. Hanya saja tetap dikatakan rasa malu karena ada kemiripan dengan sifat malu menurut istilah syar'i.

 وبجواب آخر وهو أن من كان الحياء من خلقه فالخير عليه أغلب أو أنه إذا كان الحياء من خلقه كان الخير فيه بالذات فلا ينافيه حصول التقصير في بعض الأحوال
Pendapat lain adalah bahwa kebaikan itu lebih banyak terdapat pada diri seorang pemalu. Atau jika seseorang memiliki sifat pemalu berarti ia memiliki sifat yang baik, walaupun terkadang ia melakukan kekeliruan.

قال القرطبي في المفهم شرح مسلم: وكان النبي صلى الله عليه سلم قد جمع له النوعان من الحياء المكتسب والغريزي وكان في الغريزي أشد حياء من العذراء في خدرها وكان في المكتسب في الذروة العليا صلى الله عليه وسلم
Berkata al qurthubi dalam al mufhim fi syarhi muslim, "Rasulullah saw memiliki dua sifat malu: Malu muktasib (malu melakukan perbuatan maksiat) dan malu ghariizi (tabiat atau naluri). Sifat malu ghariizi yang ada pada diri beliau menyebabkan beliau lebih pemalu dari seorang perawan yang berada di tempat pingitannya, sedangkan sifat malu muktasib membawa rasulullah saw kepada derajat yang paling tinggi.

وعن ابن مسعود رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "إن مما أدرك الناس من كلام النبوة الأولى إذا لم تستح فاصنع ما شئت" أخرجه البخاري
Dari ibnu mas'ud ra berkata, "Rasulullah saw bersabda, "sesungguhnya sebagian yang ditemukan oleh manusia dari perkataan nabi-nabi terdahulu adalah, apabila engkau tidak tahu malu kerjakanlah apa yang engkau inginkan". (al Bukhari)

لفظ الأولى ليس في البخاري بل في سنن أبي داود ووقع في حديث أبي حذيفة : إن آخر ما تعلق به أهل الجاهلية من كلام النبوة الأولى .....إلى آخره.  أخرجه أحمد والبزار
Lafaz al ulaa tidak terdapat dalam hadits riwayat al bukhari namun ada dalam riwayat abu dawud daru hadits hudzaifah bin yaman ra, Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya yang masih menjadi pegangan orang-orang jahiliyyah dari perkataan nabi-nabi terdahulu adalah...." hadits ini diriwayatkan ahmad dan al bazzar

والمراد من كلام النبوة الأولى ما اتفق عليه الأنبياء ولم ينسخ كما نسخت شرائعهم لأنه أمر أطبقت عليه العقول
Yang dimaksud dengan perkataan nabi-nabi terdahulu adalah perkataan yang disepakati oleh seluruh nabi dan tidak dihapuskan seperti syari'at-syari'at mereka yang lain. Karena yang tertera pada hadits adalah perkara yang sesuai untuk akal seluruh ummat manusia.

 وفي قوله فاصنع ما شئت قولان الأول أنه بمعنى الخبر أي صنعت ما شئت وعبر عنه بلفظ الأمر للإشارة إلى أن الذي يكف الإنسان عن مدافعة الشر هو الحياء
Mengenai "kerjakanlah apa yang engkau inginkan" ada dua pendapat. Yang pertama, mengandung makna khabar, yakni kamu melakukan apa yang kamu mau. Akan tetapi diungkapkan dalam bentuk perintah sebagai isyarat bahwa sifat yang dapat mencegah seseorang dari perbuatan maksiat adalah malu.

فإذا تركه توفرت دواعيه على مواقعة الشر حتى كأنه مأمور به أو الأمر فيه للتهديد أي اصنع ما شئت فإن الله مجازيك على ذلك
Jika malu sudah hilang, maka akan muncul berbagai dorongan untuk melakukan perbuatan maksiat, hingga seolah-olah maksiat itu menjadi perbuatan yang diperintahkan, atau perintah disini maksudnya sebagai ancaman. Yakni silahkan lakukan sesuka hatimu, karena Allah pasti akan membalasnya.

 الثاني أن المراد انظر إلى ما تريد فعله فإن كان مما لا يستحى منه فافعله وإن كان مما يستحى منه فدعه ولا تبالي بالخلق
Kedua, maksudnya adalah perhatikan apa saja yang engkau kehendaki, jika ada perkara yang kamu tidak malu untuk mengerjakannya maka kerjakanlah dan jika ada perkara yang kamu merasa malu untuk mengerjakannya, maka tinggalkanlah. Jangan kamu perdulikan orang lain.

disadur secara bebas dari Subulussalam Muhammad bin Isma'il al-Shan'ani

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »
Give us your opinion