Tafsir Surat An-Nazi’at ayat 42-46
Sigit Suhandoyo. Setelah ayat-ayat yang lalu menjelaskan persitiwa yang terjadi pada hari kebangkitan. Dalam kelompok ayat ini Allah Ta'ala mengecam orang-orang yang durhaka, antara lain dalam sikap mereka menyangkut hari Kebangkitan, meski bukti keniscayaannya telah dipaparkan dan nasihat serta peringatan telah disampaikan. Dalam kelompok ayat ini pula, Allah ta’ala menjelaskan bahwa pengetahuan mengenai hari Kiamat itu diserahkan kepada Allah SWT. Rasulullah saw hanya diutus untuk memberi peringatan saja. Orang-orang yang mengingkari perkara (kiamat), kelak mereka akan mengalaminya, hingga seakan-akan mereka ada dalam kondisi kiamat selama-lamanya. Seakan-akan mereka tidak tinggal di dunia melainkan hanya sesaat saja di waktu siang yang lantas pergi.
يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا (42) فِيمَ أَنْتَ مِنْ ذِكْرَاهَا (43) إِلَى رَبِّكَ مُنْتَهَاهَا (44) إِنَّمَا أَنْتَ مُنْذِرُ مَنْ يَخْشَاهَا (45) كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا (46)
(Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari berbangkit, kapankah terjadinya? Siapakah kamu (sehingga) dapat menyebutkan (waktunya)? Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya). Kamu hanyalah pemberi peringatan bagi siapa yang takut kepadanya (hari berbangkit). Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari.
Waktu Kebangkitan. Allah ta’ala merahasiakan kapan tibanya waktu kebangkitan. Tidak diketahui oleh para malaikat, tidak juga diketahui oleh nabi-nabi yang diutus. Hari kiamat dan kebangkitan kembali manusia adalah rahasia Allah. Terdapat banyak penjelasan dalam al-Qur’an, bahwa pengetahuan tentang hari kebangkitan hanyalah milik Allah ta’ala. Seperti dalam surat al a’raf ayat 187,
قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلَّا هُوَ
Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia.
Demikian juga dalam surat Luqman ayat 34, dalam ayat ini Allah ta’ala bahkan menegaskan jangankan hari kiamat, kematian manusiapun merupakan rahasia Allah.
إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Menurut Pakar Tafsir Quraish Shibab, tujuan Allah merahasiakan waktu kebangkitan adalah untuk menguji siapa yang tulus dalam beribadah dan siapa yang tidak tulus. Mengaitkan pikiran, hati dan perasaan manusia dengan kehadiran Kiamat yang tidak diketahui kapan kehadirannya itu, dapat membentengi manusia dari kedurhakaan. Ini disebabkan karena ketidaktahuan itu akan mengantar mereka selalu waspada dan mempersiapkan diri menghadapinya dengan amal-amal saleh. (1)
Memperingatkan dan memberikan rasa takut akan hari Kiamat (kepada manusia) hanya akan memberi dampak yang sempurna jika waktu terjadinya tidak diketahui. Oleh karena itu, tidak perlu lagi dianyakan waktu terjadinya setelah diketahui bahwa waktunya sudah dekat. Kadar pengetahuan bahwa waktunya sudah dekat, seharusnya sudah cukup bagi manusia mempersiapkan diri untuk menghadapinya.
Rasulullah Hanyalah Pemberi Peringatan. Rasulullah adalah seorang Nabi yang diutus untuk seluruh manusia. Namun pada ayat ke 45 surat al-Nazi’at ini seolah Allah ta’ala menjelaskan bahwa Rasulullah hanyalah mendapat untuk memberi peringatan kepada orang-orang tertentu saja yang takut kepada datangnya hari akhir. Jika merujuk kepada pendapat pakar susatera Arab Abu Nashr al-Jauhari (w 393 H) ia mengemukakan bahwa kata peringatan (الانذار) tidak digunakan kecuali untuk hal menjadikan takut (ولايكون إلا في التخويف). (2)
Demikian pula menurut pakar tafsir al-Qurthubi bahwa peringatan memang hanya bagi orang-orang yang punya rasa takut.
وَخَصَّ الْإِنْذَارَ بِمَنْ يَخْشَى، لِأَنَّهُمُ الْمُنْتَفِعُونَ بِهِ، وَإِنْ كَانَ مُنْذِرًا لِكُلِّ مُكَلَّفٍ
Peringatan dikhususkan untuk orang yang takut, karena merekalah yang mengambil manfaat dengan peringatan itu, meski Rasulullah adalah seorang yang diutus bagi setiap mukallaf. (3)
Menurut sementara pakar tafsir, penegasan Allah bahwa tugas para Rasul hanyalah sebagai pemberi peringatan, merupakan bentuk pemuliaan kepada mereka. Para Nabi dan Rasul maupun para penerusnya tidaklah dibebani kewajiban untuk menjadikan objek dakwah menjadi beriman atau mendapat hidayah. Bagi para da’i ilallah, penegasan ini tentulah merupakan sebuah kemaslahatan.
Waktu Hidup di Dunia Hanyalah Sesaat. Orang-orang yang mendustakan Hari Kiamat, pada hari mereka menyaksikan Hari Kiamat itu benar-benar terjadi, karena kedahsyatan huru-haranya maka seakan-akan mereka tidak pernah tinggal di dunia kecuali sesaat pada suatu sore hari atau pagi hari. Karena pembangkangan dan kesombongannya, ketika mereka melihat kiamat, mereka merasa kehidupan dunia terlalu pendek, singkat, remeh, lenyap, tak berharga, dan tak ada bernilai.
Catatan Kaki
- Quraish Shihab, Tafsir al Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2005), Juz 15, hlm 53.
- Abu Nashr al-Jauhari, al-Shahah Taj al-Lughah wa Shahah al-‘Arabiyah, (Beirut: Dar al’Ilm, 1987), Juz 2 hlm 852.
- Syamsuddin al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, (Cairo: Dar al-Kutub al-Mishriyah, 1964), Juz 19, hlm 210