المقام الأول: المشارطة
Mensyaratkan jiwa
اعلم: أن التاجر كما يستعين بشريكه في التجارة طلباً للربح، ويشارطه ويحاسبه، كذلك العقل يحتاج إلى مشاركة النفس، ويوظف عليها الوظائف، ويشرط عليها الشروط، ويرشدها إلى طريق الفلاح.
Ketahuilah, tidak berbeda dengan pedagang yang bekerjsama dengan sekutunya untuk mendapatkan keuntungan, mengikat janji dan membuat perhitungan yang matang, begitu pula akan yang perlu bersekutu dengan jiwa, yang menugasinya dengan beberapa kewajiban, menetapkan kepadanya beberapa syarat yang membimbingnya ke jalan keberuntungan
فإذا فرغ العبد من فريضة الصبح، ينبغي أن يفرغ قلبه ساعة لمشارطة نفسه فيقول للنفس: ما لى بضاعة إلا العمر، فإذا فني منى رأس المال وقع اليأس من التجارة، وطلب الربح،
Jika seorang hamba telah selesai mengerjakan sholat subuh, maka dia harus mengosongkan hatinya barang sejenak untuk menetapkan syarat terhadap jiwanya, seraya berkata kepada jiwanya sendiri, "aku tidak mempunyai barang dagangan kecuali umur, jika modal ini lepas dariku maka tidak ada harapan lagi untuk menjalankan perdagangan dan mencari keuntungan.
وهذا اليوم الجديد قد أمهلني الله فيه، وأخر أجلى، وأنعم على به، ولو توفانى لكنت أتمنى أن يرجعني إلى الدنيا حتى أعمل فيه صالحاً، فاحسبي يا نفس أنك قد توفيت ثم رددت، فإياك أن تضيعي هذا اليوم، وأعلمي أن اليوم والليلة أربع وعشرون ساعة
Pada hari yang baru ini Allah masih memberiku peluang dan menunda ajalku serta memberikanku anugerah. Andaikan Allah mematikanku tentu aku berharap agar Dia mengembalikan aku ke dunia, hingga aku dapat berbuat amal sholeh. Maka buatlah perhitungan wahai jiwa, bahwa seakan-akan engkau telah dimatikan lalu dikembalikan lagi. Maka janganlah engkau sia-siakan hari ini dan ketahuilah bahwa dalam sehari dan semalam ada 24 jam.
ثم يستأنف وصيتها في وظائف العبادات التي تتكرر في اليوم والليلة، في النوافل التي يقدر عليها، وعلى الاستكثار منها، وهذه شروط يفتقر إليها كل يوم إلى أن تتعود النفس ذلك
Kemudian akan menekankan penyampaian nasihat kepada jiwa tentang tugas-tugas ibadah yang harus dikerjakan secara kontinu sehari semalam menurut kesanggupannya, inilah syarat-ayarat yang dibutuhkan jiwa setiap harinya agar jiwa menjadi terbiasa.
وعن شداد بن أوس رضى الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم "الكيس من دان نفسه وعمل لما بعد الموت، والعاجز من أتبع نفسه هواها، وتمنى على الأماني"
Dari Syaddad bin Aus ra, dia berkata, "Rasulullah saw bersabda, orang-orang perkasa ialah yang menundukkan nafsunya dan berbuat untuk kepentingan sesudah mati. Sedangkan orang-orang lemah ialah yang mengikuti nafsunya dan berangan-angan terhadap Allah dengan berbagai angan-angan. (hadits ini dhoif)
المقام الثاني: المراقبة
Mengawasi jiwa
إذا أوصى الإنسان نفسه، وشرط عليها ما ذكرناه، لم يبق إلا المراقبة لها وملاحظتها، وفى الحديث الصحيح في تفسير الإحسان، لما سئل رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم قال :"أن تعبد الله كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك"
Jika manusia mau menasihati jiwanya sendiri dan menetapkan syarat tertantu kepadanya seperti yang telah kami sebutkan, maka tak lain setelah itu adalah mengawasi jiwa. Dalam sebuag hadits shohih disebutkan penafsiran tentang ihsan, yaitu tatkala Rasulullah saw ditanya tentang ihsan. Beliau menjawab "Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.
وينبغى أن يراقب الإنسان نفسه قبل العمل وفى العمل، هل حركه عليه هوى النفس أو المحرك له هو الله تعالى خاصة؟ فإن كان الله تعالى، أمضاه وإلا تركهز
Manusia harus mengawasi jiwanya sebelum beramal dan ketika sedang beramal, apakah amalnya digerakkan oleh nafsu ataukah yang menggerakkannya adalah Allah? Jika dia merasa yang menggerakkannya adalah Allah, maka dia beramal, dan jika bukan Allah dia tidak jadi beramal.
قال الحسن: رحم الله عبداً وقف عند همه، فإن كان لله مضى، وإن كان لغيره تأخر.
Berkata al Hasan, Allah merahmati seorang hamba yang menghentikan hasratnya, jika Allah lepas darinya. Jika tujuannya selain Allah maka dia menangguhkannya.
فهذه مراقبة العبد في الطاعة وهو أن يكون مخلصاً فيها، ومراقبته في المعصية تكون بالتوبة والندم والإقلاع، ومراقبته في المباح تكون بمراعاة الأدب، والشكر على النعم، فإنه لا يخلو من نعمة لابد له من الشكر عليها، ولا يخلو من بلية لابد من الصبر عليها، وكل ذلك من المراقبة.
Ini merupakan muroqobah hamba dalam ketaatan, yaitu harus tulus karena Allah. Adapun muraqabahnya dalam kedurhakaan ialah dengan taubat, penyesalan dan menghentikannya. Muraqabahnya dalam hal yang mubah ialah dengan memperhatikan adab dan mensyukuri nikmat. Setiap kali ada nikmat dia menyukurinya. Selagi ada musibah yang menimpa dia bersabar atasnya, dan semua ini disebut muroqobah.
المقام الثالث: المحاسبة بعد العمل
Menghisab diri setelah amal
قال الله تعالى :{يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله ولتنظر نفس ما قدمت لغد} [الحشر: 18]
Allah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok.
وقال عمر رضى الله عنه : حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا وزنوها قبل أن توزنوا، وتهيؤوا للعرض الأكبر {يومئذ تعرضون لا تخفى منكم خافية} [الحاقة: 18]
Umar ibn Khattab ra, berkata, Hisablah dirimu sebelum kalian dihisab, timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang dan bersiap-siaplah untuk pertemuan agung. Pada hari itu kalian dihadapkan kepada rabb kalian tiada sesuatu pun dari keadaan kalian yang tersembunyi (bagi Allah) (al haaqah 18)
وقال الحسن: المؤمن قوّام على نفسه، يحاسب نفسه
Al Hasan berkata, seorang mukmin itu menjadi pemimpin bagi dirinya, dia akan menghisab dirinya.
إن المؤمنين قوم أوثقهم القرآن، وحال بينهم وبين هلكتهم، إن المؤمن أسير في الدنيا، يسعى في فكاك رقبته، لا يأمن شيئاً حتى يلقى الله عز وجل، يعلم أنه مأخوذ عليه في سمعه، وفى بصره، وفى لسانه، وفى جوارحه، مأخوذ عليه في ذلك كله.
Sesungguhnya orang beriman adalah suatu kaum yang dibuat kokoh dengan al Qur-an, dan al qur-an ini menjadi pembatas antara diri mereka dari kehancuran mereka. Orang beriman itu seperti seorang tawanan di dunia. Dia tidak merasa aman hingga bersua Allah. Dia menyadari bahwa sewaktu-waktu dia bisa dijatuhi hukuman, berkenaan dengan pendengaran, penglihatan, lisan dan anggota tubuhnya. Dia bisa dihukum dalam segala hal yang ada pada dirinya.
فهكذا ينبغي للعبد أن يحاسب نفسه على الأنفاس وعلى معصية القلب والجوارح في كل ساعة
Begitulah seoranghamba seharusnya menghisab dirinya sendiri, menghisab setiap hembusan nafasnya, kedurhakaan hati dan anggota tubuhnya setiap saat.
المقام الرابع : معاقبة النفس على تقصيرها
Menghukum diri sendiri atas kelalaian
اعلم: أن المريد إذا حاسب نفسه فرأى منها تقصيراً، أو فعلت شيئاً من المعاصي فلا ينبغي أن يمهلها، فإنه يسهل عليه حينئذ مفارقة الذنوب ويعسر عليه فطامها، بل ينبغي أن يعاقبها عقوبة مباحة كما يعاقب أهله وولده.
Seorang hamba yang menghisab diri sendiri dan melihat ada kelalaian padanya atau dia telah melakukan suatu kedurhakaan, maka dia tidak boleh meremehkannya. Sebab dalam keadaan seperti itu terlalu mudah baginya untuk berbuat dosa dan sulit baginya untuk memusnahkannya, maka dia harus menghukum diri sendiri dari suatu hukuman yang diperbolehkan, sebagaimana dia menghukum anggota keluarganya dan anaknya
وكما روى عن عمر رضى الله عنه: أنه خرج إلى حائط له، ثم رجع وقد صلى الناس العصر، فقال: إنما خرجت إلى حائطي، ورجعت وقد صلى الناس العصر، حائطي صدقة على المساكين. قال الليث: إنما فاتته الجماعة.
Sebagaimana diriwayatkan dari Umar ibn Khattab ra, bahwa suatu hari dia pergi kesebuah kebun miliknya, lalu dia kembali lagi, sementara orang-orang sudah selesai sholat ashar. Dia berkata, 'Aku tadi pergi kekebunku, dan ketika kembali orang-orang sudah sholat ashar, maka kebunku ini kushodaqohkan untuk orang-orang miskin." Berkata al laits, rupanya Umar tertinggal sholat ashar berjama'ah.
وروينا عنه أنه شغله أمر عن المغرب حتى طلع نجمان، فلما صلاها أعتق رقبتين.
Dan kami meriwayatkan juga darinya, bahwa suatu hari dia disibukkan dengan suatu urusan hingga tiba waktu sholat maghrib dan di langit terlihat ada dua bintang, maka diapun memerdekakan dua budak wanita.
فأما العقوبات بغير ذلك مما لا يحل، فيحرم عليه فعله، مثال ذلك: ما حكى أن رجلاً من بنى إسرائيل، وضع يده على فخذ امرأة، فوضعها في النار حتى شلت،
Adapun hukuman-hukuman yang tidak diperbolehkan juga tidak diperbolehkan untuk dilakukan. Sebagai contoh dikisahkab ada seorang laki-laki dari Bani Israel yang meletakkan tangannya di atas paha seorang wanita, kemudian dia menghukum dirinya dengan meletakkan tangannya di atas api hingga mengelupas. (hal ini tidak diperbolehkan)
المقام الخامس: المجاهدة
Mujahadah (memaksa diri dan bersungguh-sungguh)
وهو أنه إذا حاسب نفسه، فينبغي إذا رآها قد قارفت معصية أن يعاقبها كما سبق، فإن رآها تتوانى بحكم الكسل بى شئ من الفضائل، أو ورد من الأوراد، فينبغي أن يؤدبها بتثقيل الأوراد عليها
Jika seseorang sudah menghisab dirinya, kemudian menghukum dirinya jika melakukan suatu kedurhakaan, kemudian dia melihat dirinya bermalas-malasan dalam mengerjakan keutamaan-keutamaan atau wirid, maka dia mendidik dirinya dengan melakukan banyak wirid
وقال ابن المبارك: إن الصالحين كانت أنفسهم تواتيهم على الخير عفواً، وإن أنفسنا لا تواتينا إلا كرهاً.
Berkata Ibnul Mubarak, sesungguhnya orang-orang shalih dapat menghela diri mereka kepada kebaikan secara sukarela, sementara kita tidak bisa menghela diri kita kecuali setelah memaksanya.
ومما يستعان به عليها أن يسمعها أخبار المجتهدين، وما ورد في فضلهم، ويصحب من يقدر عليه منهم، فيقتدي بأفعاله.
Untuk mendorong seseorang melakukan mujahadah, maka dia bisa mendengarkan pengabaran tentang orang-orang yang pernah melakukan mujahadah ini dan keutamaan-keutamaan mereka, sehingga kita bisa mengikuti mereka.
وكان داود الطائى يشرب الفتيت مكان الخبز، ويقرأ بينهما خمسين آية
Dawud ath tha-i biasa memakan remah roti yang dicampur kuah, setiap dua suapan dia sela dengan bacaan lima puluh ayat.
وكان كرز بن وبرة يختم كل يوم ثلاث ختمات
Kurz bin wabarah biasa mengkhatamkan al Qur'an tiga kali setiap hari.
المقام السادس: فى معاتبة النفس وتوبيخها
Menghardik dan mencela diri
قال أبو بكر الصديق رضى الله عنه : من مقت نفسه فى ذات الله آمنه الله من مقته.
Berkata Abu Bakar ash Sidq ra, barangsiapa yang membenci (aib) dirinya karena Allah, maka Allah akan melindungi dirinya dari kebencian-Nya.
واعلم: أن أعدى عدوٍ لك نفسك التي بين جنبيك، وقد خلقت أمارة بالسوء،ميالة إلى الشر، وقد أمرت بتقويمها وتزكيتها وفطامها عن مواردها،
Ketahuilah bahwa musuhmu yang paling keras adalah dirimu sendiri, yang diciptakan dengan cirri kecenderungannya kepada keburukan dan kejahatan. Lalu engkau diperintahkan untuk meluruskan, mensucikan dan menyapihnya dari sumber-sunbernya.
وأن تقودها بسلاسل الدهر إلى عبادة ربها، فإن أهملتها جمحت وشردت، ولم تظفر بها بعد ذلك، وإن لزمها بالتوبيخ رجونا أن تصير مطمئنة، فلا تغفلن عن تذكيرها.
Engkau harus membelenggu dan menuntunnya agar menyembah Allah. Jika engkau mengabaikannya, maka ia akan lepas. Dan setelah itu engkau tidak akan selamat. Jika engkau rajin menghardiknya, maka kami berharap engkau akan mendapatkan ketenangan. Maka janganlah sekali-kali engkau lalai mengingatkan diri sendiri.
أما تعلمين أن كل ما هو آت قريب، وأن الموت يأتى بغتة من غير موعد، ولا يتوقف على سن دون سن،
Apakah kamu tidak mengetahui bahwa wamtu yang akan datang itu sangat dekat, dan kematian datang secara tiba-tiba tanpa ada peringatan terlebih dahulu dan tidak bisa dipastikan berapa umur kita.
بل كل نفس من الأنفاس يمكن أن يكون فيه الموت فجأة، وإن لم يكن الموت فجأة كان المرض فجأة، ثم يفضي إلى الموت. فمالك لا تستعدين للموت وهو قريب منك؟
Setiap mahluk yang bernyawa bisa mati seketika itu pula secara tiba-tiba, kalaupun bukan kematian yang datang secara tiba-tiba, maka sakit bisa datang juga secara tiba-tiba dan mengakibatkan kematian, mengapa kamu tidak bersiap-siap menghadapi kematian, padahal ia dekat sekali denganmu?
يا نفس، إن كانت جرأتك على معصية الله تعالى لاعتقادك أن الله لا يراك فما أعظم كفرك، وإن كانت مع علمك باطلاعه عليك، فما أشد رقاعتك، وأقل حياءك! ألك طاقة على عذابه؟
Wahai diri, jika kamu lancang mendurhakai Allah, karena kamu merasa yakin Allah tidak melihatmu, maka alangkah besar pengingkaranmu. Kalau memang kamu tahu bahwa Allah mengetahuimu lalu mengapa engkau tidak merasa malu? Apakah kamu memiliki kekuatan untuk menghadapi siksanya?
ألم الصبر عن الشهوات أشد وأطول، أم النار فى الدركات؟ أشغلك حب الجاه؟
Manakah yang lebih keras dan lebih lama? Penderitaan sabar menahan hawa nafsu ataukah penderitaan siksa neraka? Engkau disibukkan kecintaan kepada kedudukan dan tahta.
أما بعد ستين سنه أو نحوها، لا تبقين أنت ولا من كان لك عنده جاه. هلا تركت الدنيا لخسة شركائها، وكثرة عنائها وخوفاً من سرعة فنائها؟
Padahal setelah engkau berumur 60 tahun atau sekitar itu, tidak ada lagi kedudukan yang ada ditanganmu. Mengapa engkau tidak meninggalkan segela beban keduniaan dan mengapa engkau tidak takut kemusnahan dunia yang begitu cepat?
وقد بقيت من العمر صبابة، ولو استدركت ندمت على ما ضاع، فكيف إذا أضفت الأخير إلى الأول؟
Yang tinggal hanyalah sisa umur seujung kuku, andaikan engkau sadar tentu engkau akan menyesali apa yang telah lenyap. Lalu bagaimana jika engkau mengalihkan yang akhir kepada yang awal?
تفكري فى هذه الموعظة، فإن عدمت تأثيرها، فابكي على ما أصبت به فمستقى الدمع من بحر الرحمة.
Fikirkanlah saat-saat ini, meskipun mungkin pengaruhnya tidak seberapa. Menangislah atas apa yang engkau dapatkan, sesungguhnya sumber air mata itu berasal dari lautan rahmat.
Disalin secara bebas dari Mukhtashar Minhajul Qashidin karya Ibnu Qudamah al-Maqdisy