Memurnikan Keesaan Allah


Tadabbur surat Al Ikhlas 1-4
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4)
Katakanlah: “Dialah Allah Yang Mahaesa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatupun yang setara dengan Dia.

Sebab Turunnya Ayat
Abul Hasan al Wahidiy meriwayatkan dari Qatadah, adh dhohak dan muqatil berkata: telah datang seorang Yahudi kepada Nabi sholallahu ‘alaihi wasallam, kemudian ia berkata:
صِفْ لَنَا رَبَّكَ، فَإِنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ نَعْتَهُ فِي التَّوْرَاةِ، فَأَخْبِرْنَا مِنْ أَيِّ شَيْءٍ هُوَ؟ وَمِنْ أَيِّ جِنْسٍ هُوَ؟ مِنْ ذَهَبٍ هُوَ أَمْ نُحَاسٍ أَمْ فِضَّةٍ؟ وَهَلْ يَأْكُلُ وَيَشْرَبُ؟ وَمِمَّنْ وَرِثَ الدُّنْيَا وَمَنْ يُوَرِّثُهَا؟ فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى هَذِهِ السُّورَةَ وَهِيَ نِسْبَةُ اللَّهِ خَاصَّةً
Jelaskan kepada kami tentang rabbmu, Sesungguhnya Allah telah menurunkan keterangan tentang sifat-Nya dalam Taurat, maka terangkan kepada kami terbuat dari apakah Dia? Dari jenis apakah Dia? Dari emaskah Dia ataukah dari perak atau tembaga? Dan apakah Dia makan dan minum? Dan dari siapa Dia mewarisi dunia dan siapa yang mewariskannya? Kemudian Allah ta’ala menurunkan surat ini dan surat ini menjelaskan secara khusus keterangan mengenai diri-Nya [1]

Keutamaan Surat al Ikhlas
Imam  Malik  meriwayatkan dari ‘Ubaidillah  bin ‘Abdurrahman,  dari  ‘Ubaid bin Hanin, dia berkata: Aku pernah mendengar Abu Hurairah berkata:
أَقْبَلْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَسَمِعَ رَجُلًا يَقْرَأُ " قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ " فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "وَجَبَتْ". قُلْتُ: وَمَا وَجَبت؟ قَالَ: "الْجَنَّةُ
“aku pergi bersama Nabi saw, lalu beliau mendengar seseorang membaca (qul huwallahu ahad) maka Rasulullah saw bersabda: “wajib baginya” kutanyakan, Apa yang wajib? Beliau menjawab : surga” Diriwayatkan pula oleh at tirmidzi dan an Nasa-i dari hadits Malik.[2]

Imam Bukhari berkata, telah menceritakan kepada kami Ismail, telah menceritakan kepadaku Malik, dari Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abu Sha’sha’ah dari ayahnya, dari Abu Sa’id al Khudry, bahwa seorang laki-laki mendengar seseorang membaca (qul huwallahu ahad) berulang-ulang. Keesokan harinya ia datang kepada Nabi saw seraya menyebutkan hal iru – seolah-olah orang ini melaporkannya – lalu Nabi saw bersabda:
والذي نفسي بيده، إنها لَتَعْدِلُ ثُلُثَ القرآنِ
Demi jiwaku yang berada dalam genggaman-Nya, sesungguhnnya surat itu setara dengan sepertiga al Qur’an.[3]
Imam Bukhari meriwayatkan, Qutaibah memberitahu kami, al Mufadhal memberi tahu kami, dari Uqail, dari Ibnu Syihab dari ‘Urwah, dari ‘Aisyah ra,
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ، ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا: قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَقُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الفَلَقِ وَقُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ، ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ، يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ
bahwa Nabi saw jika berbaring di tempat tidur setiap malam, maka beliau menyatukan kedua telapak tangan beliau, lalu meniupnya seraya membaca pada keduanya “qul huwallahu ahad, qul a’udzu bi rabbil falaq dan qul a’udzu bi rabbin naas” dan kemudian beliau mengusapkannya ke bagian-bagian tubuh yang bisa beliau jangkau. Beliau memulainya dari kepala, wajah dan anggota tubuh bagian depan. Beliau melakukan hal tersebut sebanyak tiga kali.[4]

Tadabbur Makna قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa qul huwallahu ahad berarti,
هُوَ الْوَاحِدُ الْأَحَدُ، الَّذِي لَا نَظِيرَ لَهُ وَلَا وَزِيرَ، وَلَا نَدِيدَ وَلَا شَبِيهَ وَلَا عَدِيلَ، وَلَا يُطلَق هَذَا اللَّفْظُ عَلَى أَحَدٍ فِي الْإِثْبَاتِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ، عَزَّ وَجَلَّ؛ لِأَنَّهُ الْكَامِلُ فِي جَمِيعِ صِفَاتِهِ وَأَفْعَالِهِ
Dia Yang Tunggal dan satu-satunya, yang tiada tandingnya, tanpa pembantu, juga tanpa sekutu, serta tidak ada yang menyerupai dan menandingi-Nya. Dan kalimat itu tidak bisa dipergunakan pada seorangpun dalam memberikan penetapan kecuali hanya kepada Allah ta’ala. Karena Dia yang sempurna dalam semua sifat dan perbuatan-Nya.[5] Demikian pula pendapat az zuhaili, ia mengemukakan bahwa qul huwallahu ahad bermakna,
واحد في ذاته وصفاته، لا شريك له، ولا نظير ولا عديل. وهذا وصف بالوحدانية ونفي الشركاء
Esa dalam dzat dan sifat-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak ada yang setara dan sepadan dengan-Nya. Dan ini menetapkan keesaan atas-Nya dan mengingkari penyekutuan bagi-Nya.[6] Kalimat ini mengandung makna persaksian akan keesaan Allah atas segala sesuatu. Sebagaimana pendapat Sayyid Quthb,
هذه الأحدية عقيدة للضمير، وتفسير للوجود، ومنهج للحياة. فليس هناك حقيقة إلا حقيقته. وليس هناك وجود حقيقي إلا وجوده. وكل موجود آخر فإنما يستمد وجوده من ذلك الوجود الحقيقي، ويستمد حقيقته من تلك الحقيقة الذاتية
aqidah bagi hati, penafsiran tentang alam wujud dan manhaj bagi kehidupan. Tidak ada hakikat kecuali hakikat-Nya, tidak ada wujud yang hakiki kecuali wujud-Nya. Setiap wujud yang lain hanyalah bersumber dari wujud yang hakiki itu dan memperoleh hakikatnya dari hakikat dzatiyah tersebut.[7]

Tadabbur Makna اللَّهُ الصَّمَدُ
Kalimat ash Shomad dalam pengertian bahasa menurut al Maraghi adalah “الذي يقصد فى الحاجات” sesuatu yang menjadi tujuan dalam memenuhi kebutuhan[8] Mujahid berpendapat ash shomad adalah “السَّيِّدُ الَّذِي قَدِ انْتَهَى سُؤْدُدُهُ” Tuan yang tak pernah berakhir kedaulatannya.[9] Sedangkan Sayyid Quthb berpendapat “السيد المقصود الذي لا يقضى أمر إلا بإذنه” ash shomad adalah tuan yang manjadi tujuan yang tidak akan diputuskan suatu perkara kecuali dengan izinnya.[10]

Tadabbur Makna لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
Al Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah dari nabi saw beliau bersabda: Allah azza wajalla berfirman:
كَذَّبَنِي ابْنُ آدَمَ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ، وَشَتَمَنِي وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ، فَأَمَّا تَكْذِيبُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: لَنْ يُعيدَني كَمَا بَدَأَنِي، وَلَيْسَ أَوَّلُ الْخَلْقِ بِأَهْوَنَ عَلِيَّ مِنْ إِعَادَتِهِ. وَأَمَّا شَتْمُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا. وَأَنَا الْأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
Anak Adam telah mendustakan-Ku, sedang dia tidak berhak melakukan hal tersebut, dia juga mencela-Ku padahal dia tidak berhak untuk itu. Kedustaan yang dia lakukan terhadap-Ku itu adalah ucapannya, “Dia tidak akan pernah dapat mengembalikan diriku sebagaimana Dia telah memulai diriku, dan tidaklah pengawalan itu lebih mudah dari pengulangannya. Dan caciannya pada-Ku adalah ucapannya bahwa Allah telah mengambil anak, padahal Aku Mahatunggal yang bergantung segala urusan, Aku tidak beranak dan tidak pula diperanakkan dan tidak ada seorang pun yang setara dengan-Ku.[11]

Catatan Pustaka
[1] Abul Hasan Ali bin Ahmad bin Muhammad bin Ali al Wahidiy an Naisabury asy Syafi’i: Asbabun Nuzul al Qur’an. Ad Damam : Daar al Ishlah, tt, 471. Diriwayatkan pula oleh Ahmad dalam alfathu ar rabbaaniy 18/243, Ibnu Jarir 30/221, at Tirmidzi dalam sunannya 5/451, al Hakim dalam al Mustadrak 2/540, Ibnu ‘Ady dalam al Kamil 6/2231, al Bukhari dalam riwayatnya dan ibnu huzaimah, dan al baghawi dan ibnul mundzir dan abu syaikh serta al baihaqi: lihat Fath al Qadir 5/513.
[2] Malik bin Anas: Al muwatho. Beirut: Daar al Ihya at Turats, 1406 H. 2/208.
[3] Muhammad bin Ismail Abu Abdullah Al Bukhari: al Jami’ Al Musnad as Shahih (Shahih al Bukhari), Daar thowaq an Najah, 1422 H. bab fadhlu qul huwallahu ahad  6/189
[4] Al Jami’ al Musnad ash Shahih, 6/190
[5] Imaduddin Ibnu Katsir: Tafsir al Qur’an al Adzhim. Daar Thayibah li an Nashr wa at Tauzi’. 8/527-528.
[6] Wahbah bin Musthofa Az Zuhaili: Tafsir al Munir. Damaskus: Daar al Fikr al Muashir. 1418 H. 30/465
[7] Sayyid Quthb Ibrahim: Fii Dzilal al Qur’an. Beirut: Daar Asy Syuruq. 1412 H. 6/4002
[8] Ahmad bin Musthofa Al maraghi: tafsir al Maraghi. 1365H. 30/264.
[9] Mujahid bin Jabr: Tafsir Mujahid. Mesir: Daar al Fikr al islami al haditsah. 1410 H. 760.
[10] Fi Dzilal al Qur’an 6/4004.
[11] Al Jami’ al Musnad ash Shahih, 6/180

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »
Give us your opinion