Senandung Para Pejuang 2



Kekuatan Ukhuwwah
Adalah Sa’ad bin al Rabi’ al Anshari ra, orang terkaya madinah pada masa itu, menawarkan separuh miliknya bagi Abdurrahman bin ‘Auf ra -- Ikhwah yang baru saja dikenalnya -- dengan tawaran yang sungguh-sungguh mengandung banyak implikasi itu dengan hati yang tulus.

Kekuatan ukhuwwah semacam ini terlahir dari kesempurnaan iman, sebab diantara tanda sempurnanya iman ialah rasa cinta bagi saudaranya. Dan tidaklah dicabut rasa kasih sayang itu melainkan dari orang yang celaka.

Pembahasan tentang persaudaraan iman dari saksi sejarah para pendahulu adalah sebuah paradoksal, ketika masyarakat modern larut dalam keinginan menonjolkan diri, keutamaan dan kebenaran hanyalah milik sendiri. Lalu ada dimana Allah di hatimu, jika dunia memenuhi segenap hatimu.

Susah melihat orang senang, senang melihat orang susah. Menutupi wajah dan dirinya dengan kepura-puraan. Manis topengnya dan takwa pakaiannya sementara mulutnya berbau busuk bangkai saudaranya.
Mereka yang miskin jiwanya sulitlah untuk berbagi, mereka itu sebagaimana dikatakan oleh ibnul qayyim, setiap bertambah ilmunya bertambah kesombongan dan kesesatannya. Setiap bertambah amalnya bertambah pula kebanggaan dan baik sangkanya hanya terhadap dirinya serta penghinaannya terhadap orang lain. Setiap bertambah usianya bertambah pula ambisi dunianya. Dan setiap bertambah hartanya bertambah pula kekikirannya. Itulah kemalangan hidup.

Sungguh betapa mulia dan berkilaunya persaudaraan iman, tegak karena cinta, suci karena pengorbanan, dan keutamaan adalah milik mereka yang bertaqwa. Kalaulah kau akui kesempurnaan itu hanya milik Allah, maka syukurilah ketaksempurnaan kita dengan saling menjaga. Ketaksempurnaan itu pula yang membuat kita sebenarnya saling membutuhkan, ketaksempurnaan itu pula yang membuat terciptanya amal sholeh.

Rasulullah saw bersabda “الْمُؤْمِنُ مَأْلَفٌ، وَلَا خَيْرَ فِيمَنْ لَا يَأْلَفُ، وَلَا يُؤْلَفُ” orang beriman itu menyatu dan bersatu. Tak akan ada kebaikan bagi orang yang tidak menyatu dan bersatu. (HR Ahmad 15/106) Ruh-ruh mereka bagaikan prajurit dalam satu barisan perang saling mengenal dan bermesraan, saling mengangkat kesulitan, menjaga dari serangan musuh dari depan maupun belakang.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »
Give us your opinion