Menceritakan kepada kami Muhammad bin Yusuf, ia berkata: mengabarkan kepada kami Sufyan dari al A’masy, dari Abu Waa-il, dari Ibnu Mas’ud ra, ia berkata:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَخَوَّلُنَا بِالْمَوْعِظَةِ فِي الأَيَّامِ، كَرَاهَةَ السَّآمَةِ عَلَيْنَا
Bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam selalu memperhatikan bagi kami untuk memberikan nasihat, karena beliau takut akan merasa bosan.
Referensi Hadits
1. al Bukhari : Shahih al Bukhari, Bab ma kaana an Nabiyyu sholallahu ‘alaihi wa sallam yatakhawwaluhum bil mau’idzhati wal ‘ilmi kay la yanfiru, hadits no 68, Juz 1/25.
2. Muslim : Shahih Muslim, dengan sanad yang berbeda, bab al ‘iqtishad fil mau’idzah, hadits no 2821, Juz 4/2172.
3. Muhammad bin Isa at Tirmidzi : Sunan at Tirmidzi, dengan sanad yang berbeda, bab ma ja-a fil fashohah wal bayan, hadits no 2855, juz 5/142.
4. Abu Dawud ath Thoyalisi : Musnad Abu Dawud, dengan sanad yang berbeda dan matan yang serupa, bab ma asnada Abdullah bin Mas’ud ra, hadits no 253, juz 1/206.
5. Ahmad bin Hanbal : Musnad Ahmad bin Hanbal, dengan sanad yang berbeda, bab musnad Abdullah bin Mas’ud ra, hadits no 3581, juz 6/57.
6. an Nasaa-i : Sunan al Kubra, dengan sanad yang berbeda dan matan yang serupa, bab at Takhawal bil mau’idzhah, hadits no 5858, juz 5/383.
7. juga diriwayatkan oleh yang lainnya, seperti al bazzar dalam musnadnya 5/94, Abu Ya’la dalam musnadnya 8/445, Ibnu Hibban dalam shahihnya 10/383, ath Thabrani dalam mu’jam al awsath 4/259, al Baihaqi dalam al Aadab 1/129, al Baghawi dalam syarh as sunnah 1/312 dan ibnu ‘Asakir dalam mu’jam as syuyukh 1/241.
Perawi Hadits
Ibnu Mas’ud adalah Abdullah bin Mas’ud bin Ghafil bin Habib al Hudzali, Abu Abdurrahman. Beliau adalah salah seorang sahabat mulia dari kalangan angkatan pertama yang masuk Islam, dalam sebuah riwayat dia orang keenam yang masuk Islam. Beliau termasuk ahlul badar, ikut dalam perang uhud, khandaq dan bai’aturridhwan. Beliau termasuk salah seorang ulama besar dari kalangan sahabat.
Rasulullah saw sangat mencintai dan memuliakannya. Dia adalah pelayan Rasulullah yang amanah dan penjaga rahasianya, teman ketika mukim dan bepergian. Dia diperbolehkan menemui Rasullah saw setiap saat dan berjalan bersamanya. Dia membawakan siwak, sandal dan air untuk bersucinya Nabi saw. Hadits yang diriwayatkan darinya sebanyak 848 hadits.
Diangkat menjadi gubernur Kufah oleh Umar ibn Khattab. Beliau wafat di Madinah tahun 32 H dimasa kekhalifahan Utsman bin Affan, pada usia sekitar 60 tahun.
Makna Kata
يَتَخَوَّلُنَا : يتعهدنا مراعيا أوقات (memperhatikan bagi kami waktu yang sesuai), يُصْلِحنَا (menyesuaikan bagi kami), يتخذنا (memilihkan bagi kami).
الْمَوْعِظَة : النصيحة (nasihat) التنبيه (peringatan)
السَّآمَةِ : الملل ( jenuh / bosan ), النفور( enggan / meninggalkan )
Pemahaman Hadits
1. Memperhatikan aspek waktu dalam memberikan nasihat. Al khattabi[1] berkata demikianlah maksud dari hadits ini “كَانَ يُرَاعِي الْأَوْقَاتَ فِي تَذْكِيرِنَا وَلَا يَفْعَلُ ذَلِكَ كُلَّ يَوْمٍ لِئَلَّا نَمَلَّ” bahwa Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa memperhatikan waktu dalam memberikan nasihat, Beliau tidak memberikan nasihat setiap hari agar kami tidak merasa bosan. Abu Ubaid al Harawi menceritakan dalam al gharibiin dari Abu Amru asy Syaibani bahwa yang benar adalah yatahawaluna dengan (ح) sehingga bermakna “يتطلب أحوالنا التي ننشط فيها للموعظة” memperhatikan kondisi kami ketika memberikan nasihat. Namun menurut al arnauth pendapat pertama lebih kuat.[2] meskipun demikian memperhatikan kondisi pendengar ketika hendak menyampaikan sebuah nasihat juga harus diperhatikan.
Termasuk dalam pengertian ini adalah memilih waktu yang yang telah disepakati, makna ini disampaikan oleh al ‘Ainiy[3] “أَن النَّبِي صلى الله عَلَيْهِ وَسلم كَانَ يعظ الصَّحَابَة فِي أَوْقَات مَعْلُومَة” bahwasanya Nabi saw memberikan nasihat bagi para sahabatnya pada waktu yang telah umum disepakati.
Memperhatikan aspek waktu juga berarti singkat, padat dan mudah dalam memberikan nasihat.
Dari Jabir bin Samurah ra, ia berkata “كُنْتُ أُصَلِّي مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّلَوَاتِ فَكَانَتْ صَلَاتُهُ قَصْدًا، وَخُطْبَتُهُ قَصْدًا” aku shalat di belakang nabi saw, ternyata shalat dan khutbah beliau itu sedang-sedang saja.[4]
Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan matan yang berbeda, dari Jabir bin Samurah ra, ia berkata “كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُطِيلُ الْمَوْعِظَةَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، إِنَّمَا هُنَّ كَلِمَاتٌ يَسِيرَاتٌ” Rasulullah saw tidak lama dalam memberi pelajaran pada hari jum’at namun hanya kalimat-kalimat yang ringan / mudah.[5]
Dari Amr bin al Ash ra ia berkata, Rasulullah saw bersabda, “لَقَدْ رَأَيْتُ، أَوْ أُمِرْتُ، أَنْ أَتَجَوَّزَ فِي الْقَوْلِ، فَإِنَّ الْجَوَازَ هُوَ خَيْرٌ” sungguh aku lihat atau diperintah untuk singkat dalam berbicara, karena singkat dalam berbicara adalah yang terbaik.[6]
2. Perilaku mendidik itu lahir karena rasa cinta, menginginkan kebaikan bagi perserta didik. Bukan karena keinginan menonjolkan kepandaian, kebencian apalagi karena rasa sombong. Seorang pendidik harus memiliki jiwa yang penuh kasih sayang dan menginginkan kebaikan bagi mutarabbinya. Ibnu Bathal menjelaskan maksud hadits ini sebagai berikut [7]“أراد (صلى الله عليه وسلم) الرفق بأمته ليأخذوا الأعمال بنشاط وحرص عليها الصفة” bahwa rasulullah saw menginginkan berlaku lemah lembut kepada ummatnya dalam hal menggiatkan amal shalil serta sangat menginginkan kebaikan bagi mereka. Rasulullah saw bersabda [8]t“إِنَّ هَذَا الدِّينَ مَتِينٌ فَأَوْغِلْ فِيهِ بِرِفْقٍ” sesungguhnya agama ini kokoh maka tanamkanlah ia dengan lemah lembut.
3. Hadits ini menganjurkan agar bertahap dalam mengerjakan amal shalih dan mengutamakan kontinuitas amal. Amal sholeh akan mudah dikerjakan secara berkesinambungan jika bertahap dalam mengerjakannya. Bahkan amal yang dikerjakan secara kontinu itu lebih disukai, sebagaimana sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah ra [9]“وَكَانَ أَحَبَّ الدِّينِ إِلَيْهِ مَادَامَ عَلَيْهِ صَاحِبُهُ” sesungguhnya amal ketaatan yang lebih dicintai adalah yang dikerjakan secara kontinu oleh pelakunya.
4. Penting bagi para pendidik untuk menguasai metode memberikan nasihat yang baik sehingga tidak menyebabkan mutarabbinya menjadi cepat bosan. Sebagaimana sebuah teladan dari Rasulullah saw tentang ekspresi beliau ketika menyampaikan tema hari kiamat, seperti dikatakan Jabir bin Abdullah[10] “كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا خَطَبَ احْمَرَّتْ عَيْنَاهُ، وَعَلَا صَوْتُهُ، وَاشْتَدَّ غَضَبُهُ، حَتَّى كَأَنَّهُ مُنْذِرُ جَيْشٍ يَقُولُ: «صَبَّحَكُمْ وَمَسَّاكُمْ»” jika nabi berkhutbah memerah matanya, meninggi suaranya dan terlihat marah, hingga beliau seperti pemberi peringatan pasukan yang berkata, musuh akan darang kepada kalian pada pagi hari, musuh akan datang pada kalian sore hari.
5. Seorang pendidik yang sukses ialah yang mampu berinteraksi dengan anggotanya secara efektif dan membangun kerjasama yang positif. Pentahapan dalam pemberian nasihat dan pembebanan memungkinkan terjadinya adaptasi, kesertaan dan keterlibatan pendidik dengan anggotanya.
[1] Sebagaimana di kutip Ibnu Hajar al Asqalaani : Fath al Baari, Beirut : Daar al Ma’rifah, 1379 H, Juz 1, hlm 162.
[2] lihat penjelasan pada Musnad Imam Ahmad yang ditahqiq oleh Syu’aib al Arnauth. Ahmad bin Hanbal: al Musnad, Beirut : Muassasah ar Risalah, 1421 H, juz 6, hlm 59.
[3] Badruddin al ‘Ainiy : ‘Umdatu al Qaari Syarh Shahih al Bukhari, Beirut : Daar Ihya at Turats al ‘Arabiy, tt, Juz 2, hlm 44.
[4] Muslim : Shahih Muslim, Beirut : Daar Ihya at Turats al Araby, tt, Juz 2, hlm 591.
[5] Abu Dawud : Sunan Abu Dawud, Beirut : Maktabah al ‘Ashriyah, tt, Juz 1, hlm 289. Hadits ini hasan menurut al Albany
[6] Idem, Juz 4 hlm 302. Hadits ini shahih menurut al Albany.
[7] Ibnu Bathal : Syarh Shahih al Bukhari, Riyadh : Maktabah ar Rusyd, 1423 H, Juz 1, hlm 153.
[8] Ahmad bin Hanbal : al Musnad, Beirut: Muassasah ar Risalah, 1421 H, Juz 20, hlm 346, hadits ke 13502.
[9] Al Bukhari : Shahih al Bukhari. Daar Thuuq an Najah, 1422 H, Juz 1, hlm 17.
[10] Shahih Muslim, Juz 2, hlm 592.