Bahasa (لُغَةً)
Memaknai kebaikan dan menyiarkannya (عِرفانُ الإحسانِ ونَشرُه)[1]
Pujian dan sanjungan bagi orang yang berbuat baik (الثناء على المحسن بما أولاه من معروف)[2]
Istilah (الاصطلاح)
Menegakkan keta’atan dan mendekatkan diri kepadanya dengan berbagai macam cara mencintainya lahir dan batin. (الْقيام بِطَاعَتِهِ والتقرب إِلَيْهِ بأنواع محابه ظَاهرا وَبَاطنا)[3]
Terlihatnya pengaruh nikmat Allah atas seorang lisan seorang hamba berupa pujian & sanjungan, atas hatinya berupa kesaksian dan kecintaan dan pada tubuhnya berupa ketundukan & ketaatan (ظُهُورُ أَثَرِ نِعْمَةِ اللَّهِ عَلَى لِسَانِ عَبْدِهِ: ثَنَاءً وَاعْتِرَافًا. وَعَلَى قَلْبِهِ: شُهُودًا وَمَحَبَّةً. وَعَلَى جَوَارِحِهِ: انْقِيَادًا وَطَاعَةً)[4]
Kedudukan Syukur Dalam Agama (مقامات الشكر في الدين)
Syukur berhubungan erat dengan iman (قرن الشكر بالإيمان)
Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? (an Nisa 147)
Orang-orang yang bersyukur adalah hamba yang dikhususkan mendapatkan anugerahnya (أهل الشكر هم المخصوصين بمنته عليهم من بين عباده)
Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-orang kaya) dengan sebagian mereka (orang-orang miskin), agar (orang-orang kaya itu) berkata: "Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?" (Allah berfirman): "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?" (6: 53)
Orang yang bersyukur dijanjikan dengan bertambahnya kenikmatan (وعد الشاكرين بالزيادة)
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari, maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih (Ibrahim 7)
Syukur adalah tujuan penciptaan (الشكر هو الغاية من الخلق)
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
[1] Al Azhary : Tahdzhibul Lughah, Beirut : Daar Ihya at Turats al ‘Araby, 1422 H, 10/10
[2] Zainuddin ar Razi : Mukhtarus Shohah, Beirut : Maktabah al ‘Ashriyah, 1420 H, h 167.
[3] Ibnul Qayyim al Jauziyyah : al Fawaid, Beirut : Daar al Kutub al ‘Ilmiyyah, 1393 H, h 128.
[4] Ibnul Qayyim al Jauziyah : Madarijus Salikin, Beirut : Daar al Kutub al ‘Araby, 1416 H, 2/234