Surat al Hujurat ayat 1



Perintah Bertaqwa serta Larangan Mendahului Allah dan Rasul-Nya

Surat al Hujurat ayat 1
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Asbab an Nuzul
Dari Ibnu Juraiz bahwa ibnu Mulaikah menceritakan kepadanya:[1]
أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ الزُّبَيْرِ أَخْبَرَهُ أَنَّهُ قَدِمَ رَكْبٌ مِنْ بَنِي تَمِيمٍ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ - صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: أَمِّرِ الْقَعْقَاعَ بْنَ مَعْبَدٍ، وَقَالَ عُمَرُ: بَلْ أَمِّرِ الْأَقْرَعَ بْنَ حَابِسٍ، فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: مَا أَرَدْتَ إِلَّا خِلَافِي، وَقَالَ عُمَرُ: مَا أَرَدْتُ خِلَافَكَ، فَتَمَارَيَا حَتَّى ارْتَفَعَتْ أَصْوَاتُهُمَا
Bahwasanya Abdullah bin Zubair telah memberitahunya bahwa telah datang kafilah dari bani tamim kepada Rasulullah saw, maka abu Bakar berkata : jadikanlah pemimpin al Qa’qa’ bin Ma’bad, Umar berkata: jangan, tunjuklah al Aqra’ bin haabis. Abu Bakar berkata : Tidak ada maksudmu melainkan untuk berselisih denganku. Umar berkata : aku tidak bermaksud berselisih denganmu. Mereka beradu argumen hingga suara mereka meninggi. -- Kemudian Allah ta’ala menurunkan awal surat ini hingga ayat ke 5--.

Pelajaran dari Ayat

1. Larangan mendahului Allah dan Rasulullah saw dalam memberikan fatwa terhadap sebuah perkara.
Pendapat ini dikemukakan oleh Mujahid tafsirnya[2] “لَا تَفْتَاتُوا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِشَيْءٍ حَتَّى يَقْضِيَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى لِسَانِهِ” janganlah memutuskan sebuah perkara hingga datang ketetapan Allah melalui keputusan Nabi-Nya.
Hal ini merupakan etika untuk menghormati, menghargai, memuliakan dan mengagungkan beliau saw. Mendahulukan ketetapan Allah dan Rasul-Nya juga merupakan adab syar’i dalam menjalani kehidupan.
Dari Mu’adz bin Jabal, bahwasanya Rasulullah saw ketika mengutusnya ke yaman berkata[3]:
كَيْفَ تقضي إِنْ عَرَضَ لَكَ قَضَاءٌ؟ " قَالَ: أَقْضِي بِمَا فِي كِتَابِ اللهِ. قَالَ: " فَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِي كِتَابِ اللهِ؟ " قَالَ: فَبِسُنَّةِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. قَالَ: " فَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِي سُنَّةِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ " قَالَ: أَجْتَهِدُ رَأْيِي، لَا آلُو. قَالَ: فَضَرَبَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَدْرِي، ثُمَّ قَالَ: " الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَفَّقَ رَسُولَ رَسُولِ اللهِ لِمَا يُرْضِي رَسُولَ اللهِ
Bagaimanakah solusimu jika engkau menemui masalah? Mu’adz berkata: aku memutuskannya dengan al Qur’an. Rasulullah saw bertanya : jika tak kau temukan pada al Qur’an ? Muadz menjawab : dengan sunnah Rasulullah saw. Rasulullah saw bertanya: jika tak kau temukan pada sunnah Rasulullah saw? Mu’adz berkata: Aku akan berijtihad dengan pendapatku. Mu’adz berkata: Rasulullah saw menepuk dadaku dan bersabda: segala puji bagi Allah yang telah mensejahterakan utusan Rasulullah saw atas apa yang diridhai Allah.

2. Larangan Tergesa-gesa.
At Thobari mengemukakan[4] “لاَ تَعْجِلُوا بِقَضَاءِ أَمْرٍ فِي حُرُوبِكُمْ أَوْ دِينِكُمْ” janganlah kalian tergesa-gesa dalam menentukan sebuah keputusan dalam peperangan maupun dalam perkara keagamaan.
Dr. Sayyid Muhammad Nuh menjelaskan bahaya isti’jal sebagai berikut[5],
إرادة تغيير الواقع الذي يحياه المسلمون اليوم في لمحة أو في أقل من طرفة عين دون نظر في العواقب ودون فهم للظروف والملابسات المحيطة بهذا الواقع ، ودون إعداد جيد للمقدمات أو للأساليب و الوسائل
Keinginan merubah keadaan kehidupan ummat Islam dalam waktu yang singkat atau sekejap mata tanpa mempertimbangkan akibatnya, tanpa memperhatikan situasi dan kondisi serta tanpa persiapan yang matang dengan segala metode dan sarananya.
Allah ta’ala berfirman dalam surat ar ruum ayat 60,
فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَلَا يَسْتَخِفَّنَّكَ الَّذِينَ لَا يُوقِنُونَ                                  
“Maka bersabarlah, sesungguhnya janji Allah adalah benar. Dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) menggelisahkan kamu”


3. Perintah untuk Bertakwa.
Abu Ja’far ath thobari berpendapat bahwa Allah memerintahkan orang-orang beriman untuk bertakwa kepada Allah dan memperhatikan segala perkara yang hendak mereka kerjakan baik terucap maupun yang terlintas di dalam hati.[6]
وخافوا الله أيها الذين آمنوا في قولكم، أن تقولوا ما لم يأذن لكم به الله ولا رسوله، وفي غير ذلك من أموركم، وراقبوه، إن الله سميع لما تقولون، عليم بما تريدون بقولكم إذا قلتم.
Wahai orang-orang beriman takutlah kepada Allah dalam perkataan kalian, atas perkataan yang tidak diridhoi Allah dan Rasul-Nya, dan juga perkara kalian yang lainnya, dan takutlah kepada-Nya, sesungguhnya Allah Maha mendengar segala yang kalian katakan serta mengetahui apa yang kehendaki dari perkataan kalian.
Begitu pentingnya takwa bagi orang-orang beriman sebab kemenangan ruhiyah itu jauh mendahului kemenangan fisik sebagaimana kekalahan ruhiyah itu merambat jauh sebelum kekalahan fisik itu terjadi.
Hasbunallah wa ni’mal wakil

[1] Al Wahidi : Asbabun Nuzul al Qur’an, Damam : Daar al Ishlah, 1412 H, Hlm 385. Juga diriwayatkan oleh al Bukhari dalam shahihnya 5/168 hadits ke 4367, at tirmidzi dalam sunannya 5/387 hadits ke 3266, dan an Nasa-i dalam Jami’ul ushul 2/360.
[2] Mujahid bin Jabr : Tafsir Mujahid, Mesir : Daar al Fikr, 1410 H, hlm 610.
[3] Ahmad bin Hanbal : al musnad, Beirut : Muassasah ar Risalah, 1421 H, 36/333 hadits ke 22007. Menurut Syu’aib al Arnauth hadits ini Dha’if. Demikian  pula menurut al Albany lihat silsilatul hadits adh dho’ifah 2/274.
[4] Abu Ja’far ath Thobari : Jami’ul Bayan, Beirut : Muassasah ar Risalah, 1420 H, 22/272
[5] Dr. Sayyid Muhamad Nuh : Afaatun ‘ala ath Thariq, al Manshuriyah : Daar al Wafa, 1416 H, hlm 57.
[6] Jami’ul Bayan, 22/277

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »
Give us your opinion