Sifat & Keberuntungan bagi Orang-Orang yang Bertaqwa



Tadabbur surat al Baqarah ayat 4 & 5

وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنزلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنزلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
Dan mereka yang beriman kepada Kitab (al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat (4)
أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari tuhan mereka & merekalah orang-orang yang beruntung (5)

Pemahaman Kata
Kebalikan dari yang pertama, rumah kehidupan stlh kematian
الآخِرَةِ: مُقَابِلُ الأُلَى. دَارُ الحَيَاةِ بَعْدَ المَوتِ

Menetapkan, menguatkan dan menjelaskan
أَيْقَنَ : ثَبَتَ وَ تَحَقَّقَ وَ وََضَحَ

Telah sampai pada tujuannya, mendapat keberuntungan berupa kenikmatan akhirat.
أَفْلَحَ : ظَفِرَ بِمَا يُرِيْدُ، فَازَ بِنَعِيْمِ الآخِرةِ


Pemahaman Ayat

a.  Makna Umum ayat ke 4
Ibnu Katsir mengemukakan pendapat dari Ibnu Abbas ra bahwa makna firman Allah dalam ayat ini adalah,
يُصَدِّقُونَ بِمَا جِئْتَ بِهِ مِنَ اللهِ، وَمَا جَاءَ بِهِ مِنْ قَبْلِكَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ، لَا يُفَرِّقُونَ بَيْنَهُمْ، وَلَا يَجْحَدُونَ مَا جَاؤُوهُمْ بِهِ مِنْ رَبِّهِمْ. وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ، أي : بِالْبَعْثِ وَالْقِيَامَةِ، وَالْجَنَّةِ، وَالنَّارِ، وَ الْحِسَابِ، وَالْمِيزَانِ.
“mereka percaya kepada apa yang engkau datangkan dari Allah juga percaya kepada apa yang diturunkan kepada rasul-rasul sebelummu tanpa membeda-bedakan diantara mereka dan tidak mengingkari apa yang telah didatangkan oleh para rasul dari tuhan mereka. Mereka yakin akan adanya kehidupan di akhirat, yakni percaya akan adanya hari berbangkit, hari kiamat, surga, neraka, hisab dan mizan.

Para ahli tafsir berbeda pendapat mengenai siapakah yang dimaksud dalam ayat ini, dan kaitannya dengan orang-orang yang disebut dalam ayat sebelumnya (ayat 3). Menurut Ibnu Jarir ath Thobari ada tiga pendapat terkait dengan hal tersebut,

Pertama, mereka semua yang disebutkan baik dalam ayat 3 & 4 adalah setiap orang beriman, yaitu orang-orang beriman dari kalangan orang Arab, orang-orang beriman dari kalangan ahli kitab dan selain mereka. Ini merupakan pendapat Mujahid, Abul Aliyah, ar Rabi’ ibnu Anas dan Qatadah.

Kedua, keduanya sama, yaitu orang-orang beriman dari kalangan ahli kitab.

Ketiga, mereka yang disebutkan dalam ayat 3 adalah orang beriman dari bangsa Arab dan yang disebutkan dalam ayat 4 adalah orang beriman dari kalangan ahli kitab. Pendapat ini dinukil as Saddi dalam kitab tafsirnya, dari Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud dan sejumlah sahabat Rasulullah saw.
                       
b. Beriman kepada al Qur’an dan kitab-kitab sebelumnya
Sayyid Quthb dalam tafsirnya mengemukakan bahwa ini merupakan sifat yang pantas bagi ummat Islam, pewaris akidah samawiyah, pewaris kenabian semenjak fajar kemanusiaan, penjaga warisan akidah dan kenabian dan pemandu keimanan dimuka bumi hingga akhir zaman. Nilai-nilai ini terletak pada 4 hal, yaitu:

هِيَ الشُعُورُ بِوَحْدَةِ الْبَشَرِيَّةِ، وَوَحْدَةِ دِينِهَا، وَوَحْدَةِ رُسُلِهَا، وَوَحْدَةِ مَعْبُودِهَا
Pertama, Perasaan akan kesatuan ummat manusia, kesatuan agamanya, kesatuan para rasulnya dan kesatuan Rabb yang diibadahi.  

هِيَ تَنْقِيَةُ الرُوحُ مِنَ التَعَصُّبِ الذَمِيمِ ضِدُّ الدِياَناَتِ وَالْمُؤْمِنِينَ بِالدِيَانَاتِ مَا دَامُوا عَلَى الطَرِيقِ الصَحِيحِ
Kedua, Pembersihan ruh dari fanatisme yang tercela yaitu menentang agama-agama dan orang yang mengimani agama selagi mereka berada berada di atas jalan yang benar.

هِيَ الْاِطْمِئْنَانُ إِلَى رِعَايَةِ اللّهِ لِلْبَشَرِيَّةِ عَلَى تَطَاوُلِ أَجْيَالِهَا وَأَحْقَابِهَا هَذِهِ الرِعَايَةُ الْبَادِيَةُ فِي تَوَالِي الُرسُلِ وَالرِسَالَاتِ بِدِينٍ وَاحِدٍ وَهُدًى وَاحِدٍ.
Ketiga, Ketenangan hidup dengan adanya perlindungan Allah kepada manusia sepanjang generasi dan zaman, perlindungan ini nampak pada pengutusan para Rasul dan kerasulan secara berkesinambungan dengan membawa satu agama dan satu petunjuk.

هِىَ الْاِعْتِزَازُ بِالْهُدَى الَّذِي تَتَقَلَّبُ اْلأَيَّامِ وَالْأَزْمَانُ، وَهُوَ ثَابِتٌ مَطَّرِدٌ ، كَالنَجْمِ الْهَادِي فِي دَيَاجِيرِ الظَلَامِ.
Keempat, Rasa senang dan bahagia terhadap petunjuk yang senantiasa tegar dan tetap tidak berubah menghadapi berbagai perubahan hari dan zaman, laksana cahaya bintang ditengah kegelapan.
Kemudian terkait dengan keimanan kepada semua kitab yang diturunkan Allah swt, bagaimana mungkin mengimani seluruh kitab yang hukumnya berbeda-beda? Al Qurthubi mengemukakan 2 pendapat dalam tafsirnya,

أَحَدُهُمَا:أَنَّ الْإِيْمَانَ بِأَنَّ جَمِيْعَهَا نَزَلَ مِنْ عِنْدِ اللهِ.الثاني:أَنَّ اْلإِيْمَانَ بِمَا لَمْ يَنْسَخْ مِنْهَا
Pertama, mempercayai bahwa seluruh kitab itu turun dari sisi Allah ta’ala dan Kedua mempercayai apa yang tidak dinasakh dari isi kitab-kitab tersebut.

c. Meyakini akan adanya hari akhirat
al Qurthubi berpendapat bahwa makna kalimat (وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ) adalah (وبالبعث والنشر هم عالمون) mereka mengetahui tanpa keraguan tentang adanya kebangkitan. (واليقين : العلم دون الشك) dan al yakin itu berarti mengetahui sesuatu tanpa keraguan. Dr. Sa’id Hawwa menegaskan bahwa yakin juga berarti (رُسُوخُ الْعِلْمِ بِانْتِفَاءِ الشَكِّ وَ الشُبْهَةِ عَنْهُ) mempercayai sesuatu dengan mantap tanpa ada keragu-raguan dan syubhat terhadapnya. 

Sayyid Quthb mengemukakan bahwa (وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ)adalah sirat terakhir orang bertaqwa dalam rangkaian ayat ini. Sifat ini mengaitkan antara dunia dan akhirat, antara permulaan kehidupan dan nasib akhirnya dan antara amal perbuatan dan balasannya.

Lebih lanjut beliau mengemukakan bahwa karakter ini memberikan dampak psikologis yang menguatkan orang bertaqwa yaitu,
وَالَّتِي تَشْعُرُ الْإِنْسَانُ أَنَّهُ لَيْسَ لقَِىَ مُهْمِلًا، وَأَنَّهُ لَمْ يَخْلُقْ عَبَثًا ، وَلَنْ يَتْرُكْ سُدًى وَأَنَّ الْعَدَالَةُ الْمُطْلَقَةَ فِي انْتِظَارُهُ ، لِيَطْمَئِِنَّ قَلْبُهُ ، وَتَسْتَقِرَّ بِلَابِلِهِ ، وَيُفِيءُ إِلَى الْعَمَلِ الصَالِحِ ، وَإِلَى عَدْلِ اللّهِ وَرَحْمَتِهِ فِي نِهَايَةِ الْمُطَافِ.
Membuat manusia merasakan bahwa ia tidak dibiarkan begitu saja, bahwa ia tidak diciptakan dengan sia-sia, dan bahwa keadilan mutlak telah menantinya, agar hatinya merasa tenang, jiwanya tentram dan kembali kepada amal shalih, kepada keadilan Allah dan rahmat-Nya di penghujung perjalanan.

d. Senantiasa mendapat petunjuk Rabbnya

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa (عَلَى هُدًى) bermakna (نُورٌ وَبَيَانٌ وَبَصِيرَةٌ مِنَ اللِه تَعَاَلى) tetap mendapatkan cahaya, penjelasan dan bashirah dari Allah ta’ala.
Sebuah riwayat dari Ibnu Abbas mengemukakan bahwa makna (أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ)adalah (عَلَى نُورٍ مِنْ رَبِّهِمْ ، وَاسْتِقَامَةٍ عَلَى مَا جَاءَهُم) tetap mendapat cahaya dari Rabb mereka dan tetap istiqomah kepada apa yang datang kepada mereka (alQur’an).

Ibnu Jarir berpendapat bahwa (أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ) bermakna (أَنَّهُمْ عَلَى نُورٍ مِنْ رَبِّهِمْ، وَبُرْهَانٍ وَاسْتِقَامَةٍ وَسَدَادٍ ، بِتَسْدِيدِ اللهِ إِيَّاهُمْ ، وَتَوْفِيقِهِ لَهُمْ) sesungguhnya mereka tetap memperoleh cahaya dari Rabbnya, pembuktian, keistiqomahan, bimbingan serta taufik Allah bagi mereka.

Dr Sa’id Hawwa mengemukakan bahwa (أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ) maknanya (مَا يَدُلُّ عَلَى تَمْكِنِهِمْ مِنَ الْهُدَى، وَاسْتِقْرَارِهِمْ عَلَيْهِ وَ تَمَسُّكِهِمْ بِهِ بِحَيْثُ شُبْهَتٍ حَالِهِمْ بِحَالٍ مَنِ اعْتَلَى الشَيْءُ وَرُكْبِهِ) menunjukkan atas kemantapan dan keteguhan mereka dalam mengikuti petunjuk tersebut, sehingga keadaan mereka diumpamakan dengan orang yang menaiki sesuatu lalu mengendarainya.

e. Mendapatkan keberuntungan

Menurut ‘urf al falaah berarti (الظَفْرُ بِالْمَطْلُوبِ، وَالنَجَاةُ مِنَ الْمَرْهُوبِ) mendapatkan apa yang diinginkan dan terhindar dari yang ditakuti.

al Qurthubi mengemukakan bahwa kata (الفَلَحُ) dalam bahasa berarti (الشَّقُّ وَالْقَطَعُ) membelah dan memotong. Contohnya (فَلَاحَةُ الْأَرَضِينَ) para penggarap tanah (هُوَ شَقَهَا لِلْحَرْثِ), mereka membelah tanah untuk bercocok tanam. Karena itulah petani disebut fallaah. Sehingga seakan-akan orang muflih itu (قَدْ قَطَعَ الْمَصَاعِبُ حَتَّى نَالَ مَطْلُوبِهِ) membelah segala rintangan kesulitan hingga sampai kepada harapannya. Kata (الفلح) juga bisa diartikan dengan (الفَوْزُ وَالْبَقَاءُ) keberhasilan dan keabadian. Sehingga makna (أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُون) maksudnya adalah (الفَائِزُونَ بِالْجَنَّةِ وَالْبَاقُونَ فِيهَا) orang-orang yang beruntung dengan mendapatkan surga dan kekal abadi di dalamnya.

Ibnu Abi Ishaq berkata bahwa (الْمُفْلِحُون) adalah (هُمُ الَّذِينَ أَدْرَكُوا مَا طَلَبُوا وَنَجَوا مِنْ شَرِّ مَا مِنْهُ هَرَبُوا) mereka yang mendapatkan apa yang mereka cari dan selamat dari kejahatan yang mereka lari darinya.

Ibnu Katsir mengemukakan bahwa makna (أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُون) adalah (في الدنيا والآخرة) merekalah orang-orang yang beruntung di dunia dan akhirat.

Ibnu Abbas mengemukakan bahwa makna (أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُون) adalah (الَّذِينَ أَدْرَكُوا مَا طَلَبُوا ، وَنَجَوْا مِنْ شَرِّ مَا مِنْهُ هَرَبُوا) yakni orang-orang yang memperoleh apa yang mereka minta dan selamat dari kejahatan yang mereka menghindar darinya.

Ibnu Jarir berpendapat bahwa  makna (أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُون) adalah
المُنْجِحُونَ المُدْرِكُونَ مَا طَلَبُوا عِندَ اللهِ بِأَعْمَالِهِمْ وَإِيْمَانِهِمْ باللهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ، مِنَ الْفَوْزِ باِلثوَاَبِ، وَالْخُلُودِ فِي الْجَنَّاتِ، وَالنَّجَاةِ مِمَّا أَعَدَّ اللهِ لِأَعْدَائِهِ مِنَ الْعِقَابِ
merekalah orang-orang yang sukses dan memperoleh apa yang mereka dambakan di sisi Allah melalui amal perbuatan mereka dan iman mereka kepada Allah, kitab-kitab-Nya dan Rasul-rasul-Nya, dambaan tersebut berupa keberuntungan memperoleh pahala, kekal di surga dan selamat dari siksaan yang telah disediakan Allah bagi musuh-musuh-Nya”

Sa’id Hawwa mengemukakan bahwa orang beruntung adalah, ( الظَافِرُونَ بِمَا طَلَبُوا، النَاجُونَ مِمَّا هَرَبُوا، فَالْفَلَّاحُ  إِدْرَاكُ الْبَغِيَةِ وَ الْمُفْلِحُ الْفَائِزِ بِاْلَبغِيَّةِ) mereka yang mendapatkan apa yang mereka harapkan dan selamat dari yang mereka takuti. Orang yang beruntung adalah  orang yang berhasil sampai kepada tujuan yang didambakannya.

Ibnu Katsir menuliskan sebuah riwayat dari Mujahid, dari Abdullah bin Amr dari Nabi saw. Pernah dikatakan kepada Rasulullah saw,
يَا رَسُولُ اللهِ ، إِنَّا نَقْرَأُ مِنَ القُرْآنِ فَنَرْجُو ، وَ نَقْرَأُ مِنَ الْقُرْآنِ فَنَكَادُ أَنْ نَيْأَسَ ، أَوْ كَمَا قَالَ. قَالَ : فَقَالَ : "أَفَلاَ أَخْبَرَكُمْ عَنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ وَأَهْلِ النَّارِ ؟". قَالُوا : بَلَى يَا رَسُولُ اللهِ.
Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami tetap membaca alQur’an, lalu kami berdo’a, dan kami tetap membaca alQur’an hingga hampir saja kami berputus asa.” Maka Nabi saw bersabda, “maukah kalian aku beritakan tentang penduduk surga dan neraka? Mereka menjawab “Tentu saja kami mau wahai Rasulullah

 قال : " { الم * ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ } " إلى قوله تعالى : { الْمُفْلِحُونَ } هَؤُلَاءِ أَهْلِ الْجَنَّةِ". قالوا : إِنَّا نَرْجُو أَنْ نَكُونَ هَؤُلاَءِ.
Nabi saw membacakan firman Allah (surat al Baqarah 1-5) Kemudian Nabi saw bersabda “merekalah penduduk surga” Para sahabat berkata “sesunguhnya kami berharap semoga diri kami termasuk dari mereka”

 ثم قال : " { إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ } " إلى قوله : { عَظِيمٌ } هَؤُلاَءِ أَهْلِ النَّارِ". قالوا : لَسْنَا هُمْ يَا رَسُولُ اللهِ. قال : "أَجَلٌ ".
lalu Nabi saw membacakan firman-Nya (al baqarah 6-7)
“sesungguhnya orang-orang kafir sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan mereka tidak akan beriman. Allah mengunci mati hati dan pendengaran mereka dan penglihatan mereka ditutup dan bagi mereka siksa yang sangat berat.”
Beliau saw bersabda “mereka adalah penduduk neraka” para sahabat berkata “wahai Rasulullah, tentunya kami bukan termasuk mereka” beliau menjawab “ya”.

Wallahu a’lam bisshowab.

Di adaptasi secara bebas dari,
Al Qurthubi, Abu Abdillah Muhammad. Al Jami' li Ahkamil Qur'an wal Mubayyin lima Tadhamanahu minas Sunnah wa ayil Qur'an. Daarul Hadits, Kairo-Mesir.
Ibnu Katsir, Imaduddin, Tafsir al Qur'anul Adzhim, Daarul Alim al Kutub, Riyadh.tt.
Hawwa, Sa'id. Al Asas fi Tafsir, Daarus Salam, Yordania, Cet 1. 1985
Quthb, Sayyid, Fii Dzilalil Qur'an, Darus Syuruq, Mesir, Cet 10 1982M.
Ath Thobari, ibnu Jarir.Jami’ul Bayan an Ta’wil li ayil Qur’an. Maktabah syamilah.
Musthofa, Ibrahim etc, al Mu’jamul Wasith, Maktabah Islamiyah, Turki, tt.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »
Give us your opinion