Minuman Keras & Perjudian



1. Nash Ayat
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهِمَا وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ
Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir, (al Baqarah 219)

2. Sebab Turunnya Ayat
Abul Hasan al Wahidi an Naisabury berpendapat sebagai berikut:
نزلت في عمر بن الخطاب و معاذ بن جبل و نفر من الأنصار أتوا رسول الله صلى الله عليه و سلم، فقالوا: افتنا في الخمر و الميسر فإنمهما مذهبة للعقل مسلبة للمال، فأنزل الله تعالى هذه الآية.
bahwa ayat ini diturunkan kepada Umar ibn Khattab dan Mu’adz bin Jabal dan sekelompok orang dari kalangan anshar. Mereka datang kepada Rasulullah saw dan bertanya: berikan fatwa kepada kami mengenai khamr dan maisir karena keduanya melenyapkan akal  dan merampas harta. Kemudian Allah menurunkan ayat ini. (asbab an nuzul 38)

Ibnu Katsir menuliskan sebuah riwayat dari Imam Ahmad sebagai berikut:
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا خَلَفُ بْنُ الْوَلِيدِ، حَدَّثَنَا إِسْرَائِيلُ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ أَبِي مَيْسَرَةَ، عَنْ عُمَرَ أنَّه قَالَ: لَمَّا نَزَلَ تَحْرِيمُ الْخَمْرِ قَالَ: اللَّهُمَّ بَيِّن لَنَا فِي الْخَمْرِ بَيَانًا شَافِيًا. فَنَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ التِي فِي الْبَقَرَةِ: {يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ} فدُعي عُمَرُ فقرئتْ عَلَيْهِ، فَقَالَ: اللَّهُمَّ بَيِّنْ لَنَا فِي الْخَمْرِ بَيَانًا شَافِيًا. فَنَزَلَتِ الْآيَةُ التِي فِي النِّسَاءِ: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى} [النِّسَاءِ: 43] ، فَكَانَ مُنَادِي رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَقَامَ الصَّلَاةَ نَادَى: أَلَّا يَقْرَبَنَّ الصَّلَاةَ سكرانُ. فدُعي عُمَرُ فَقُرِئَتْ عَلَيْهِ، فَقَالَ: اللَّهُمَّ بَيِّنْ لَنَا فِي الْخَمْرِ بَيَانًا شَافِيًا. فَنَزَلَتِ الْآيَةُ التِي فِي الْمَائِدَةِ. فَدَعِي عُمَرُ، فَقُرِئَتْ عَلَيْهِ، فَلَمَّا بَلَغَ: {فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ} [الْمَائِدَةِ: 91] ؟ قَالَ عُمَرُ: انْتَهَيْنَا، انْتَهَيْنَا .
Bahwa ketika ayat pengharaman khamr diturunkan Umar berkata, “ Ya Allah berilah kami penjelasan mengenai khamr ini dengan penjelasan yang memuaskan.” Maka turunlah firman Allah, “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya" (al baqarah 219).
Kemudian Umar dipanggil & dibacakan kepada-nya ayat ini. Maka ia mengatakan, “Ya Allah berilah kami penjelasan tentang khamr ini dengan penjelasan yang memuaskan,” kemudian turun ayat pada surat an nisa, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian dekati sholat sedang kalian dalam keadaan mabuk” (an nisa 43).
Kemudian muadzin Rasulullah saw apabila mendirikan sholat senantiasa berseru, “orang yang mabuk tidak boleh mendekati sholat!” kemudian Umar dipanggil lagi dan dibacakan kepadanya ayat tersebut. Maka Umar berkata, “Ya Allah berilah kamu penjelasan tentang khamr ini yang lebih memuaskan lagi,” kemudian Turunlah ayat yang ada pada surat al maidah. Ketika bacaan ayat sampai pada firman-Nya: “maka berhentilah kalian” (al maidah 91) maka Umar berkata, “kami telah berhenti, kami telah berhenti.” (tafsir al Qur’an al adzhim 1/578)

3. Definisi Kalimat Penting
a. Khamr
Dalam lisan al arab disebutkan pengertian khamr secara bahasa ialah,
ما أسكر من عصير العنب، و سميت بذلك لأنّها تخامر العقل. و حقيقة الخمر إنّها هي ما كان من العنب دون ماكان من سائر الأشياء.
Segala sesuatu yang memabukkan dari perasan buah anggur, dan yang semisal dengannya dikarenakan merusak akal. Dan hakikat khamr adalah sesuatu yang terbuat dari anggur bukan sesuatu yang terbuat dari selainnya. (lisan al arab pembahasan khamr)
Al fairuz abadi berpendapat bahwa khamr adalah,

ما أسكر من عصير العنب، أو هو عام، و العموم أصح، لأنّها حرمت و ما بالمدينة خمر عنب، و ما كان شرابهم إلا البسر و التمر.
segala sesuatu yang memabukkan dari perasan buah anggur, atau perasan buah secara umum. Dan keumuman inilah yang benar. Karena sesungguhnya khamr itu diharamkan dan di Madinah tidak ada khamr dari buah anggur dan mereka tidak menjadikannya sebagai minuman keras melainkan dari kurma yang belum masak dan telah masak (kamus al muhith pembahasan khamr)

Az zubaid berpendapat khamr adalah,
ما أسكر من عصير كل شيء، لأن المدار على السكر و غيبوبة العقل، و هو الذي اختاره الجماهير. و سمي الخمر خمرا، لأنّها تخمر العقل و تستره، أو لأنّها تركت حتى أدركت و اختمرت.
Segala sesuatu yang memabukkan dari perasan buah apapun, karena intinya adalah yang memabukkan dan menghilangkan akal (kesadaran), dan ini adalah yang dipilih jumhur. Dan yang serupa dengan khamr adalah khamr, karena memabukkan akal dan menutupinya, atau dikarenakan khamr itu dapat melalaikan akal hingga menghinakannya dan melampaui batas   (taaj al ‘arus pembahasan khamr)
Berdasarkan beberapa definisi tersebut diatas maka dapat disimpulkan,
إطلاق اسم الخمر على سائر الأتبذة المسكرة من باب القياس اللغوي لما فيها من مخامرة العقل
penetapan nama khamr segala macam minuman yang memabukkan, ini adalah qiyas secara bahasa bagi sesuatu yang merusak akal. (raudhah an naadhir 88)

Para fuqaha berbeda pendapat mengenai pengertian khamr menurut istilah, hal ini terjadi karena perbedaan mereka tentang hakikatnya secara bahasa sehingga terjadi perbedaan dalam menetapkan hukum.

Menurut ulama madinah dan sebagian ulama hijaz, penetapan khamr itu berdasarkan atas sifatnya yang memabukkan baik sedikit maupun banyak dan sama saja apakah ia terbuat dari anggur, kurma, gandum atau jewawut (rumput-rumputan) atau yang lainnya.

Dasarnya adalah sabda Rasulullah saw:
كل مسكر خمر، و كل خمر حرام.
“segala yang memabukkan adalah khamr dan semua khamr itu haram” [1]

Sebagaimana sebuat atsar yang diriwayatkan al Bukhari bahwa Umar ra berkata:
أيها الناس : إنه نزل تحريم الخمر، و هي من خمسة : من العنب، و التمر، و العسل، و الحنطة، و الشعير. و الخمر ما خامر العقل.
wahai sekalian manusia sesungguhnya telah diharamkan khamr dan dia terbuat dari lima, dari anggur, kurma, madu, gandum dan jewawut. Dan khamr adalah sesuatu yang merusak akal.[2]

Sesungguhnya ketika turun pengharaman khamr kepada sahabat, dan khamr termasuk yang dilarang dalam Islam, maka para sahabat segera menumpahkan khamr yang terbuat dari  asam dan kurma dan tidak mengkhususkan hanya yang terbuat dari anggur saja, karena penamaan semua yang memabukkan adalah pengertian syari’at dan itulah hakikat hukumnya. [3]

Sebagian besar kalangan syafi’iyyah dan abu yusuf dan muhammad dari hanafiyah dan sebagian malikiyyah  berpendapat bahwa khamr adalah,
 المسكر من عصير العنب إذا اشتد، سواء أقذف بالزبد أم لا. Minuman yang memabukkan dari sari buah anggur jika menjadi keras (berdampak kuat hingga memabukkan), sama saja apakah  berbuih maupun tidak.[4]

Menurut Abu Hanifah dan sebagian kalangan syafi’iyah sesungguhnya khamr adalah Sari buah anggur jika menjadi keras, dan abu hanifah mensyaratkannya dengan berbuih, dan selain berdampak keras[5]

b. Maisir
Dalam kamus misbah al munir disebutkan bahwa maisir adalah قمار العرب بالأزلام perjudian bangsa arab dengan panah. Dalam al muhith disebutkan هو اللعب بالقداح أو هو النرد، أو كل قمار ini adalah permainan dengan gelas dan dengan dadu, atau semua bentuk perjudian.

Ibn Hajar al Makki berpendapat bahwa maisir adalah , القمار بأي نوع كان  Perjudian atau yang semisal dengannya. Al muhalli berkata صورة القمار المحرم التردد بين أن يغنم و أن يغرم sejenis perjudian yang diharamkan yang membuat keraguan antara keuntungan dan kerugian (Ibnu hajar al haitami almakki: Az zawajir ‘an iqtarafa al kabair 2/200)

Imam Malik berkata maisir terdiri dari dua jenis, yaitu
ميسر اللهو و ميسر القمار فمن ميسر اللهو النرد و الشطرنج و الملاهي كلها، و ميسر القمار ما يتخاطر الناس عليه.
Maisir yang merupakan hiburan dan maisir perjudian. Maisir yang merupakan hiburan adalah permainan dadu, permainan catur maupun permainan musik hiburan. Sedangkan maisir yang merupakan perjudian adalah segala sesuatu yang manusia bertaruh atasnya. Definisi ini juga semisal dengan pendapat ibnu taimiyah.[6]

4. Hukum-Hukum Yang Terdapat Pada Ayat.

a. Minuman Keras
Pengharaman meminumnya baik sedikit maupun banyak & terbuat dari buah apapun
Telah sepakat pengharaman minuman keras berdasarkan kitabullah, sunnah Rasulullah saw dan ijma’  ummat. Allah berfirman dalam surat al maidah ayat 90-91
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (-) إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلَاةِ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.

Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).

Dari Aisyah ra, bahwa Nabi saw bersabda,
كل شراب أسكر فهم حرام.
Semua minuman yang memabukkan maka itu adalah haram.[7]
Rasulullah saw bersabda
كل مسكر خمر، و كل خمر حرام.
Semua yang memabukkan itu khamr dan semua khamr itu haram.[8]
Dari Sa’id bin Abi Waqash ra, Rasulullah saw telah bersabda:
أنهاكم عن قليل ما أسكر كثيره.
Aku larang bagi kalian semua yang memabukkan baik sedikit maupun banyak.[9]
Rasulullah saw bersabda
ما أسكر كثيره فقليله حرام
Semua yang memabukkan baik sedikit maupun banyak itu haram.[10]
Rasulullah saw bersabda
كل مسكر حرام، وما أسكر منه الفرق فملء الكف منه حرام.
Semua yang memabukkan haram, meskipun hanya memenuhi telapak tangan yang memabukkan itu haram. [11]

Dari Umum salamah ra berkata:
نهى رسول الله صلي الله عليه و سلم عن كل مسكر و مفتر.
Rasulullah saw melarang bagi kalian semua yang memabukkan dan mengada-adakan dusta.[12]
Dapat disimpulkan berdasarkan dalil-dalil tersebut di atas maka minuman memabukkan itu pada hakikatnya adalah haram, sedikit maupun banyak, memabukkan maupun tidak tetap haram. Ini adalah pendapat jumhur.[13]

Hukum memanfaatkan khamr
Pada masa sebelum Islam masyarakat jahiliyah telah meminum khamr untuk maksud mengatasi dinginnya cuaca dan pengobatan, tetapi hal ini dilarang oleh Islam. (fiqh sunnah 3/138)
Jumhur ulama menyepakati bahwa diharamkan memanfaatkan khamr untuk pengobatan maupun dalam bentuk pemanfaatan yang lain. Rasulullah saw bersabda,
إن الله لمْ يجْعل شفاءكم فيما حرم عليكم.
Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhan bagi kalian dengan apa yang diharamkan bagi kalian.[14]
Diriwayatkan oleh Muslim dalam shohihnya dan yang lainnya dari Thariq bin Suwaid ra, bahwa beliau pernah bertanya kepada Rasulullah saw tentang khamr. Nabi melarangnya lalu thariq berkata, “saya buat khamr ini hanya untuk obat” Rasulullah saw menjawab:
إنَّهُ لَيْسَ بِدَوَاءٍ، وَلَكِنَّهُ دَاءٍ
Khamr itu bukanlah obat melainkan penyakit. (diriwayatkan oleh Muslim 3/1573).
Jumhur ulama melarang meminum khamr sebagai obat.[15] Ulama kalangan syafi’iyyah berpendapat pengobatan dengan khamr adalah haram. Jika ia murni dan tidak bercampur dengan sesuatu yang lain maka sudah pasti kerusakannya dan wajib meninggalkannya.
Adapun jika khamr itu telah bercampur dengan sesuatu yang lain dan mengubah hakikat khamr itu, maka diperbolehkan dalam pengobatan sebatas untuk membersihkan, diperbolehkannya hal tersebut dalam keadaan darurat syar’iyah.
Khamr itu juga diperbolehkan digunakan untuk mempercepat penyembuhan dengan syarat ditentukan oleh seorang dokter muslim yang adil dan memiliki pengetahuan dalam hal itu dan juga dengan kadar yang sedikit dan tidak memabukkan.
Imam Nawawi menetapkan pengharamannya. ia berkata pendapat yang benar adalah khamr itu diharamkan untuk pengobatan.[16]

b. Perjudian
Para fuqaha sepakat atas pengharaman maisir perjudian. Syafi’iyyah berpendapat jika disyarat-kan padanya pemberian dan pengambilan uang pada para pemain, maka ia adalah perjudian yang diharamkan. Merupakan dosa besar. Haram akadnya, pengambilan hartanya karena itu adalah pencurian uang diantara para pemain.[17]
Wallahu a’lam

[1] Hadits yang diriwayatkan muslim 3/1578 dan abu dawud 4/85.
[2] Atsar dari Umar ibn khattab ra, diriwayatkan oleh bukhari 35/10 dan muslim 3/2322.
[3] al mughni 9/159, kasyaf al qana’ 6/116, al mudawanah 6/261, ar raudhah 10/168, al khattabi ‘ala sunan abi dawud 4/262-263, hasyiyatu al banana ‘ala syarh az zarqani 4/112, fath al bari 10/48, ibnu daqiq al ied: ihkam al ahkam 4/383-384, tafsir ar razi 6/42, al qurthubi: ahkam al qur’an 3/52 & 6/286, asy syaukani: fath al qadir 2/74.
[4] ibnu ‘abidin 5/288, tuhfah al muhtaj 7/636, ar raudhah 10/168, nihayah al muhtaj 8/9, tafsir al alusi 2/112, ath thobari 2/357, al karmani: syarh al bukhari 20/140
[5] Ibnu abidin 5/288, fath al qadir 9/26, mughni al muhtaj 4/186.
[6] Al Jurjaaniy: At ta’rifat 179, al Qurthubi: al jami’ li ahkam al qur’an 3/53, tafsir ar raazi 6/46, ibn al arabi: syarh at tirmidzi 7/18, al jamal ala al manhaj 2/425, ibnu taimiyah: majmu fatawa 32/232.
[7] diriwayatkan oleh Bukhari 10/41 dan muslim 3/1585.
[8] diriwayatkan oleh muslim 3/1587 & Abu Dawud 4/85.
[9] diriwayatkan oleh ad daruquthny 4/251 & an nasa-i 8/301.
[10] diriwayatkan oleh ibnu majah 2/1125, ad daruquthniy 4/254. ibnu hajar menshohihkannya dalam alfath 10/43
[11] diriwayatkan oleh abu dawud, at tirmidzi dan ibnu hibban dari hadits 'Aisyah ra, at tirmidzi berkata hadits ini hasan, al mundziri mengkritiknya. ('aunul ma'bud 3/379, tuhfah al ahwadzi 5/607, mawarid ibnu hibban  336, nail al authar 9/65)
[12] diriwayatkan oleh abu dawud dari hadits umu salamah ra. al mundziri berkata padanya ada Sahr bin hawsyib dan ditsiqohkan imam ahmad bin hanbal dan yahya bin ma'in. abdul qadir al arnauth pentahqiq jami’ al ushul berkata, “pada sanadnya dhaif, tetapi alhafidz menghasankannya dalam al fath (‘Aunul Ma’bud 3/370-377, jami’ al ushul 5/93, tahdzib at tahdzib 2/432)
[13] mughni al muhtaj 4/187, al mughni 8/304, al mudawanah 6/261, kasyaf al qona 6/117, tafsir al kabir 6/44-45
[14] diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam mawarid adh dhomaan 39 dan Abu Ya’la dalam Majmu’ az Zawa-id 5/86. al haitsami berkata para perawinya shahih.
[15] haasyiyatu ad dashuqy ma’a asy syarh al kabir 4/352, mughni al muhtaj 4/188, kasyaf al qana’ 6/116-117, bada-i’ ash shona-i’ 6/2935
[16] al majmu’ 9/51, al qalyubi 4/203, niyayah al muhtaj 8/12, mughni al muhtaj 4/188
[17] al bida-i’ 5/127, takmilah fath al qadir 8/132, qawanin al fiqhiyah 105, al qalyubi 4/319, ibnu qudamah: al mughni 9/372, ibn hajar: az zawaajir 2/200

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »
Give us your opinion