Tadabbur surat an Nahl 120
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتاً لِلَّهِ حَنِيفاً وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali dia tidak termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah.(16:120)
Abdurrahman bin Hasan berpendapat bahwa imam adalah,
قُدْوَةً وَإِمَاماً مُعَلِّماً لِلْخَيْرِ. وَمَا ذَاكَ إِلاَّ لِتَكْمِيلِهِ مَقَامَ الصَبْرِ وَالْيَقِينِ اللذينَ تَنَالُ بِهِمَا الإِمَامَةُ فيِ الدِينِ
keteladanan dan imam pengajar kebaikan. Hal ini tidak lain karena kesempurnaannya dalam derajat kesabaran dan keyakinan yang dengan keduanya derajat imamah dalam agama diraih.
Ibnu Taimiyyah berkata tentang makna qunut adalah,
دَوَامُ الطَاعَةِ، وَالْمُصَلِي إِذاَ أَطاَلَ قِيَامَهُ أَوْ رُكُوعَهُ أَوْ سُجُودَهُ فَهُوَ قَانِتٌ. {أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِداً وَقَائِماً يَحْذَرُ الآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ}
ketaatan yang terus menerus. Orang yang sholat disebut qaanitun jika dia memanjangkan berdirinya atau rukuknya atau sujudnya. Allah ta’ala berfirman, apakah kamu wahai orang-orang musyrik yang lebih beruntung ataukah orang yang beribadah panjang diwaktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada azab akhirat dan mengharapkan rahmat Rabbnya. (az zumar 9)
Ibnul Qayyim berpendapat bahwa hanif adalah,
المُقْبِلُ عَلَى اللهِ، اَلْمُعْرِضُ عَنْ كُلِّ مَا سِوَاهُ، بِصِحَةٍ إِخْلاَصٍ وَكَمَالٍ صِدْقٍ
Orang yang menghadap kepada Allah serta berpaling dari selain-Nya, dengan keikhlasan yang shahih dan kesempurnaan kejujuran.
Muhammad bin Abdul Wahab berkata mengenai maksud ayat ini bahwa penetapan Ibrahim sebagai ummat adalah,
لِئَلاَّ يَسْتَوْحِشُ سَالِكُ الطَرِيقَ مِنْ قِلَّةِ السَالِكِينَ، قَانِتاً لِلَّهِ لاَ لِلْمُلُوكِ وَلاَ لِلتِجَارِ المُتْرَفِينَ، لاَ يَمِيلُ يَمِينًا وَلَا شِمَالاً; كَفِعْلِ العُلَمَاءِ الْمَفْتًونِينَ، خِلَافًا لِمَنْ كَثُرَ سَوَادُهُمْ وَزَعْمُ أَنَّهُ مِنَ المُسْلِمِينَ.
agar orang yang meniti jalan ini tidak merasa rendah diri karena sedikitnya orang yang menitinya, mereka taat kepada Allah bukan kepada raja-raja, serta tidak goyah pendiriannya ke kiri dan kanan seperti perbuatan para ulama yang tidak berpendirian dan tidak mempersekutukan Allah sebagaimana perbuatan orang-orang yang hanya memperbanyak pengikut dan mengklaim bahwa dia termasuk orang-orang Islam.
Ibrahim as begitu visioner ketika meminta Allah, "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala”. Dahulu dan sekarang ternyata itu biang keladi dari segala kejahatan. Ketika orang memberhalakan pangkat maka ia akan hidup sebaga orang rakus dan gila hormat, ketika orang memberhalakan nafsu maka ia akan hidup lebih keji dan binal daripada hewan, jika ia memberhalakan uang, ia jadikan segala jalan untuk mendapat keuntungan, bahkan dalam ibadah dan pelayanan ibadah sekalipun (Rahmat Abdullah)