Terminologi Keteladanan (al qudwah)
Menurut bahasa al qudwah berarti “الأَصْلُ تَتَشَعَّبُ مِنْهُ الفُرُوعُ”[1] cabang-cabang yang mengikuti pokoknya. Sholih bin Hamid berkata alqudwah adalah “السَيرُ وَالِاتِبَاعُ عَلَى طَرِيقِ الْمُقْتَدِي بِهِ”[2] mengikuti seseorang dalam sebuah perjalanan.
Dengan demikian qudwah dalam da’wah dapat kita artikan keteladanan da’i kepada objek da’wah agar mengikutinya dalam perkara da’wah yang ia serukan.
Menurut Jum’ah Amin, “hikmah ilahiyyah keteladanan dalam da’wah adalah Allah jadikan manusia tidak mengambil ilmu agama melainkan dari mereka yang benar-benar beriman dan menerapkan manhaj Islam dalam diri mereka.[3]
Kecenderungan meniru figur teladan pada diri manusia adalah karena adanya perasaan yang sama dalam kelompok sosialnya serta naluri ketundukan kepada figur utama dalam kelompoknya. Budaya dalam kelompok organisasi adalah cerminan dari hal tersebut.
Semakin sulit situasi yang dihadapi, kondisi-kondisi yang tak bisa diramalkan, resiko-resiko yang menuntut pengorbanan berat akan memunculkan kecenderungan akan sosok teladan dan panutan. Padahal itulah karakter jalan da’wah ini.
Hamzah Manshur berkata[4], “Sesungguhnya risalah yang agung ini membutuhkan semua kekuatan terbaik dari komitmen untuk kebangkitannya. Kepentingan mulia yang mendesak, jalan yang tidak terukur, jalur sulit pendakian yang banyak. Hal ini akan menumbuhkan keragu-raguan bersikap dan keinginan menarik diri dari aktifitas amal.” Keteladanan adalah pembangkit kekuatan yang letih, semangat yang memudar, dan inspirasi untuk mencari solusi atas permasalahan.
... bersambung
[1] Ibrahim Musthofa et.al. : Al Mu’jam al Wasith. Turki: al Maktabah al Islamiyyah li at thiba’ah wa annashr wa attauji’. tt, hlm 721.
[2] Shalih bin Hamid: al Qudwah mabadi wa namudaj, Saudi arabia: wizaratu al Auqaf as Su’udiyyah, tt, hlm 5.
[3] Jum’ah Amin Abdul Aziz: Fiqh Da’wah (edisi terjemah), Solo: Intermedia, 1998 M, hlm 209.
[4] Hamzah Manshur : Hakadza ‘Alimtany Da’wah al Ikhwan, 1419 H, hlm 24.