IMAN KEPADA MALAIKAT



Semua makhluk yang diciptakan Allah terbagi dalam dua jenis ghaib (al ghaib) dan nyata (asy syahadah). Yang membedakan keduanya adalah dapat atau tidaknya diindera oleh manusia. Al ghaib dalam pembahasan ini adalah ghaib secara mutlak yang tidak dapat dijangkau oleh panca indera siapapun dan kapanpun.

Mengimani makhluk ghaib dilakukan dengan 2 metode, yaitu bil akhbar atau melalui berita yang disampaikan oleh sumber tertentu dan bil atsar, melalui bukti nyata yang menunjukkan makhluk ghaib itu ada.

Pengertian Malaikat

Secara bahasa kata malaikah atau malaikat dalam bahasa Indonesia adalah bentuk jamak dari malak. Al kisa-i berkata asal katanya adalah ma-lak dengan mentaqdimkan hamzah, ia adalah “حمل الالوكة و هي الرسالة” pembawa al alukah atau pembawa misi atau pesan.[1] Pengertian ini sebagaimana firman Allah ta’ala dalam surat al Hajj ayat 75,

اللَّهُ يَصْطَفِي مِنَ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا وَمِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِير
Allah memilih utusan-utusan (Nya) dari malaikat dan dari manusia; sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Dari pengertian ini Ibnu Taimiyyah[2] mengemukakan pendapat bahwa malaikat adalah “أن الملائكة هم سفراء الله إلى أنبيائه ورسله في تبليغ الوحي والشرائع” para mediator Allah kepada para Nabi dan Rasulnya dalam menyampaikan wahyu dan ketentuan-ketentuan hukum. Sedangkan pengertian malaikat secara terminologis adalah[3]

خلق من مخلوقات الله، لهم أجسام نورانية لطيفة قادرة على التشكل والتمثل والتصور بالصور الكريمة، ولهم قوى عظيمة، وقدرة كبيرة على التنقل، وهم خلق كثير لا يعلم عددهم إلا الله، قد اختارهم الله واصطفاهم لعبادته والقيام بأمره، فلا يعصون الله ما أمرهم، ويفعلون ما يؤمرون
Diantara ciptaan Allah, jasad mereka tercipta dari cahaya yang halus memiliki bentuk dan rupa yang mulia, memiliki kekuatan yang besar, kemampuan yang besar untuk berpindah, jumlah mereka sangat banyak dan hanya Allah yang mengetahui jumlahnya, Allah telah memilih dan mengistimewakan mereka diantara hamba-hamba-Nya dan menegakkan dengan perintah-Nya. Mereka tidak mengkhianati segala perintah Allah, dengan senantiasa mengerjakan perintah Allah.

Mengenai penciptaan malaikat dari cahaya, ada sebuah riwayat dari Aisyah ra bahwasanya Rasulullah saw bersabda,
خُلِقَتِ الْمَلَائِكَةُ مِنْ نُورٍ، وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ، وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ
Malaikat itu diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api dan adam diciptakan dari apa yang telah dijelaskan kepada kalian semua.[4]

Malaikat diciptakan lebih dulu dari Adam as, sebagaimana yang tersirat dari firman Allah ta’ala dalam surat al Baqarah ayat 30
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً...
Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “sesungguhnya Aku hendak menciptakan seorang khalifah di muka bumi ...

Beberapa Sifat Malaikat

a.Malaikat disifati dengan kekuatan, kekerasan dan kebengisannya,
Hal ini sebagaimana firman Allah ta’ala dalam surat at tahrim ayat 6,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras...

b.Malaikat disifati pula dengan kebesaran bentuk tubuhnya,
Dari Jabir bin Abdullah ra, bahwasanya Nabi saw bersabda,[5]
أُذِنَ لِي أَنْ أُحَدِّثَ عَنْ مَلَكٍ مِنْ مَلَائِكَةِ اللَّهِ مِنْ حَمَلَةِ الْعَرْشِ، إِنَّ مَا بَيْنَ شَحْمَةِ أُذُنِهِ إِلَى عَاتِقِهِ مَسِيرَةُ سَبْعِ مِائَةِ عَامٍ
Diijinkan bagiku untuk membicarakan tentang malaikat dari para malaikat Allah yang mengusung Arsy, sesungguhnya jarak antara cuping telinga hingga pundaknya tujuh ratus tahun perjalanan.


c.Malaikat memiliki sayap yang jumlahnya sesuai kehendak Allah,
Hal ini sebagaimana firman Allah dalam surat Fathir ayat 1,
الْحَمْدُ لِلَّهِ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ جَاعِلِ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا أُولِي أَجْنِحَةٍ مَثْنَى وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ يَزِيدُ فِي الْخَلْقِ مَا يَشَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِير
Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

d.Malaikat memiliki sifat mulia dan berbakti kepada Allah.
Allah ta’ala berfirman dalam surat ‘Abasa ayat 15-16
بِأَيْدِي سَفَرَةٍ كِرَامٍ بَرَرَةٍ
Ditangan para penulis (malaikat) yang mulia lagi berbakti

e.Malaikat bersifat pemalu,
sebagaimana sebuah riwayat dari Utsman bin Affan ra, bahwasanya Rasulullah saw bersabda[6],
أَلَا أَسْتَحِي مِنْ رَجُلٍ تَسْتَحِي مِنْهُ الْمَلَائِكَةُ
Ketahuilah aku lebih pemalu dari seorang pemuda yang malaikat malu kepadanya.


Kaifiat Beriman Kepada Malaikat

Mengimani malaikat adalah salah satu diantara rukun iman, tidak sempurna keimanan seseorang tanpa mengimani malaikat. Allah ta’ala berfirman dalam surat al Baqarah ayat 285,
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ
Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya.

Bentuk mengimani malaikat dapat dirincikan sebagai berikut,
a. Menetapkan keberadaan wujudnya dan membenarkannya “الإقرار بوجودهم والتصديق بهم”

b. Mengimani bahwa malaikat berjumlah banyak dan tidak diketahui jumlahnya kecuali Allah ta’ala. “الإيمان بأنهم خلق كثير جدًّا لا يعلم عددهم إلا الله تعالى” sebagaimana firman Allah ta’ala dalam surat al Mudatsir ayat 31 “وَمَا يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ” Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri.

c. Menetapkan bahwa malaikat memiliki kedudukan yang agung disisi Allah, menghargai dan memuliakan malaikat “الإقرار لهم بمقاماتهم العظيمة عند ربهم وكرمهم عليه وشرفهم عنده”. Allah ta’ala berfirman dalam surat al Anbiya ayat 26-27,
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ بَلْ عِبَادٌ مُكْرَمُونَ - لَا يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ
Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak", Maha Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan, mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.

d. Menjalin komitmen dan mewaspadai diri dari musuh-musuhnya. “موالاتهم والحذر من عداوتهم” sebagaimana firman Allah ta’ala dalam surat at tahrim ayat 4,
إِنْ تَتُوبَا إِلَى اللَّهِ فَقَدْ صَغَتْ قُلُوبُكُمَا وَإِنْ تَظَاهَرَا عَلَيْهِ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ مَوْلَاهُ وَجِبْرِيلُ وَصَالِحُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمَلَائِكَةُ بَعْدَ ذَلِكَ ظَهِيرٌ
Jika kamu berdua bertobat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan); dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula.

Hikmah Beriman Kepada Malaikat

a. Lebih mengenal kebesaran dan kekuasaan Allah Sang Maha Pencipta.

b. Meningkatkan rasa syukur atas perlindungan Allah kepada para hambanya dengan memerintahkan para malaikat-Nya untuk menjaga, membantu dan mendo’akan manusia.

c. Memotivasi untuk senantiasa melakukan penyucian jiwa dan meningkatkan ibadah kepada Allah ta’ala.

Hasbunallah wa ni’mal wakil

[1] Abu Nashr al Jauhari : ash Shihah Taj al Lughah wa Shihah al Arabiyah, Beirut : Daar al ‘Ilm, 1407 H, 4/1611.
[2] Ibnu Taimiyyah : an Nubuwat li Ibni at Taimiyyah, Riyadh : Adhwa as Salaf, 1420 H, 257.
[3] Nukhbatu minal Ulama : Kitab Ushul al Iman fi dhawai al kitab wa as sunnah, Saudi Arabia : Wizaratu Asy syu’uni al Islamiyyah al awqaf wad da’wah wal Irsyad, 1421H, 1/99.
[4] Muslim : Shahih Muslim, Beirut: Daar Ihya at Turats al Araby, tt, 4/2294 hadits ke 2996
[5] Abu Dawud : Sunan Abi Dawud, Beirut : Maktabah al ‘Ashriyah, tt, 4/232 hadits ke 4727. Shahih menurut al albani, al Haitsami dalam majmauz zawaid mengatakan para perawinya shahih.
[6] Shahih Muslim, 4/1866 hadits ke 2401.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

1 komentar

  1. Teruskan, konsist menulis semacam ini, Kawan. Artikel anda bagus, original dari kitab.

    Shodiqov Havilovik

    BalasHapus