Para Mufasssir Muslim menjelaskan peran utama penciptaan wanita dengan ragam definisi yang mengukur kedalaman makna yang selalu bertambah. Peranan dari para perindu dan reseptif itu digambarkan sebagai jalan panjang pengorbanan yang membuahkan kebahagiaan.
Ibnu Abbas ra menuturkan, tidak hanya dalam aspek kepribadian dan tingkah laku. Penampilan seorang wanita (istri) harus menumbuhkan keridhoan suaminya sejak pandangan pertamanya.
Abu Laits as-Samarqandi pakar tafsir abad ke 4 Hijriah, mengemukakan pandangan bahwa wanita (istri) adalah tempat hati seorang pria (suami) bertaut dan menemukan damai.(1) “Seolah waktu enggan berpaling kepada hal selainnya”(2), ujar Zamakhsyari, penulis tafsir al-Kasyaf. Tiada kecenderungan di antara dua jiwa yang melebihi kecenderungan antara sepasang suami istri,(3) ungkap Imaduddin Ibnu Katsir.
Pakar susastra Arab Al-Jurjani mengemukakan bahwa, sakinah adalah hati yang bahagia dengan datangnya sesuatu yang tidak diduga, menyaksikannya memberikan ketenangan yang menerangi hati. Dan senantiasa seperti itu selamanya, mengingat penggunaan kata tersebut ketika disandingkan dengan wanita (istri) dalam bentuk mudhori’. Wanita (istri) adalah perantara Allah menurunkan ketenangan jiwa yang berkesinambungan bagi pria (suami).
Secara sosial hal semacam ini kita temukan pada kelompok masyarakat yang menutupi aurat dan seantiasa menundukkan pendangannya. Pemandangan tak terduga yang menakjubkan dari kecantikan feminin seorang wanita (istri) dan memberikan pengaruh yang luar biasa dalam kehidupan, tentu akan dialami oleh orang-orang yang senantiasa menundukkan pandangannya. Inilah kekhasan syari’at Islam, demikian Sayyid Quthb. Seperti rute-rute rahasia para pecinta, mereka yang tidak setia dalam cinta, tak akan pernah merasakannya.
Sakinah menggambarkan situasi hati bagi suami istri yang seharusnya merupakan refleksi jiwa yang kuat, bukan dalam bias lemah yang menyimpang. Hanya dari sisi penciptaan yang dikembalikan kepada Allah, maka orang dapat mengumpullkan sedikit demi sedikit gagasan tentang keagungan Sang Pencipta, setidaknya bagi mereka yang mempunyai hati untuk melihat tanda-tanda. Ingatlah kemanapun pandangan beralih, disitu ada wajah Allah.
Pengkajian tentang kata sakinah menurut penulis besar abad 12 hijriah Murtadho az-Zabidy, memperlihatkan adanya pengaruh yang besar atas ketenangan jiwa.(4) Kebersamaan yang terjalin antara suami dan istri selaiknya menciptakan momen eksistensial dan vertikal yang karakternya tergambarkan oleh respon emosional yang kuat pada hati. Cinta itu tergambar dalam suatu harmoni yang tanpa henti lagi kreatif. (Sigit Suhandoyo)
Catatan Kaki
- Abu al-Laits Al-Samarqandy, Bahr al-Ulum, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, tth), Juz 3, hlm 8.
- Abu al-Qasim Mahmud al-Zamakhsariy, al-Kasyaf, (Beirut: Dar al-Kitab al-‘Arabi, Cetakan ke 3, 1407 H), Juz 3, hlm 473. Menurut Zamakhsary as-sakinah adalah kecenderungan suami terhadap istrinya yang demikian kuat, sehingga segala sesuatu selainnya seolah terputus, waktu seolah berhenti dan hati menjadi tenang karenanya.
- Abu al-Fida Isma’il Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Adzhim, (Riyadh: Dar Thayibah, 1999), Juz 3, hlm 525.
- Murtadha al-Zabidiy, Taj al-Arus min Jawahi al-Qamus, (Kuwait: Dar al-Hidayah, tth), Juz 35, hlm 206
ada pantunnya tadz, ramuan googling:
BalasHapusTaman bunga amatlah indah
Tempat pecinta membuat madah
Asyiknya hidup berumah tangga
Jika terbina mawaddah wa rahmah
jangan lupa mampir ke darmawajah.blogspot.com