Sigit Suhandoyo. Pendahuluan surah An-Nazi’at ini dimulai dengan sumpah. Jika dikaitkan dengan ayat terakhir surat an-Naba, maka dapat dikatakan bahwa sumpah ini dimaksudkan untuk memperkuat argumentasi akan kebenaran hari kebangkitan. Tentu saja hubungan tersebut didasarkan pada pemahaman bahwa ayat-ayat ini bertutur tentang malaikat-malaikat yang bertugas mengakhiri hidup seseorang, baik yang mencabut keras nyawa seseorang maupun yang perlahan.
Dalam ayat 1- 5, Allah ta’ala bersumpah atas nama para malaikat. Menurut asy-Sya’rawi, biasanya sumpah datang dengan berbagai hal, yang dalam pandangan para makhluk dapat memberikan manfaat dan pengaruh pada kehidupan mereka. (tafsir asy-Sya’rawi 15/66)
وَالنَّازِعَاتِ غَرْقًا (1) وَالنَّاشِطَاتِ نَشْطًا (2) وَالسَّابِحَاتِ سَبْحًا (3) فَالسَّابِقَاتِ سَبْقًا (4) فَالْمُدَبِّرَاتِ أَمْرًا (5)
Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras, dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut, dan (malaikat-malaikat) yang turun dari langit dengan cepat, dan (malaikat-malaikat) yang mendahului dengan kencang, dan (malaikat-malaikat) yang mengatur urusan (dunia).
Malaikat; Perantara Allah Mengatur Berbagai Urusan
Malaikat merupakan mahluk yang Allah ciptakan sebelum manusia, terbuat dari cahaya dan mereka sangat mematuhi kepada Allah ta’ala. Dalam bahasa Arab kata malaikah adalah bentuk jamak dari kata malak. Pakar Susastera al-Jauhari mengutip pendapat Al kisai bahwa kata ini berarti “حمل الالوكة و هي الرسالة” yaitu utusan yang membawa misi atau pesan. (ash Shihah 4/1611) Pengertian ini sebagaimana firman Allah ta’ala dalam surat al Hajj ayat 75,
اللَّهُ يَصْطَفِي مِنَ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا وَمِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِير
Allah memilih utusan-utusan (Nya) dari malaikat dan dari manusia; sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Sesuai dengan arti kebahasaan tersebut, Ibnu Taimiyah mengemukakan,
أن الملائكة هم سفراء الله إلى أنبيائه ورسله في تبليغ الوحي والشرائع
Bahwasanya Malaikat adalah para perantara Allah kepada para Nabi dan Rasul-Nya, dalam menyampaikan wahyu dan ketentuan-ketentuan Allah. (an-Nubuwat 257)
Lima ayat tersebut diatas memberikan informasi kepada orang-orang beriman --agar mereka mengimaninya-- tentang mahluk ghaib yang bernama malaikat, dan hal-hal yang mereka kerjakan. Para malaikat adalah pengatur berbagai urusan. Mereka adalah perantara Allah yang membawa sebab-sebab dari terwujudnya sesuatu.
Sebagaimana dikemukakan oleh Az-Zuhaili, bahwa Allah bersumpah para malaikat yang mencabut nyawa orang-orang kafir dari jasad mereka dengan sangat keras dan kasar. Para malaikat itu mencabut ruh mereka dari pangkal jasad mereka. Sementara itu, ruh orang-orang Mukmin dikeluarkan oleh para malaikat dengan cepat, lembut, dan mudah. Allah juga bersumpah dengan para malaikat yang turun ke bumi- dengan sangat cepat untuk menunaikan perintah Allah SWT. Juga para malaikat yang mendahului ruh-ruh kaum Mukminin ke surga, dan mengurusi urusan dunia dengan turun ke bumi, membawa hukum halal dan haram serta perinciannya. Juga mengurusi penduduk bumi dengan mengirimkan angin, hujan, dan lainnya. (al-Munir 30/34)
Pendapat semisal juga dikemukakan oleh Asy-Sya’rawi, bahwa Allah menjelaskan para malaikat memiliki berbagai tugas, menurunkan wahyu, mencabut ruh, maupun memberi rezeki dalam berbagai kondisi. (Tafsir asy-Sya’rawi 15/87)
Pakar Tafsir Hukum al-Qurthubi mengutip pendapat al-Farra, bahwa dibalik sumpah tersebut, Allah menegaskan makna (jawaban sumpah) tersembunyi. Demi para malaikat yang mencabut nyawa dengan keras, dan seterusnya. Sungguh kalian pasti akan dibangkitkan dan dihisab. (al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an 19/194). Wahbah Az-Zuhaili mengemukakan bahwa jawab dari qasam (sumpah) itu di-mahdzuf (dihilangkan) dengan perkiraan kalimat “لتبعثن بعد الموت” pasti kalian akan dibangkitkan setelah kematian. (al-Munir 30/35)
Demikianlah semua yang diambil sumpah oleh Allah ta’ala, hendaknya menjadi perhatian guna dan meningkatkan keimanan. Keteraturan semesta yang luar biasa atas ketentuan Allah kepada para Malaikat, menunjukkan bukti betapa mudahnya Allah ta’ala menghancurkan dan membangkitkan kembali seluruh ciptaan-Nya. Wallahu a’lam bishowab.
Daftar Pustaka
- Abu Nashr al Jauhari, ash Shihah Taj al Lughah wa Shihah al Arabiyah, (Beirut : Daar al ‘Ilm, 1407 H)
- Ibnu Taimiyyah, an Nubuwat li Ibni at-Taimiyyah, (Riyadh: Adhwa as Salaf, 1420 H).
- Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi, Tafsir Asy-Sya’rawi, (Medan: Duta Azhar, 2016)
- Syamsuddin al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an (Cairo: Dar al-Kutub al-Mishriyah, cet kedua 1384 H)
- Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir al-Munir, (Damaskus: Dar al-Fikr al-Mu’ashir, Cet kedua, 1418 H)